Review 06 : Pulang by Tere Liye

           Kalau ada pertanyaan, apakah gue udah kuliah? Jawabannya, belum. Tapi, gue baru aja ngerasa bagaimana mengerjakan skripsi yang berkali-kali harus direvisi sama guru pembimbing. Rasanya ya nyesek-nyesek campur aduk gimana gitu. Tapi, hal ini bisa menjadi latihan saat gue jadi mahasisiwi kelak. Semoga gue bisa kuliah di universitas yang baik lagi berkah yak, Aamiin.
            Jadi, ceritanya beberapa minggu yang lalu Bu Ning, guru mapel bahasa Indonesia gue memberikan tugas pada siswa kelas 11 IPS 1 untuk meresensi novel apa saja. Tergantung, minat dan bakat para siswa. Deadline pengumpulan yaitu setelah 2 minggu tugas diberikan. Tentu aja, pilihan gue novel karya penulis favorit gue. Yap, Tere Liye punya!
            Hari Sabtu gue pergi ke Gramedia bersama nyokap gue buat cari novel Tere Liye yang bagus. Mata gue langsung tertuju pada deretan buku-buku best seller. Salah satunya ada novel berjudul “Pulang” Dari cover yang udah cetar dan nggak biasa, gue langsung jatuh hati dan memilih novel itu. Covernya kayak ada background sobek gitu di belakangnya ada panorama indah, bisa lo liat di bawah ini yak penampakan dari novel Pulang.
            Awalnya, gue langsung buat dan hampir aja selesai. Namun, apa boleh buat sesuatu yang mengerikan baru saja terjadi. MATI LAMPU! Hhh, rasanya jengkel nggak ketulungan. Gue lupa mengaktifkan program auto recover di dalam aplikasi Ms. Word. Yaudah data yang hampiiir aja selesai, terpaksa gue ulang dari awal. Toh, mau gue nangis, merajuk, marah-marah hal tersebut ga akan menyelesaikan masalah. Yang ada malah memperkeruh pikiran gue.
            Gue pun segera bangkit dan menjernihkan pikiran. Balik menulis dengan khidmat di depan laptop ditemani lagu-lagu nasydid. Sekarang, gue baru suka lagunya Simfoni judulnya Hakikat Cinta. Lagunya berisi tentang cinta Allah yang seperti air hujan, jatuh membasahi diri dan tak akan pernah kering.
            Back to topic, akhirnya gue sudah selesai meresensi novel yang baru aja gue beli. Hanya butuh waktu 2 hari untuk menyelesaikan 400 halaman tersebut. Gue pun langsung mengumpulkan hasil resensi gue ke Bu Ning. Hmm, ternyata masih suruh revisi. Dan hari selanjutnya, gue udah merevisi resensi tersebut dan kembali mengumpulkan resensi gue.
            Lagi-lagi, masih salah dan harus diperbaiki teman. Masalahnya kali ini terletak pada paragraf yang berisi terlalu banyak kalimat. Hmm, nggak apa. Itu berarti Bu Ning masih perhatian dan masih mau memperbaiki resensi gue. Semangaaat. Beberapa kali gue balik ke tempat pengeprintan dan mas-mas yang disitu pasti bertanya-tanya kenapa gue ngeprint dokumen yang sama dengan jumlah halaman yang sama. Alhamdulillah, setelah revisi berkali-kali akhirnya resensi gue diterima.
Terdengar backsound *we are the champion*
            Nah, hasil resensi yang udah direvisi gue lampirkan di bawah yak. Semoga bisa membantu teman-teman. Khususnya kelas XI IPS dan IPA SMA N 3 Boyolali yang dikejar deadline. Juga untuk para pembaca blog gue dan teman-teman yang membutuhkan.
Ini dia.. Selamat membaca J


Menuju Hakikat Kebenaran
 Oleh : Zalfaa Azalia Pursita

Judul Buku           : Pulang
Penulis                 : Tere Liye
Penerbit             : Republika Penerbit
Tahun Terbit        : 2015
Tebal Buku          : iv + 400 halaman
Edisi                     : I , 2015


Novel Pulang merupakan salah satu novel menakjubkan karya Tere Liye. Selalu saja ada pemahaman hidup yang baik dalam novel-novel Tere Liye. Cerita yang disajikan dalam novel Pulang begitu menarik dan menginspirasi. Di dalamnya memuat kisah yang penuh dengan ketegangan dan membuat pembaca tidak bisa berhenti membaca hingga halaman terakhir. Sangat takjub dengan gaya bahasa Tere Liye yang ringan, mudah dipahami, dan penuh dengan makna.
            Selama ini Tere Liye selalu menulis buku mengenai kesederhanaan hidup, cinta sejati, keluarga, dan perjalanan hidup yang tidak memuat konflik rumit. Uniknya, dalam novel Pulang, Tere Liye berani menuliskan hal yang berbeda. Begitu banyak ketegangan yang dirasa pada setiap halaman dan juga bercerita mengenai kehidupan mafia tingkat atas yang berlumur dosa. Pembaca seakan-akan masuk ke dalam dunia yang gelap, kejam, sadis, dan melihat bagaimana seseorang membunuh temannya.
Jika dibandingkan dengan novel berjudul Rindu yang juga ditulis Tere Liye begitu banyak perbedaan yang ditemukan. Dalam novel Rindu tema yang diangkat mengenai hakikat cinta yang sebenarnya, tema tersebut sudah pasaran sebenarnya. Gaya bahasa yang digunakan juga mudah dipahami kalangan umum, pemilihan kata dalam novel Rindu juga sangat pas bagi kawula muda yang membacanya. Alurnya mengalir dan konflik tidak begitu menegangkan karena berkisah mengenai seorang pemuda bernama Ambo Uleng yang sering terduduk patah hati.
Sementara, dalam novel Pulang tema yang diangkat begitu unik dan menarik yaitu mengenai shadow economy, belum banyak novel yang berani menyinggung kehidupan shadow economy. Gaya bahasa yang digunakan beberapa diantaranya sulit untuk dimengerti karena berkaitan dengan dunia shadow economy, namun pemilihan kata dalam novel Pulang sangat baik dan cocok untuk bercerita mengenai shadow economy. Meski pun menggunakan alur flashback, novel Pulang selalu menarik minat para pembaca dan konflik yang ada begitu hebat sehingga membuat para pembaca merasakan suasana yang mencekam saat membacanya. Novel Pulang hadir dalam cerita yang berbeda dari novel milik Tere Liye lainnya.
            Tere Liye menjadi salah satu penulis ternama di tanah air. Namanya melejit saat novel miliknya yang berjudul Hafalan Shalat Delisha diangkat ke layar lebar dan berhasil menyedot perhatian jutaan penonton di tanah air. Ciri khas Tere Liye yaitu penulis yang sederhana, tulus, dan tidak suka dengan kepopuleran. Tidak seperti penulis pada umunya, yang suka mencantumkan profil mereka di akhir novel, Tere Liye tidak pernah mempublikasikan biodatanya di akhir halaman novel. Juga, menjadi ciri khas dalam novelnya bahwa nama-nama tokoh unik seperti nama Esok dalam novel Hujan, Borno dalam novel Kau, Aku dan Sepucuk Angpau Merah, juga nama Taani dalam novel Ayahku (Bukan) Pembohong.
            Perlu diketahui, bahwa Tere Liye bukanlah nama aslinya. Nama asli dari Tere Liye adalah Darwis. Sementara, Tere Liye merupakan nama pena. Tere Liye sendiri berasal dari bahasa India yang berarti untukmu. Tere Liye lahir dan tumbuh di pedalaman Sumatera. Lahir pada tanggal 21 Mei 1979. Dulu, ia meyelesaikan masa pendidikan dasar sampai SMP di SDN2 dan SMN 2 Kikim Timur, Sumatera Selatan. Kemudian melanjutkan ke SMUN 9 Bandar Lampung. Terakhir menjadi mahasiswa fakultas ekonomi di Universitas Indonesia.
Sekarang telah menikah dengan Riski Amelia dan dikarunai seorang putra bernama Abdullah Pasai dan seorang putri bernama Faizah Azkia. Profesi dari Tere Liye sekarang adalah menjadi seorang akuntan. Juga, banyak penghargaan-penghargaan yang telah didapatnya seperti penghargaan bergengsi dari Islami Book Fair dengan nominasi buku fiksi Islami terbaik. Meski begitu, Tere Liye tidak pernah mencantumkan berbagai prestasi yang diraihnya dalam novel.
.           Novel Pulang berkisah mengenai seorang pemuda bernama asli Agam yang sering dipanggil Bujang. Bapaknya yang lumpuh kaki satu bernama Samad, merupakan mantan tukang pukul nomor satu Keluarga Tong. Sementara, mamaknya bernama Midah, merupakan putri dari Tuanku Imam yaitu pemuka agama di Sumatera. Akibat pernikahan dari latar belakang yang amat berbeda tersebut, mereka harus terusir dari kampung halaman dan menetap di Talang yaitu semacam kampung yang terletak di Kawasan Bukit Barisan, Sumatera. Kehidupan mereka berjalan dengan damai. Hingga suatu hari, ketika Bujang berumur 15 tahun, datanglah Tauke Muda ke Talang. Tauke Muda merupakan kerabat dekat Samad dan menjadi pimpinan Keluarga Tong yang menjadi pelaku shadow economy dan kejahatan lainnya. Tauke mengajak Bujang untuk ikut pergi ke kota bersamanya.
Lantas, dengan senang hati Samad melepas kepergian anaknya dan setelah dibujuk, mamak Bujang juga menyetujui kepergian anak semata wayangnya walau berat hati dan mamak berpesan “Berjanjilah kau akan menjaga perutmu (dari makanan dan minuman yang haram dan kotor) itu Bujang. Agar.. Agar besok lusa, jika hitam seluruh hidupmu, hitam seluruh hatimu, kau tetap punya satu titik putih, dan semoga itu berguna. Memanggilmu pulang.” (Halaman 24). Selalu ada pesan moral yang kuat dalam novel Pulang. Amanat yang terkandung dapat ditemui pada setiap bab dalam novel ini.
            Bujang menjadi anak angkat dari Tauke Muda. Ia bercita-cita menjadi seperti bapaknya, yaitu menjadi tukang pukul nomor satu di Keluarga Tong. Namun, Tauke juga menyekolahkan Bujang agar ia menjadi orang yang terdidik supaya dapat menjalankan bisnis-bisnis ilegal milik Keluarga Tong kelak. Waktu demi waktu telah berlalu. Tak terasa Bujang sudah tumbuh menjadi pemuda yang cerdas, kuat, pemberani, dan telah membunuh banyak orang.
Menariknya, ia mempunyai dua sisi. Saat siang hari, ia menjadi pemuda yang bersikap seperti mahasiswa umumnya. Bujang telah menyelesaikan pendidikan di universitas terbaik pada jurusan tersulit di ibukota juga ia telah menyelesaikan pendidikannya di salah satu universitas terbaik di Amerika dengan mengambil dua gelar master sekaligus. Malam harinya, ia menjadi orang yang kejam, membunuh siapa saja yang menghalangi bisnis Keluarga Tong. Ia telah belajar banyak dari guru-guru terbaiknya yaitu dari Salonga, penembak jitu nomor satu di Asia Pasifik juga Guru Bushi, samurai yang tersisa di zaman modern ini. Bujang telah belajar dari guru terbaik. Meski ia tumbuh menjadi pemuda yang berlumur dosa, ia tak melupakan pesan mamaknya. Bujang tidak pernah memakan dan meminum yang haram dan kotor baginya.
            Tiba-tiba, ada pengkhianat dalam Keluarga Tong yaitu Basyir. Pertarungan sengit pun dimulai. Bujang sempat kalah dan ia melarikan diri. Tak disangka, ia bertemu dengan kakeknya yaitu Tuanku Imam yang merupakan alim ulama pada saat itu. Ia pun mendapat pencerahan dari kakeknya. Lantas setelah mendapat restu dari Tuanku Imam, Bujang berhasil merebut kembali kekuasaan Keluarga Tong dari tangan Basyir. Bujang pun ingin pulang. Pulang dalam artian menuju jalan kebaikan yang diridhoi Tuhan. Meski pun novel Pulang menggunakan alur flashback, pembaca dengan mudah dapat menangkap pesan penulis karena dijelaskan begitu detail setiap kisah yang tertulis.
            Begitulah kisah hebat perjalanan Bujang. Tujuan Tere Liye menulis novel ini adalah mengajak generasi muda agar dapat bertindak secara hati-hati dan berpegang teguh pada prinsip dan kepercayaan yang dianut. Ada pun kelebihan dari novel Pulang adalah Tere Liye bisa menggabungkan sesuatu yang bertentangan, terdapat mafia kelas atas dan alim ulama dalam satu cerita namun Tere Liye dapat merangkainya dalam satu cerita, tema yang unik dan jarang dipakai penulis yaitu tentang shadow economy, gaya bahasa yang mudah dipahami, dan terdapat pesan moral dalam kutipan-kutipan. Seperti, kutipan bijak yang satu ini, “Sejatinya, dalam hidup ini, kita tidak pernah berusaha mengalahkan orang lain, dan itu sama sekali tidak perlu. Kita cukup mengalahkan diri sendiri. Egoisme. Ketidakpedulian. Ambisi. Rasa takut. Pertanyaan. Keraguan. Sekali kau bisa menang dalam pertempuran itu, maka pertempuran lainnya akan mudah saja.” (Halaman 219)
            Namun, tak ada gading yang tak retak seperti kata pepatah. Ada juga kekurangan dalam novel ini yaitu terdapat kesalahan dalam penulisan, menggunakan alur flashback sehingga sulit dimengerti maknaya, dan terdapat kata yang sulit dipahami seperti kata masygul dan berkelindan.

            Novel Pulang merupakan bacaan yang baik untuk mengisi waktu luang, khususnya pelajar jurusan IPS karena di dalamnya banyak terselip pelajaran ekonomi. Sayangnya, harga novel tersebut mahal yaitu Rp. 79.000,00 sehingga para pelajar harus menabung terlebih dahulu agar dapat membeli di toko buku terdekat.

*NB : Kalau ada pertanyaan mengenai resensi di atas bisa tulis di kolom komentar atau kirim DM lewat instagram yak : zalfaaza

12 Komentar untuk "Review 06 : Pulang by Tere Liye"

  1. Permisi itu bukunnya beli dimana? kayaknya bagus itu buku.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Di toko buku terdekat pasti ada, soalnya bukan self publishing jadi tersebar di seluruh Indonesia

      Hapus
  2. Hi..ada bunuh2an gitu ndak di novel? Kayaknya serem. Tp thanks atas resensinya zalva..☺

    BalasHapus
    Balasan
    1. ADA kok, saat baca novel kayak lihat film action gitu..
      Recommended deh bun

      Hapus
  3. LOL,bikin novel gak sama kayak skripsi -__-

    Aku suka baca novel andrea hirata aja tau nya hehehee.. Selebihnya lebih suka novel luar

    BalasHapus
    Balasan
    1. Eh iya sih ._.
      Andrea Hirata juga bagus, sederhana kayak Tere Liye. Tapi, boleh lah mba sekali-kali coba baca novel karya Tere Liye hehe

      Hapus
  4. Karya Tere selalu bagus, tapi sarat makna, berat bacaannya

    BalasHapus
  5. Kereen dek reviewnya. 400 halaman dilahap dalam 2 hari ... hebat euy !

    Setuju banget, Tak perlu mengalahkan orang lain. Kalahkan saja diri sendiri, egonya, keraguannya, ketidakpeduliannya, ke"pamer"annya hihi .. maksudnya supaya diri tidak "riya/pamer".

    Tokoh Bujang .. mantab!

    sapa dong penulisnya .. om Darwis "untukmu".

    daaan yg ngereview juga oke dek Zalfa .. salam hangat.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihi bisa aja mbaa..
      Ngomong-ngomong tentang penulis, bentar lagi bakal rilis nih buku terbarunya berjudul "Tentang Kamu"

      WUU... SO EXCITED!

      Hapus
  6. Aku suka Tere Liye pas SMP, kesininya udah jarang banget baca novel. Ah andai uang jajannya lebihan (dikit) Haha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya yakin,pembaca Tere Liye bakal punya pemahaman hidup yang baik dan sederhana.. hehe

      Hapus

Silahkan memberikan saran dan masukan :)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel