Saat Menasihati

            Assalamu’alaykum warahmatullah ukhti wa akhi fillah. Apa kabar iman hari ini? Semoga kita semua bisa semakin dekat padaNya yak. Udah ga terhitung berapa lama gue ga nulis. Yang jelas selama gue masih bisa nulis, in shaa Allah gue akan terus berkontribusi di blog untuk meyalurkan pemikiran gue. Kali ini gue pengen bahas sesuatu yang sederhana tapi bermakna. Apakah itu?  Well, mengenai adab menasihati seseorang.
            Memang agama Islam mengajarkan kita untuk amar ma’ruf nahi munkar yaitu mengajak kepada kebaikan dan mencegah pada hal-hal yang mungkar (tidak baik). Termasuk menasihati sesama saudara Muslim. Emang bagus sih, kalau hati kita tergerak untuk menasihati sesama. Tapi, ada adab-adabnya juga lho, jadi ngga cuma asal ngomong doang. Nah, berikut sedikit uraian dan tips-tips dari gue saat ingin memberi nasihat pada seorang teman.
            Pernah ngga sih lo liat temen lo terus ada hal yang ngga enak di hati lo. Misalnya, temen lo habis olahraga dan tiba-tiba duduk di deket lo, terus lo mencium bau yang ngga sedap terus bilang dengan polosnya dengan innocence face “Lo belum mandi berapa hari sih? Bau ketek lo menyengat banget.” Padahal, disitu ada banyak temen lo. Apa yang terjadi? Temen lo pasti merasa sakit hati dan malu.
            Terus ada ilustrasi lagi, saat ada seseorang usai melaksanakan sholat lalu berdoa, terus dia sujud sebelum melipat mukena. Terus nyeletuk “Eh ngapain pake sujud segala habis sholat. Itu bid’ah namanya! Ga ada tuntunannya tau! Ga usah ngikutin bid’ah!” Padahal disitu masih banyak yang sholat. Hmm, niatnya dakwah tapi persepsinya nanti bisa beda. Maka saat kita berdakwah janganlah mencaci, menghina, dan berkata kasar. Pakai pendekatan yang enak aja dan liat dulu orangnya berkarakter gimana gitu.
            Nah, fenomena yang ada pada anak muda adalah berkomentar sembarangan di media sosial. Jika ada seseorang memposting sesuatu dan dengan seenak jidatnya kita berkomentar yang bisa menimbulkan perpecahan, absolutely that’s bad. Media sosial kan cuma tulisan ga ada ekspresi dan intonasi jadi sering terjadi salah paham. Bisa jadi, postingannya ga bermaksud apa-apa, tapi pikiran kita kemana-mana jadilah rangkaian huruf yang dapat melukai hati. Emang sih buat kita yang berkomentar hal itu ngga ada efeknya. Cuma ngetik terus di send. Tapi.. fyi, sosmed itu universal semua orang bisa lihat dan baca. Sama aja menjatuhkan harga diri seseorang lewat sosmed karena kata-kata lewat komentar yang kurang baik. Jadi, kalau bisa baca dulu semuanya, jangan asal komentar apalagi menimbulkan fitnah di media sosial.
            Perlu kita ketahui, segala hal kelak akan dimintai pertanggungjawaban. Termasuk segala ulah kita di dunia maya. Meski pun hanya bernama dunia maya tapi apa pun yang kita lakukan di dunia maya akan dipertanggungjawabkan kelak. Kalau kata Tere Liye sih gini.
“Jauhi 5 perkara berikut di media sosial
1.      Pamer dan bergunjing tanpa disadari
2.      Marah dan kebencian tanpa sebabnya
3.      Ramai tapi sia-sia belaka
4.      Menshare dusta/fitnah begitu mudah
5.      Mengabaikan yang dekat, sok akrab dengan yang jauh (yang bahkan tidak pernah bertemu secara langsung)”
Yak, 5 poin di atas bisa dipertimbangkan. Jadi, bijak-bijak aja ya kalau menggunakan media sosial. Yuk, back to topic.
Imam asy-Syafi’i rahimahullah pernah berkata “Siapa yang menasihatimu secara sembunyi-sembunyi maka ia benar-benar menasihatimu. Siapa yang menasihatimu di khalayak ramai maka dia sebenarnya menghinamu.”
Ya, kalimat itu gue rasa benar karena gue udah mengalaminya. Maka, kalau kita pengen ngasih kritik dan nasihat ke orang, empat mata aja dengan catatan kalau itu bukan lawan jenis. Juga, sampaikan secara langsung pada orang yang bersangkutan bukannya menshare hal-hal yang bisa menimbulkan perpecahan di media sosial atau malah bergunjing mengenai aib orang itu.
Inget guys, manusia ga ada yang sempurna. Semua pasti pernah berbuat salah dan sebagai sesama Muslim kita wajib saling mengingatkan. Tapi jangan lupakan adab-adabnya. Karena, jika kita menyampaikan nasihat pada seseorang di khalayak umum bisa jadi kita merasa ujub dan paling benar. So, nasihat kita ga ikhlas karena pengen dianggap paling benar, kritis, dan sok peduli. Beda lagi kalau kita nasihati dia dengan cara yang halus dan tulus juga pas berdua aja karena dengan begitu aib saudara kita ngga akan nyebar ke mana-mana.
Juga, kalau kita melihat sesuatu yang buruk pada temen kita langsung aja menyampaikannya secara halus ke orangnya bukan malah bergunjing ke temen yang lain. Sama aja kan nyebar aib saudara dan si pelaku ga berubah karena ga dikasih nasihat secara langsung.

Hemat gue, seperti kata Rasul “berkatalah yang baik atau diam.” (HR Bukhari dan Muslim) jadi, sebelum menasihati atau berkomentar di sosmed pastikan dulu hal tersebut bermanfaat dan tidak menyakiti hati si pelaku. Pikirkan baik-baik, sebelum kita berkata. Kalau ngga berfaidah ya udah mending diem aja. Jadi, jangan sampai yang semula niat kita baik tapi malah menyakiti si pelaku. Udah, gitu aja. Semoga bermanfaat. Wassalamu’alaykum warahmatullah.

17 Komentar untuk "Saat Menasihati"

  1. nice article. seperti kata pepatah.. " mulutmu harimaumu" nah secara tidak langsung pesa yang isamaikan dari kata tersebut adalah betapa berbahayanya lisa kita. karena lisan kita adalah tempat paling banyak menui dosa. Naudzubillah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yapp.. jika harimau tersebut gabisa dikendalikan akan berlaku senjata makan tuan

      Hapus
  2. astaghfirullah, semoga di hindarkan dari perilaku seperti itu...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Selain meminta perlindungan padaNya, harus juga berusaha menjaga lisan dari hal-hal buruk..

      Hapus
  3. Sangat bermanfaat memberi pencerahan :-bd

    BalasHapus
  4. Nice post, Mbak. Naudzubillah kalau sampai berperilaku seperti itu. Semoga kita semua dihindarkan. Aamiin

    BalasHapus
  5. Wah ini nasehat yang bagus buat ibu-ibu kayak saya nih, mbak Zalfaa. Saya pernah juga tanpa sadar menggunjing orang lain atau tetangga, kalau sudah ngomong ngalor ngidul baru sadar kemudian istighfar, hehe

    Harus lebih berhati-hati ya manjaga mulut karunia Allah ini :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mba anjar.. semoga kita bukan termasuk orang yang bangkrut saat di akhirat, pahala habis karena diberikan pada orang yang dizhalimi

      Hapus
  6. Bagaikan pisau tajam bermata ganda... itulah soccial media.
    Bisa menjadi alat penebar manfaat atau sebaliknya dapat mencelakakan.

    Saya jadi mikir2 dulu sebelum menulis komen, jika sekiranya tidak bisa berkata2 baik, tidak ada manfaatnya .. urungkan.

    Terimakasih sudah diingatkan mbak Zalfaa..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mba, memang sudah seharusnya jika sesama Muslim saling mengingatkan.. perkataan kita satu dua yg menyakiti orang boleh jadi masih membekas seperti palu yg ditancapkan kemudian dicabut kembali

      Hapus
  7. Wah bener banget ni fa, apalgi cewek ya hihi
    Urusan rumpik kadang suka ga sadar ikutan arus

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyapp.. maka pilih pergaulan yg bagus supaya temen-temennya ga ngajakin ngrumpi

      Hapus

Silahkan memberikan saran dan masukan :)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel