Hati Tak Bisa Dipaksa

image by : kawanimut

            Hi readers! Hope your day will going fine today. Well, selama seminggu ini gue baru USBN (Ujian Sekolah Berbasis Nasional). Serem yaa.. Ya iyalah USBN kan penentu kelulusan. Bahkan, belum selesai. USBN di tempat gue berakhir pada hari Selasa besok and after that, I should prepare myself to do National Exam (UN). Oh my, cepet banget gue bakal lulus dan ga berstatus sebagai anak SMA lagi. Semoga gue dan temen-temen di seluruh Indonesia yang baru USBN dan akan UN diberi kemudahan dan nilai yang baik, aamiin..
            Hh, gimana yaa.. Kok semakin kesini hati gue nggak sreg.. Nggak sreg sama ini..
            Jadi, dari dulu cita-cita gue kan pengen jadi guru. Entah guru apalah yang penting jangan jadi guru matematika atau ekonomi, uh gue ga suka itung-itungan kecuali ngitung duit itu beda lagi, wkk. Nah, jadilah gue kemarin saat SNMPTN milih jurusan FKIP di UNS. Awalnya, gue pengen nyoba di univ gudang calon guru. Hayooo tau gak dimana? Yap, Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) tapi orangtua ga ngebolehin gue kuliah di Jogja, mending yang deket-deket aja kata beliau berdua. Jadilah gue ambil pilihan pertama FKIP di UNS. FKIP jurusan apa yang gue pilih? Well, as you read, gue pengen jadi guru untuk anak-anak berkebutuhan khusus, so pilihan pertama gue ambil FKIP Pendidikan Luar Biasa dan pilihan kedua gue ambil FKIP Bahasa Inggris. Baru deh pilihan ketiga (yang peluang keterimanya keciiil banget karena berada di pilihan ketiga) gue milih FKIP bahasa Inggris di UNY.
            Pasti kalau ada tetangga nanya, “Setelah lulus SMA mau kuliah dimana dan ambil jurusan apa?”  Gue jawab “Inshaallah FKIP PLB UNS. Mereka kayak masang muka “What the, serius lo?” Bahkan tetangga gue bilang “Apa nggak eman-eman kalau kamu ambil FKIP SLB? Nanti kamu ngajar anak-anak yang kayak gitu lho.” Heal the world, emang kenapa hah kalau gue ngajar anak-anak kayak mereka? Gue kzl kalau ada orang yang mandang aneh, payah, dan meremehkan anak berkebutuhan khusus. Bagaimana pun juga mereka manusia lho. Don’t underestimate them as you think woy!
            Temen gue juga gitu, “Zal ambil apa pas SNMPTN kemarin?” Gue jawab FKIP SLB UNS. Well they said, kok kamu malah ambil itu sih, kok nggak masuk Hubungan Internasional aja sih, kamu kemanain kemampuan bahasa Inggrismu, kenapa kenapa kenapa dan banyak kenapa lainnya. Well, it’s my life and I deserve choose what I do love and really needed.
            Tapi ada sih kata temen nyokap gue yang bilang “Wah bagus donk mba. Guru SLB kan pahalanya banyak.” Aaamiin dah. Ini nih yang pikirannya bagus, nggak merendahkan, dan spread postive vibes.
            Gue suka orang-orang yang selalu memandang positif setiap masalah seperti temen nyokap di atas. Komen-komen negatif mah yaudah lah ya nggak usah digagas. Emang niat gue udah bulat.
            Tapi, apa yang bikin gue nggak sreg? Apa karena jurusan yang gue ambil?
            Bukan, bukan itu.
            Gue, gue belum bisa ikhlas sepenuhnya kalau ternyata setelah lulus SMA gue harus kuliah. Hati gue ngga bisa dipaksa, dia masih tetep pengen mondok. Coba kalau hati kecil gue bisa berbicara, dia bakal dengan tegas menyatakan kalau pengen mondok.
            Asli, gue antara 50% aja belum bisa ngasih hati ke dunia perguruan tinggi. Well, bukan karena apa-apa sih, ya intinya gue pengen mondok dulu dan meraih cita-cita hidup, projek terbesar gue di pondok itu. Karena setelah gue cari informasi kesana-sini, di deket UNS emang ada pesantren mahasiswa, jadi kuliah bisa disambi mondok. Tapi namanya juga diduakan, pasti ga bisa fokus lah ya. Target hafalan di pondok ini pun 5 juz Al Qur’an sampai lulus. Gue merasa nyesek dan hhh, ga mau ngetik lanjutannya..
            Gini, gue nggak berani ngomong ke orangtua takutnya mengecewakan beliau berdua. Beliau berdua kan pengennya gue bisa kuliah manfaatin peluang SNMPTN dan bisa kuliah di univ negeri, tapi di sisi lain hati ga bisa dipaksa, gue punya keinginan kuat masuk pondok buat nyelesein sesuatu di sana. Kan kalau di pondok bakal intensif, Al Qur’an ga diduakan. Kalau di pesantren mahasiswa, ga bisa intensif.
            Ga ada pilihan lain selain gue harus mengorbankan keinginan gue sendiri. Hh, gue harap semoga gue ga keterima SNMPTN, SBMPTN tahun ini biar gue bisa masuk pondok dulu, aamiin.. Mungkin ini harapan yang aneh, tapi gue pengennya gitu. Jujur ya, kemarin pas gue daftar SNMPTN ada yang kelewatan gue bener-bener lupa masukin piagam gue disitu. Padahal tuh piagam lumayan, bisa nambah nilai karena piagam gue alhamdulillah juara 2 tingkat provinsi Jawa Tengah. Ini bener-bener nggak gue sengaja, tapi apakah mungkin ini skenario Allah biar gue emm ya gimana ya, biar gue bisa melakukan apa yang bener-bener gue mau. Sst, jangan bilang-bilang ke ortu gue ya kalau gue lupa masukin tuh piagam.. Karena waktu expo campus kemarin mbak-mbak UNS juga bilang kalau FKIP SLB di UNS itu peminatnya juga banyak sekarang, melihat peluang kerja yang menjanjikan inshaallah di masa depannya.
            Sekarang gue cuma bisa pasrah gimana ke depannya. Harapan gue ya gitu, bisa mondok dulu. Semoga Allah membalikkan hati kedua orangtua agar tiba-tiba gue disuruh masuk pondok, bakal seneng guling-guling dah gue.. Karena dalam suatu hadist kita disuruh memanfaatkan waktu luang sebelum datang waktu sibuk. Kalau nggak habis SMA kapan lagi? :”” hiks..
            Mau ke pondok habis kuliah? Kemungkinan keciiil.. Mungkin saat itu gue akan disibukkan cari kerja, ngurus hal-hal lain, menerima jodoh bertamu di rumah *eeh..
            Nggak ada jalan lain juga selain gue harus bisa belajar berdamai sama hati gue sendiri agar menerima ketetapan yang ada. Ya Rabb, kalau pun bukan gue yang pantas meraih gelar mulia itu semoga kelak adik gue Yumna, atau mungkin anak-anak gue kelak, aamiin..
            Wahai hati, mari mulai sekarang mari kita bekerjasama untuk belajar menerima. Sulit? Memang.. Tapi, adakah sesuatu yang lebih indah daripada ketika kita mau mengorbankan cita tertinggi untuk kebahagiaan orangtua? Senyum donk, jangan cemberut.. #SELFREMINDER #NOTEtoMYSELF
            Satu lagi, pesan untuk orang-orang yang sedang menyandang status sebagai orangtua, maaf bukan bermaksud menggurui.. tolong ya sebaiknya tidak terlalu dipaksakan pilihan Ayah dan Bunda pada anak-anak :)) biarkan mereka bebas memilih jalan dan cita-cita yang benar-benar mereka inginkan dan mereka cintai selama masih berada di jalan kebaikan dan syariat Islam, apalagi jika cita mereka adalah menjadi hafidz/hafidzah Qur’an.. sangat indah bukan? Mereka yang akan menolong Ayah dan Bunda di akhirat kelak, inshaallah.. Karena di akhirat kelak akan banyak orangua yang lebih membutuhkan anak-anak yang sholih dan sholihah apalagi mashaallah yang penghafal Al Qur’an daripada anak yang berhasil menyandang titel sarjana, profesor, doktor, karena anak-anak sholih/ah lah yang mampu menuntun Ayah dan Bunda masuk ke dalam syurga-Nya, inshaallah..
Sekian, semoga semua berbahagia..

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel