Potret Kehidupan Malam Itu

hari itu, on frame : mas dimas dan mba kaffa, taken by mba ratri/yefta

Halo! Semoga selalu sehat dan semangat yaa. Iya, gue tau, di masa-masa pandemi gini, we must stay at home, ngga usah keluar dulu kecuali keperluan mendesak. Karena bad bad bad sad sad sad news ketika baca berita yang bilang kalau kurva penderita Covid-19 terus naik, belum ada tanda-tanda penurunan. Yaudah lah yaa, kalau lo sama gue punya passion yang sama yakni R E B A H A N, inilah saatnya menjadi pahlawan dengan passion itu..

Nah, tapi bolehkah gue sedikit bercerita mengenai cerita perjalanan gue di malam hari dalam melintasi ruang dan waktu, eeh. Nggak ding. Pas itu ceritanya habis persiapan event, awalnya mau balik kost aja karena udah malem, eh nyonya besar bilang suruh pulang. Yauda lah dengan rasa mager, gue menuju rumah dengan kecepatan yang b aja, karena mager wkwk.

Saat itu gue disuguhi beberapa pemandangan yang mungkin menururt lo biasa aja but it’s really heart touching for me..

Ketika melewati lampu lalu lintas, seorang kakek, mungkin seumuran mbah kakung kali yaa.. ia masih mendorong sebuah gerobak, gue ngga terlalu merhatiin apa yang ditawarkan dalam gerobak itu karena lucky me, gue dapat lampu ijo terus saat itu. Samar-samar, kayaknya ada tulisan “Ra metu mergo Corona, ra mangan”. Sekilas gitu gais kayaknya. Kalau di translate ke Indo “Nggak keluar karena adanya Coronan bikin nggak bisa makan” Lalu, saat gue perjalanan pulang juga, Allah kembali tunjukkan betapa memang harus kita menambah rasa syukur dalam hati. Di pinggir jalan, gue lihat seorang difabel, yang kedua kakinya tiada masih mencoba mengais rezeki dengan kemampuan yang dimilikinya. Hati gue kembali gerimis. Ohya, ini malem yaa gais, sekitar jam 9 lebih.

There are so many people who try their best to survive during this pandemic.

Atau lo mau denger kisah lain nggak? Sebut aja namanya Pak Tono yang bersama keluarganya masih megontrak di sebuah rumah kecil. Pak Tono ini kesehariannya bekerja sebagai kuli bangunan. Istrinya bekerja sebagai buruh cuci tetangga. Anaknya 3 masih SD semua. Let’s see what happen. Semenjak adanya pandemic ini, Pak Tono tidak lagi bekerja sebagai buruh bangunan. Semua di stop, siapa juga yang mau menghamburkan uang untuk memperindah/renov rumahnya, lha wong buat sehari-hari aja susah, mending di-stop kan pembangunannya. Nah, begitu pun nasib istrinya, Bude Inah (nama nggak asli), nggak ada yang mau memperkerjakan dia lagi. Bingung bin pusing lah mereka. Untuk makan, bayar kontrakan, biaya pendidikan anak-anak? Darimana mereka mendapatkan itu semua? :’)

Kisah kayak gitu nyata ada gais. Coba tengok kanan kiri kalian. Pernah juga ketika gue wawancara relawan suatu kegiatan kemanusiaan, dia sampai nangis pas cerita keadaan orang yang ditolong. Intinya, roda ekonomi sedang mandeg karena pandemi, nggak ada duit buat hidup. Terus gimana? Nggak tau gue. Mereka udah berusaha cari kerja kesana-kemari tapi karena minim skill dan keadaan banyak perusahaan yang PHK, yaa gitu, mereka ngga bisa mencari uang lagi.

Ngandalin bansos? Bagus sih programnya.. It means, pemerintah peduli sama orang-orang yang terdampak tapi pelaksana teknisnya? Hh, gue greget, keadaan sedang sulit, transparansi bansos kurang jadinya uang rentan dikorup atau pilih-pilih orang berdasarkan tingkat kedekatan mereka bukan seberapa nggak mampu orang itu. Jadinya kan nggak merata. Negara butuh orang-orang kayak H. Agus Salim, Moh. Natsir, Moh. Hatta, negarawan yang peduliiiii banget sama rakyatnya, mereka membuktikan ungkapan leiden is lijden. Yang mau beli barang tapi susah, yaa pendiri bangsa terdahulu. Eh, back to topic.

Just imagine, how’s life changed drastically during this pandemic.

Gini, selama pandemi ini sudah berapa kali kita sambat akan suatu keadaan? Atau sudah berapa kali seenaknya menikmati karya orang entah itu buku/film secara ilegal? I’m not a writer of book or producer, tapi gue tau di balik proses kreatif suatu karya itu melibatkan banyak pihak. Kayak misal sebuah buku nih yaaa. Ada editor, desain cover, penerbit, pengurus ISBN, dan apalagi si penulis butuh waktu lama buat menghasilkan sebuah gagasan kreatif. Terus, without considering those stuff, kita baca buku PDF ilegal yang marak beredar? Please, stop. Kelak, nggak mau kan kalau kita punya karya dan dijual seharga cilok atau bahkan gratis? Hhh..

Terus pernah nggak bertanya-tanya nggak “Hari ini gue mau jajan apa yaa?” atau “Hari ini gue mau makan apa?”

Well, berbahagialah. Di luar sana, banyak orang-orang yang bertanya “How could I survive?”. Mereka bener-bener nggak tahu, hari itu harus ngapain, buat makan, mencukupi kebutuhan, mereka nggak ada ide sama sekali. Saat inilah biasanya manusia akan sadar mengenai titik terendah kehidupan. Bagi orang-orang yang melupakan Tuhannya di saat senang, dalam titik terendah ini, biasanya ia akan kembali. Mengiba, meminta pertolongan pada Yang Maha Pengasih. Tapi sejatinya, bukankah kehidupan ini juga hanyalah sebuah senda-gurau permainan? Dalam kitab suci, banyak sekali ayat yang mewanti-wanti supaya jangan terperdaya kehidupan dunia. Karena kekekalan itu di sana tempatnya.

Akhir kata, tetap semangat yaa. Kamu yang sedang membaca ini, semoga selalu dikuatkan oleh Allah. Yang sedang dalam masa sangat sulit, aku memang nggak tau gimana perasaanmu sekarang, tapi kuharap kamu tetap bisa bertahan saat ini, jangan pernah merasa lemah, kamu punya Tuhan Yang Maha Kuat, kenapa nggak pdkt aja dengan sabar dan sholat biar diberi kemudahan? :)

Dan untuk kamu yang masih bisa makan 3x sehari, masih punya kendaraan, rumah, gadget, bisa rebahan dengan nyaman karena ada wi-fi atau kuota sambil netflixan, jangan lupa bersyukur yaaa. Malu nggak sih misal masih mengeluh ini itu kalau melihat cerita di atas? Mereka nggak punya apa pun untuk bertahan hidup kecuali keimanan dan kerja keras, itulah satu-satunya hal berharga yang tersisa. Rawatlah rasa syukur itu agar kebahagiaan bermekeran dengan indah dalam hatimu. Masih banyak orang di luar sana yang nggak seberuntung kamu hidupnya.



Salam hangat,

Zalfaa 

7 Komentar untuk "Potret Kehidupan Malam Itu"

  1. semalam, di malaysia kes covid-19 kembali mencecah 3 angka (100++). kebimbangan mula wujud sekiranya perintah kawalan (restriction order) dikeluarkan...


    harap kita semua jaga kesihatan sebaiknya #stayhealty #staysafe

    BalasHapus
  2. Betul sekali mbak, aku juga kadang sedih lihat orang sudah tua masih berjualan padahal sudah malam hari. Saat itu ada seorang bapak-bapak umur 50an manggul dagangan bakso.

    Aku lalu tanya karena dia berhenti depan rumah. Katanya sekarang jualan sepi karena orang pada ngirit. Karena ngga enak aku lalu beli baksonya 5 ribu saja (karena aku juga harus ngirit.) Bapak itu senang sekali, karena ada duit tambahan.

    Mengenai bansos, seperti yang mbak bilang, memang rentan sekali penyelewengan karena tergantung RT nya, kalo ngga dekat sama RT ya alamat ngga bakal kebagian.

    BalasHapus
  3. Kalo ada ormg tua jualan malam2 rasanta pengin ngeborong :(
    Sedih.

    Smoga kjta senantiasa jd orng bersyukur💛

    BalasHapus
  4. Yaa, mendengar kisah miris nan sedih ini. Kita semua menjadi sadar, harus banyak2 bersyukur. Banyak dari kita yg sering mengeluh, padahal di luar sana masih banyaaak banget yg keadaan mereka jauh di bawah kita

    Semoga corona ini segera berakhir :")

    BalasHapus
  5. Makasih sudah diingatkan mba. Suka kepikiran jg anak2 yang harus sekolah onlen, banyak yang kesulitan beli paket atau bahkan gak punya HP apalagi laptop

    BalasHapus
  6. dalam bangeeettttt, Tuhan... aku merasa tertampar, gilaaa... paling nggak tega menyaksikan keadaan seperti di atas mbak, sungguh. aku tuh mata bawang banget.. huhu
    pas baca kata “Hari ini gue mau jajan apa yaa?” atau “Hari ini gue mau makan apa?” beneran setiap hari aku mikir begitu, tp kadang suka lupa bersyukur :(

    BalasHapus
  7. Akupun liat sendiri fenomena itu mbak, byk bgt kakek2 yg harusnya udah menikmati hari tua malah keliling buat jualan ya ampun, byk juga yg kehilangan kerjaan, termasuk aku yg kena imbas covid-19 karna gaji dipotong dr perusahaan (curcol), gitu aja aku dulunya ngeluh ngomel2, kenapa full WFO, kenapa sampe potong gaji sih, tp stelah bnr2 dipotong gajinya aku malah jd rajin bersyukur, aku masih punya kerjaan, masih berpenghasilan, byk bgt orang diluar sana yg kehilangan kerjaan, semoga pandemi ini cepat berakhir. sampe nangis ngetiknya hahhaa

    BalasHapus

Silahkan memberikan saran dan masukan :)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel