Sekelumit Kisah Berharga
Assalamu’alaykum pembaca blog ini. Udah berapa lama ya gue ngga nulis? Rasanya kayak ada sarang laba-laba dan bau apek saat gue memasuki laman gue sendiri. Bentar gue semprot pewangi herbal biar fresh. CLINK! Bersih dan wangi! Eh apaan ini. Sudah, lupakan.
Jadi, gue mau cerita sama kalian
kalo gue baru aja mengalami sesuatu menarik yang ada dalam hidup gue. Manis,
pahit, asem, dan semua rasa lainnya mewarnai perjalanan gue pada cerita kali
ini. A hilarous journey that I can’t forget in my life. Oke,
langsung aja yuuk..
Beberapa minggu yang lalu adalah
penutupan kegiatan Pramuka dan semua anggota harus ikut dalam acara sakral
versi Dewan Ambalan tersebut, buat gue sih biasa-biasa aja karena gue sendiri
ngga terlalu excited sama Pramuka. Tapi, saat itu tiba-tiba gue
dipanggil sama senior gue yang dulunya pernah ngatain gue kayak Putri Solo saat
LDK. Udah gue post kan kisah LDK yang penuh keceriaan disini. Yep, senior gue
itu adalah Mas Ak nama aslinya Mas Akung.
Dengan hati berdebar karena gue sama
sekali ngga tau kenapa gue dipanggil, gue menuju kelas X-9 tempat gue dipanggil
sama senior gue itu. Otomatis, gue nggak ikut acara penutupan sakral tersebut.
Gue masih bertanya-tanya kenapa gue dipanggil mendadak sama senior DA itu,
apakah karena gue sering lipsing aja saat dua kali tepuk pramuka, atau karena
gue sering ketawa sendiri tanpa sebab yang jelas dan benar, apa karena gue baru
aja ngatain temen gue kalo dia seorang pecinta kentang? Ah, semua
pertanyaan-pertanyaan ga mutu muncul begitu aja dalam pikiran gue.
Akhirnya, dengan langkah gontai dan
sedikit gugup gue berhasil juga sampai ke kelas X-9 tanpa harus salto atau
sejenisnya. Saat itu Mas Akung bilang “Duduk dulu Dik, tunggu yang lain.” Gue
pun langsung duduk di bangku paling depan. Dalam hati gue agak lega karena gue
tahu nggak cuma gue aja yang dipanggil melainkan masih ada beberapa orang yang
akan menjadi teman seperjuangan gue.
Setelah beberapa saat datanglah
temen gue yang bernama Annisa. I know her well. Pertama, dia anak MPK. Kedua,
dia pernah mendeklarasikan jadi pembaca setia blog gue, mungkin sekarang dia
juga baru baca postingan ini. Ketiga, kita pernah lomba bareng di Universitas
Diponegoro tingkat provinsi beberapa waktu yang lalu tapi kayaknya kita terlalu
ngidem jadi belum bisa meraih gelar juara. Belum sampai disitu, datang lagi
sesosok lelaki yang kayaknya gue ngga asing sama dia. Setelah gue inget-inget,
dia juga pernah jadi temen seperjuangan gue saat lomba di IAIN Surakarta satu
bulan yang lalu. Dia bernama Muhtaris.
Kami pun saling bertanya-tanya,
untuk apa gue dan mereka dipanggil ke sini? Hanya Allah yang tahu saat itu.
Setelah beberapa saat senior gue dateng dengan muka yang tak terdefinisikan.
Singkat cerita, sore itu kami bertiga dipilih sebagai tim lomba debat SMA N 3
Boyolali untuk mewakili tingkat provinsi yang dilaksanakan di Hotel Puri
Garden, Semarang.
Tercengang? Oh ya jelas! Emm
sebelumnya gue mau meluruskan pandangan lo semua. Lo yang sering baca blog gue
pasti bisa mengira dari gaya penulisan gue kalo gue orangnya sering berceloteh,
bicara sana-sini. But abolutely that’s wrong. Gue tipikal orang yang
kalo ngga dimintai pendapat gue akan diem. Karena gue inget hadist Rasulullah
SAW yang mengatakan “Berkatalah yang baik atau diam.” (Muttafaq ‘Alaih) dan gue
lebih seneng diem karena ada pepatah jadul yang bilang kalo diem itu emas. Dan
itu bukan hanya omong kosong belaka gue udah membuktikannya. Dengan menjadi
orang yang bijak dalam berbicara, lo ngga akan punya temen yang merasa
tersakiti karena lisan lo. Namun, dengan berbicara bijak lo akan dihormati
temen-temen lo.
Akhirnya kami bertiga pun berlatih
dengan sisa hari yang bener-bener mepet. Rasanya kayak jatuh dari awan ketujuh,
setiap hari gue sampe rumah saat Maghrib. Namun, karena gue udah izin orangtua,
Alhamdulillah gue ngga pernah kena marah. Secara, orangtua gue juga baik dan
pengertian, eak.
Jadi gini, juklak yang diterima
Boyolali bisa dibilang mepet banget dan lomba debat bahasa Indonesia tingkat
provinsi dipercayakan Pemerintah Boyolali ke SMA N 3 Boyolali karena dulu tim
LDBI Smagaboy pernah jadi juara harapan 1 dengan satu orang best speaker 2
tahun yang lalu. Oke, ini ngga mudah.
Gue pun sedikit demi sedikit
berubah. Dulu saat rapat ROHIS gue lebih niat jadi pendengar yang baik. Tapi
sekarang gue lebih sering ngasih masukan dan temen-temen gue mengapresiasi hal
tersebut. Dengan bimbingan yang sabar dan sistematis dari Mas Akung yang
merupakan salah satu anggota dari tim LDBI smaga yang 2 tahun lalu menang, gue
dan temen-temen jadi tau gimana caranya debat yang baik dan berjuang yang
sebenarnya.
Singkat cerita tanggal 21 April 2016
kami berangkat ke Semarang. To be honestly, kami udah berjuang sebisa kami.
Ehem, jadi gini.. LDBI (lomba debat bahasa Indoensia) itu diikuti oleh 35
kabupaten/kota dari seluruh Jawa Tengah. Lomba debat tersebut berlangsung
selama 3 hari dari tanggal 21 April-23 April. Well, kami udah berjuang
sebisa mungkin. Tapi Allah berkehendak kalo kami cuma bisa sampai pada hari
kedua.. it’s okay for me. Karena Mas Akung sebelumnya pernah bilang di
group LDBI Smagaboy “Dik hasil itu nggak pernah menghianati usaha keras. Kalo
hasilnya belum maksimal berarti bukan kerja keras namanya, tapi ngidem.
Sejujurnya, kata ngidem itu gue juga belum paham betul apa maksdunya. Tapi bisa
didefinisikan kayak cuma santai-santai aja dan ngga ada perjuangan yang
benar-benar berarti. It means, usaha gue, Annisa, dan Muhtaris belum
baik dan kami masih ngidem karena cuma bisa sampai di hari kedua.
Tapi, kami nggak langsung
berlarut-larut dalam kesedihan. Apalagi sampai salto atau beratraksi sirkus di
hadapan dewan juri dan peserta lainnya. Kami kalem dan dimotivasi oleh pelatih
hebat kami yaitu Mas Akung. Emang sih saat melatih ngga cuma ada senior gue
yang itu. Tapi ada juga mbak Tama dan mbak Monic. Tapi mereka berdua nggak
setiap saat bisa.
Bentar, gue nggak mau menulis cerita
sad ending. Masih ada sekelumit cerita yang menggelitik. Jadi,
saat upacara pembukaan gue dan temen-temen lihat ada salah satu peserta yang
dirasa orangnya good looking dan alim. Dia berasal dari Pekalongan dan
absurdnya sosok itu diberi nama Joko oleh mas Akung dan Annisa. Entah apa yang
membuat mereka berdua menjadi tergila-gila dengan sosok Joko tersebut, Mas
Akung dan Annisa mendeklarasikan diri mereka sebagai JFC. Tau nggak apa itu
JFC? Joko Fans Club!
Bayangkan setiap kami berpapasan
dengan sosok Joko, mereka berdua selalu ketawa-ketiwi. Di hari pertama, kami
bertemu dia saat dia bertugas menjadi pembaca doa di acara pembukaan. And
then, hari kedua malah gue sendiri yang ketemua dia. Jadi ceritanya gini,
malem pertama kami dapet 21 mosi yang harus dibedah untuk debat hari kedua.
Akhirnya kami pun berbagi tugas dan Alhamdulillah gue udah selesai pagi harinya.
Gue dan Annisa pada pagi hari kedua pergi ke musholla untuk melaksanakan shalat
Subuh. Sepi. Dan Annisa saat itu pamit duluan karena dia belum menyelesaikan
mosinya pagi itu. Gue masih stay di musholla buat curmow. Yeah, apalagi kalo
bukan curhat mellow. Gue selalu menyandarkan apa pun padaNya. Karena dengan
curhat sama Allah hati bisa plong dan rahasia ngga akan bocor. Trust me,
kalo lo udah mengenal Allah lo akan klepek-klepek karena cintaNya buat kita.
Dan saat seorang diri di musholla, gue denger ada yang mengambil air wudhu. 2
orang jumlahnya. Ternyata mereka seorang guru dan seorang peserta. Gue nggak
tau pasti siapa mereka karena ada pembatasnya.
Setelah gue selesai mengadu dan
merayu-rayu padaNya yang tahu isi hati gue, gue keluar musholla dan hendak
memakai sepatu. Tanpa gue sangka, ternyata seseorang peserta yang sholat Subuh
bersama gurunya dia adalah Joko. Karena gue kalo sama cowok pasti canggung dan
takut banget melihat langsung ke arah matanya, awalnya gue langsung pake sepatu
gue dan hendak pergi. Namun, saat sekilas gue menoleh ke kiri, si Joko
tersenyum ke arah gue dan gue mengulaskan senyum tipis untuknya. Gue pun hendak
menuju kamar tempat senior gue dan Muhtaris menginap untuk menanyakan mosi hari
ini karena Annisa udah duluan gue bingung dan lupa dimana tepatnya letak kamar
tersebut. Dan lo tahu, gue sampai salah kamar dua kali. Dengan PDnya gue
mengetuk pintu dan sosok yang keluar malah seorang cowok yang nggak kue kenal
dan bilang “siapa ya?” gue malu dan langsung minta maaf dan bilang kalo salah
kamar. Selanjutnya gue menebak kalo kamar di samping adalah kamar yang
tepat,awalnya gue ketuk pelan dan manggil nama temen gue. No respond.
Gue ulang dengan sedikit tekanan dan dibukalah korden kamar itu. Ups, lagi-lagi
gue salah kamar. Kali ini lebih parah orang yang membukakan pintu. Udah, nggak
usah gue bahas yak. Akhirnya, setelah salah ketuk kamar dua kali gue berhasil
menemukan kamar tersebut dan bercerita pada mereka kalo gue baru aja ketemu
sosok yang kami beri nama Joko. Hmm, dan lo bisa tebak kan gimana reaksi 2
orang tersebut?
Di hari ketiga karena kami udah
gamasuk,kami cuma bisa have fun. Karena semua peserta diwajibkan
mengikuti upacara penutupan, otomatis kita gabisa pulang. Di saat beberapa
peserta galau luar biasa saat tersingkir, kami awalnya memang berduka cita
tentang kekalahan kami, namun toh kekecewaan ngga akan bisa merubah apapun.
Dari hati gue terdalam, gue merasa bersalah sama siapa pun yang terlibat saat
itu tertutama bu Asih dan mas Akung yang udah mensupport luar bisa. Bu Asih
guru bahasa Indonesia yang berkharisma telah memercayai gue melakukan tugas
ini. Namun meski gue gagal, beliau tetap memberi dukungan yang luar biasa
dengan kelembutannya. Eh, bentar kok jadi melankolis gini sih? Pokoknya gue
cinta bu Asih sebagai guru bahasa Indonesia yang super perhatian dan baik.
Jazaakillahu khayran katsiran Bu Asih..
Oke,kita lanjut kisah gue di hari
ketiga. Pagi harinya gue dan Annisa jalan-jalan menelusuri kota Semarang yang
indah. Udara pagi begitu segar luar biasa yang melenyapkan kegalauan di hati.
Gue udah plong dan bisa menerima semuanya. Tapi enggak buat pelatih gue dan
Annisa. Lo tahu what’s the reason? Mereka belum tau nama asli si Joko!
Dengan usaha sana-sini akhirnya kami semua tahu nama asli si Joko. Namanya
islami banget. Lo tau kan khalifah kedua setelah Abu Bakar Assidiq? Nah namanya
itu, tapi huruf depannya diganti O. Hmm, jadi deh mereka agak lega.
Tapi, belum sampai disitu. Mereka
berdua masih ngebet pengen foto sama sosok Joko. Dengan pengorbanan dan
keelokan mas Akung mereka berdua berhasil foto bareng sama si Joko. Sementara
gue dalam hati masih berpikir kenapa ya beberapa anak Adam bisa-bisanya
langsung ngefans tanpa tahu latar
belakang yang jelas. Yeah, kalo gue udah prinsip. Sosok yang berusaha gue
teladani dan gue kagumi ya Rasulullah Muhammad SAW. There’s not a single
person who can ever match his worth, in character and beauty to ever walk on
earth. Pokoknya perfect deh.
Yeah, itulah sekelumit cerita yang
mengesan di hati gue. Dari situ gue belajar banyak banget. Dan gue bisa
termotivasi jika suatu hari nanti gue masih dipercaya buat ikut lomba apa pun,
gue harus kerja keras ga ngidem. Karena pelatih gue bilang kalo hasil=usaha.
Sebelumnya, gue minta maaf untuk siapa pun yang terlibat di sini karena belum
bisa mencapai hari ketiga itu. Namun, gue juga berterima kasih siapa pun yang
telah mendukung kami selalu. Jazaakumullahu khayran katsiran. Merupakan pengalaman dan guru yang sangat berharga bagi gue. Wassalamu’alaykum!
Kalo abang boleh ga jadi pens neng?
BalasHapusJadi zalfaaholic
Itu lomba debatnya
Debat apaan neng? Apa j yg didebatin?
Mending jadi fansnya Rasulullah Muhammad SAW aja deh..
HapusYang didebatin ya isu-isu yg masih hangat di sekitar, tp mencakup universal sih
tetep semngat dan berusaha agar slalu trcpai cita2
BalasHapusKalo bicara tentang semangat, rasanya semangat gue kayak sinyal.Kadang H+ kadang edge hmm
HapusWah aku jadi teringat semua ekskul pas sms ini
BalasHapusEh jadi annisa ama joko gitu
Sek sek takbaca ulang lagi
Coba dibaca ulang, ngga cuma sama annisa tapi sama senior gue pula.. gue mah saat itu single, free, jadi I could do anything what I want selama masih di jalan yg bener :3
HapusKalah ngga apa Zalfaa, yang penting udah berusaha maksimal dan mendapat pengalaman berharga. Ntar kalau ikut lagi jadi lebih bagus persiapannya. Paling nggak udah dapat 'hadiah hiburan' yaitu ketemu si Joko itu eh Omar ya, cie cie cie :))
BalasHapusHaduh kok fokusnya ke itu sih mba anjar, kayaknya kurang sebotol air mineral deh hihi
HapusHmm semangat mbak jalanin saja hidup ini dengan santai kaya dipantai.
BalasHapusNgga bisa sih kalo santai kayak di pantai ntar gue tenggelam dalam tsunami kenangan *apaanini
HapusHarus tegar menjalani hidup di dunia
BalasHapusBagus thu
HapusIya lumayan.
HapusYup, tegar karena Allah selalu ada buat gue :'D
HapusWaaaah jadi nostalgia nih, ingat semangatnya dulu ikutan kegiatan ini itu. Sekarang mah, nikmatin tantangan huhu
BalasHapusGak apa-apa mba, namanya juga hidup. Time flew so fast dan pasti suatu saat bakal ada rintangan baru dengan jutaan hikmah di dalamnya
HapusTapi kamu keren lho udah bisa jadi duta sekolah. :D
BalasHapusYa, alhamdulillah mba tapi lebih keren kalo bisa menang. Ya, semoga one day lah Aamiin ^_^
HapusAamiin, pasti ada kesempatan kok
Hapususaha keras memang takkan mengkhianati hasil. nggak apa-apa nggak tembuhs hari ke 3, setidaknya berproses. karena proses yang serius akan menghasilkan buah yang baik.
BalasHapusIyup, karena sepertinya gue saat itu masih ngidem jadi belum ada buah yang baik. Tapi, hal ini menjadi pelajaran berharga buat gue..
HapusPaling tidak kamu dapat pengalamn dan teman-teman baru. Orang tua Zalfa pasti bangga pula.. :-) gpp blm juara, next lomba bisa persiapan lbh baik lagi
BalasHapusIyap bunda,pastii next competition in shaa Allah I'll do my best for smagaboy
Hapustetap semangat menjalani kerasnya dunia dek
BalasHapusDunia engga keras kok selama kita sadar if the world doesn't mean anything.. kalo akhirnya kita bakal balik ke akhirat
HapusSemangat dedek zalfa
BalasHapusArigatou gozaimasu febriana san
Hapusaku dulu jaman kuliah ikutan debat bahasa inggri juga, dek, meskipun baru pertama dan satu2nya mayan buat nambah pengalaman :)
BalasHapusIya,buat nambah cerita ke orang-orang tersayang kelak mba ayu, hehe
HapusSemangat yaaa...kata orang kegagalan itu kemenangan yang tertunda. ciee...., ehm, tapi ada benernya juga sih, asal jangan berlarut-larut dalam menyesali kegagalan. Setuju sekali dengan kalimatnya, bahwa favorit dan teladan kita the only one, Rasulullah yak.
BalasHapusIyuup..kalo kata senior gue sih semakin sering kita kalah berarti semakin siap kita untuk menang
Hapus