Amalan Keliru Seputar Ramadhan
Kamis, 01 Juni 2017
Edit
Assalamu’alaykum
warahmatullahi wabarakatuh ukhti wa akhi fillah, gimana, masih semangat untuk
menebar kebaikan pada bulan Ramadhan ini? Semoga semangat itu terus tumbuh dan
mengakar pada kepribadian kita masing-masing yak, Aamiin. Pada post kali ini, gue akan bahas mengenai amalan-amalan yang
keliru seputar Ramadhan. Bisa jadi, kita belum sadar amalan apa saja itu karena
sudah mengakar pada masyarakat umum. Yuk, langsung aja kita bahas amalan apa
aja yang keliru dalam Ramadhan.
Pertama, mengkhususkan
ziarah kubur menjelang Ramadhan. Ehem, lo tahu kan kalau sebagain besar
orang masih melakukan adat ini, yang di Boyolali biasanya disebut nyadran.
Tidak tepat, kalo ada orang beranggapan bahwa menjelang Ramadhan adalah waktu
yang utama untuk menziarahi orangtua atau pun kerabat. Tapi, kalo mau ziarah
bisa kok setiap saat karena ziarah akan membuat hati kita semakin lembut karena
ingat akan malaikat Izrail yang sedang OTW menunggu giliran kita. Nabi
Muhammad Saw bersabda “Lakukanlah ziarah kubur karena hal itu lebih
mengingatkan kalian pada akhirat (kematian)” (HR Muslim no. 976, Ibnu Majah no.
1569, dan Ahmad 1 : 145)
Kedua, padusan,
mandi besar, atau keramasan menyambut Ramadhan. Inget guys,
amalan-amalan yang dibuat sendiri dan nggak ada dalil bisa jadi bid’ah lho, so
be careful! Termasuk acara padusan yang masih melekat pada tradisi
masyarakat umum. Lebih parahnya, acara padusan dilakukan di pemandian yang mana
terjadi ikhtilath yaitu campur baur antara lelaki dan perempuan. Kan aneh kalau
mau nyambut Ramadhan tapi malah disambut dengan hal yang bisa bikin Allah
murka.
Ketiga, mendahului
Ramadhan dengan berpuasa satu atau dua hari sebelumnya. Inget nih sabda
Rasulullah Muhammad Saw “Janganlah kalian mendahului Ramadhan dengan berpuasa
satu atau dua hari sebelumnya, kecuali bagi seseorang yang terbiasa mengerjakan
puasa pada hari tersebut maka puasalah” (HR Abu Daud no. 2335, An Nasai no.
2173, Tirmidzi no. 687 dan Ahmad 2 : 234. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa
hadist ini shahih) Nah, pada hari itu
kita dilarang puasa karena hari tersebut juga hari yang meragukan, berdasarkan
sabda Rasulullah Muhammad Saw “Barangsiapa berpuasa pada hari yang diragukan
maka dia telah mendurhakai Abul Qasim (yaitu Rasulullah Muhammad Saw)” (HR An
Nasai no. 2188 dan Tirmidzi no. 686. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadist
ini shahih.)
Keempat, melafazhkan
“Nawaitu shouma ghodin... Nah ini perlu diperbaiki. Letak niat sebenarnya
adalah di dalam hati bukan di lisan. Bahkan, kalo niat itu dijaherkan, para
ulama lebih melarang keras. Imam Nawawi rahimahullah mengatakan “Tidaklah sah
puasa seseorang kecuali dengan niat. Letak niat adalah dalam hati, tidak
disyaratkan untuk diucapkan dan pendapat ini tidak terdapat perselisihan
diantara para ulama.” (Roudhotuth Tholibin, 1 : 502)
Kelima, pensyariatan
waktu imsak. Maksudnya adalah berhenti makan dan minum saat 10 atau 15
menit sebelum waktu Subuh. Hal ini nggak bener guys. Waktu imsak adalah
sejak terbit fajar shodiq yaitu saat adzan Subuh berkumandang. Jadi, jangan
sampai keselek sendok ya karena terburu-buru makan saat mendengar kata-kata
“imsaak..imsaaak”.
Keenam, dzikir
jama’ah dengan dikomandoi dalam sholat Tarawih atau shalat lima waktu.
Sebagian masyarakat Muslim masih melaksanakan hal ini yang mana nggak ada
tuntunannya dalam agama. Syaikh Abdul ‘Aziz bin Baz rahimahullah berkata “Tidak
diperbolehkan para jama’ah membaca dzikir secara berjama’ah. Akan tetapi yang
tepat adalah setiap orang membaca dzikir sendiri-sendiri tanpa dikomandai oleh
yang lain.karena dzikir secara bersama-sama adalah sesuatu yang tidak ada
tuntunannya dalam syari’at Islam yang suci ini.” (Majmu’ Fatawa Ibnu Baz, 11 :
190)
Ketujuh, “as
sholaatul jaami’ah” untuk menyeru jamaah dalam sholat Tarawih. Ngga ada lho
tuntunan dalam Islam yang mengajarkan seperti ini. Juga, dalam sholat Tarawih
tidak ada seruan adzan atau iqomah untuk memanggil jama’ah karena adzan dan
iqomah hanya ada pada shalat fardhu. Perkara yang ngga ada tuntunannya termasuk
perkara yang diada-adakan atau bid’ah. Yuk, jauhi bid’ah.
Kedelapan, Perayaan
Nuzulul Qur’an. Perayaan ini nggak pernah dicontohkan Nabi Muhammad Saw.
Juga, nggak pernah dicontohkan oleh para sahabat. Para Ulama Ahlus Sunnah wal
Jama’ah mengatakan “Seandainya amalan tersebut baik, tentu mereka (para
sahabat) sudah mendahului kita untuk melakukannya.” Entah dari mana asal mula
perayaan Nuzulul Qur’an di Indonesia.
Kesembilan,
tidak mau mengembalikan keputusan penetapan Ramadhan dan hari raya kepada
pemerintah. Kasus kayak gini pasti terjadi di Indonesia. Ya, walau ngga
setiap tahun sih tapi kan ya keliatan kurang kompak gimana gitu. Al Lajnah Ad
Da’imah, komisi Fatwa Saudi Arabia mengatakan, “Jika di suatu negeri terjadi
perselisihan pendapat,maka hendaklah dikembalikan pada keputusan penguasa
Muslim di negeri tersebut. Jika penguasa tersebut memilih suatu pendapat,
hilanglah perselisihan yang ada dan setiap Muslim di negeri tersebut wajib
mengikuti pendapatnya.” Ngga bermaksud apa pun, lebih baik kita nurut sama
keputusan pemerintah.
Sepuluh, bayak
tidur ketika berpuasa. Ada hadist kayak gini “Tidurnya orang yang berpuasa
adalah ibadah. Diamnya adalah tasbih. Do’anya adalah do’a yang mustajab. Pahala
amalannya pun akan dilipatgandakan.” Perlu kita ketahui kalo hadist ini dho’if.
So, jangan jadikan puasa sebagai alasan untuk bermalas-malasan yak. Mending
baca Al Qur’an dan raih pahala.
And the last
is, puasa tetapi tidak sholat. Hmm, orang macem ini kasian. Ibarat
seorang pekerja keras yang ngga dapet gaji, pasti bikin nyesek dan galau
berkepanjangan. Maka dari itu, sholat 5 waktu kan kewajiban maka harus kita
laksakan. Nah itu dia teman-teman amalan-amalan yang keliru seputar bulan
Ramadhan, semoga bermanfaat. Edisi fiqh Ramadhan hari ini materinya gue kutip
dari buku Panduan Ramadhan karya Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal, S.T., M.Sc wassalamu’alaykum
warahmatullahi wabarakatuh.