Selayang Pandang Al Azhar University, Kairo
Desir pasir di padang tandus.
Segersang pemikiran hati. Terkisah kudiantara cinta yang rumit. Bila keyakinanku
datang, kasih bukan sekedar cinta. Pengorbanan cinta yang agung kupertaruhkan.
Ada yang inget kalimat di atas? Yup,
termasuk lirik Ayat-Ayat Cinta by Rossa. Lagunya enak didenger. Menurut Dr.
Yusuf Qorodhawi dalam kitabnya halal haram, mendengarkan musik boleh saja
(mubah) asalkan tidak menjurumuskan kita dalam hal negatif dan tentunya harus
mengandung hal-hal positif, dan tidak bertentangan dengan syariat Islam, wallahu
a’lam. Kali ini gue ga bakal bahas hukum musik haram atau halal atau berdebat
mengenai hukum musik itu sendiri. Namun mengenai hasrat gue yang entah bisa
tercapai ngga.
Well, cerita ini bermula
ketika Rohis di sekolah gue akan mengadakan bedah buku. Of course, kita
pengen mendatangkan penulis kondang dalam event ini. Terbetiklah ide untuk
mengundang Kang Abik (Habiburrahman el Shirazy) yaitu penulis novel best seller
Ayat-Ayat Cinta. Di saat wacana ini berusaha kami wujudkan semua antusias
mengingat Kang Abik ini penulis yang tidak bisa dianggap remeh, lulusan Al
Azhar pula, komplit dah!
Gue dan Nadia yang bertugas
menghubungi pihak Kang Abik. Gue kasih tau ya, telpon orang penting tuh harus
antri. Nomor sering dialihkan saat itu, hikss. Tapi, kami nggak nyerah gitu
aja. Setelah dihubungi beberapa kali tersambung juga dan hasil finalnya
ternyata agenda beliau full selama 3 bulan ke depan. Hmm, lemes deeh..
Tapi, laa tahzan kita semua
berusaha menerima dengan lapang dan Alhamdulillah kemarin juga udah dapat
ustadz. Kisah belum berakhir sampai sini bagi gue. Hal ini memberikan efek yang
luar biasa bikin gueeeelo (kecewa) bagi gue mengingat gue suka dunia sastra dan
berharap bisa ketemu penulis kondang macam Kang Abik.
Untuk melampiaskan kekecewaan, gue
pun mendengar lagu ayat-ayat cinta untuk flashback ke film jaman gue masih umur
berapa ya,lupa. Kayaknya waktu itu masih imut-imut nan polos gitu deh saat film
Ayat-Ayat Cinta booming. Nah disitu gue streaming juga film Ketika Cinta
Bertasbih.
Gue suka dengan setting yang
digunakan Kang Abik, pasti berhubungan dengan Kairo, Mesir. Bangunannya
terlihat tua namun artistik. Yeah, memang Mesir merupakan pusat kota budaya
tertua di dunia. Karakternya pun juga berhasil memikat para pembacanya. Sebut
saja Fahri, tokoh dalam Ayat-Ayat Cinta yang digambarkan sebagai pemuda sholeh,
baik, dan pinter. Perf deh. Atau Khoirul Azzam (btw namanya bagus ya) artinya
sebaik-baik niat, kurang lebih itu arti namanya. Dia juga mahasasiswa di Al
Azhar dan berhasil lulus dengan predikat jayyid jidan.
Dari situlah gue baru tahu kalau
Mesir tuh indah, semua mahasiswa/mahasiswi disana murni pengen menuntut ilmu. Gara-gara
barusan lihat Ketika Cinta Bertasbih, gua jadi tahu gimana keadaan di Mesir.
Meski pun para penuntut ilmu harus menanggung rindu pada keluarga di rumah.
Tapi, karena tekad mereka sudah bulat untuk menuntut ilmu, tertahanlah rindu
itu, mashaa Allah.
Nah, gue pun iseng cari-cari info
beasiswa ke Al Azhar. Ternyata setiap tahun in shaa Allah ada dan syaratnya pun
bagi orang berlatar belakang pondok pasti mudah yaitu tes tertulis dan lisan
mengenai bahasa Arab dan hafal Al Qur’an minimal 4 juz (jus 30 ditambah 3 jus
awal). Iseng, gue pun melanjutkan pencarian gue ke blog para penuntut ilmu
disana. Katanya sih biaya hidup juga murah, cukup lah sekitar 750ribu-1juta per
bulan. Ya, paling nggak nodong orangtua buat ngasih uang saku sekitar 1juta per
bulannya, ehee. Kuliah di sana pun gratis dan hanya membayar buku sesuai
tingkatan yang harganya relatif murah disana.
Bagi yang mendapat beasiswa, ia akan
mendapat 500ribu per bulan dan asrama gratis di Mesir. Hati gue pun mulai
merasakan getaran pengen menununtut ilmu disana karena teringat kutipan dari
Imam asy Syafi’i rahimahullah “Bagi orang yang beradab dan berilmu, hendaklah
ia merantau ke negeri orang untuk menunut ilmu.” Disana gue ingin memperdalam
ilmu agama gue sekaligus berhijrah ke negeri para nabi kata orang, sekaligus
memperdalam kebudayaan disana.
Gue sempet berdiskusi bareng ibu
mengenai masalah ini. Well, beliau nggak masalah kalau gue pengen kuliah
ke Al Azhar tapi beliau juga mempertanyakan emangnya gue bisa bahasa Arab. Uhh,
gue pengen berteriak “KYAA..KYAA...KYAA..” kenapa dari dulu gue ga belajar
bahasa Arab. Mana hafalan Al Qur’an nggak nambah-nambah. Ya, kalau masalah
hafalan in shaa Allah bisa ditambah dalam waktu 1,5 tahun dari sekarang. Laah,
bahasa Arab gue gimana donk. Ga ada modal sama sekali. Apalagi saat gue baca
blog masisir (mahasiswa Mesir) katanya ada bahasa Arab penduduk Mesir lokal
yang mesti dikuasai, kan kita bakal komunikasi sama mereka. Apa ya namanya,
lupa.. Kayaknya nama bahasa Arabnya ammiyah, pokoknya ngomongnya lebih cepet,
et dah bahasa Arab dasar aja kagak tau ditambah yang begituan. Bayangkan kalau
kuliah disana dan semua bukunya berhuruf arab gundul dan gue sama sekali ngga
bisa. Bayangkan, apa yang akan terjadi pada gue, gue bakal kayak anak ilang
yang ngga tau apa-apa.
Sampai sekarang keinginan gue buat ke Al Azhar, Kairo masih ada.
Tapi, ya dimana gue harus nyari guru bahasa Arab (perempuan) yang bisa privat
di rumah. Ada sih informasi dari mas Hasan, ketua rohis angkatan dulu kalau di
Boyolali setiap hari apa ya, gue lupa. Pokoknya seminggu dua kali ada dauroh
bahasa Arab, namun karena pulang terlalu sore orangtua ga boleh. Dan karena
kondisi fisik gue gampang drop kalau kecapean sekarang ortu gue ga ngebolehin
gue berpikir mengenai belajar bahasa Arab atau ke Al Azhar dulu. Soalnya baru aja
gue sakit dan panas tubuh gue mencapai 39,6oC. Uh, rasanya waktu itu
antara sadar apa nggak. Tapi, biarlah semoga bisa menjadi penawar dosa gue,
aamiin.
Yang jelas kalau gue lihat
mahasiswa-mahasiswi di Al Azhar, Kairo semuanya berazzam kuat untuk memperdalam
ilmu Islam di sana. Pasti orangtuanya pada bangga yak, gimana nggak bangga
anaknya bisa menuntut ilmu di universitas Islam tertua. Di sana ada duktur
(dosen) Al Azhar yang paham betul tentang Islam. Ke Kairo sekalian berhijrah ke
lingkungan yang baik. Pasti di sana orang yang pakai cadar dan pakaian syar’i
ga dianggap aneh bahkan banyak temennya.
Sekarang sih kalau gue pikir untuk
mempelajari bahasa Arab apalagi dalam waktu HANYA 1,5 tahun itu mustahil untuk
menguasai semua. Paling nggak butuh waktu 2 tahun, itu pun harus berada di
lingkungan orang yang berbahasa Arab. Hiks, nyesek. Kenapa nggak dari dulu ya
gue mikirin hal ini.
Ya udah kalau memang bukan takdir
gue buat menuntut ilmu di Al Azhar semoga kelak kalau Allah izinkan biar anak
gue yang ke Al Azhar. Yeah, nggak ada salahnya donk mulai dari sekarang pesen
dulu sama Allah biar dikasih keturunan yang shalih dan shalihah, itu kata guru
agama gue hehe. Semoga beneran gitu dah! Biar kata orang lulusan Al Azhar mau
dibawa ke mana setelah ke Indonesia karena belum ada pekerjaan khusus buat
alumni Al Azhar biarlah Allah yang menentukan masa depan alumni Al Azhar. Gue
yakin bagi para penuntut ilmu yang hatinya ikhlas pasti Allah sudah
mempersiapkan masa depan indah yang tak terduga.
Bukankah dunia itu seperti bayangan. Kata Ibnu Qayyim Al Jauziyah
“Dunia itu ibarat bayangan, bila kau kejar ia akan lari darimu. Tapi,bila kau
palingkan badanmu dia tidak punya pilihan kecuali mengikutimu.”
Jadi, tak usah khawatirlah mengenai masa depan. Semua sudah diatur
oleh-Nya. Termasuk rezeki tak akan tertukar, jadi tenanglah. Sebenarnya kunci
pokok dari kehidupan ini adalah menjadi orang yang bertaqwa karena Allah
menjamin kehidupan orang-orang yang bertaqwa. Namun, untuk mencapai tingkatan
ini memang sulit. Dibutuhkan latihan setiap harinya dan dukungan orang-orang
terdekat.
Allah berfirman dalam QS Ali Imran ayat 200 “Wahai orang-orang yang
beriman, bersabarlah kamu (menghadapi kesukaran dalam mengerjakan
perkara-perkara yang berkebajikan) dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah
bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu
beruntung.”
Beruntung di sini mencakup segalanya. Terjamin kehidupan dunianya.
Juga di akhirat dijanjikan syurga oleh Allah. Mashaa Allah, beruntungnya
orang-orang yang dapat mencapai tingkat bertaqwa.
Begitulah sedikit curcol gue tentang
Al Azhar. Berbahagialah kalian sekarang yang masih imut polos dan sedang di
pondok. Manfaatkan semaksimal mungkin biar besok bisa dapet beasiswa ke Al
Azhar. Kalau pun ngga dapet beasiswa ga usah khawatir, biaya hidup di sana ga
mahal kok sekitar 750ribu-1juta, katanya sih udah termasuk asrama. Namun,
kembali lagi ke masing-masing individu apakah hemat bin cermat atau masih suka
jajan yang nggak perlu. Yeah, meski ga ke Al Azhar gue pengen bisa kayak Fahri
(tokoh fiksi Ayat-Ayat Cinta) belajar menjadi hamba Allah yang baik, berakhlak
baik, dan ikhlas. Semoga ya, aamiin..
Keren ceritanya menarik, mudah-mudahan bisa ke kairo
BalasHapusRecomended sekali al azhar ini
BalasHapusHarus punya mimpi dari skr. Dan action, pasti sampai Kairo :)
BalasHapusterima kasih sudah berbagi. Kami punya banyak kawan2 mesir dan berharap bisa kesana dan mengunjungi Al Azhar satu saat.
BalasHapusthank you ilmunya gan. always sukses.
Cekidot blog ku yg khusus membahas dunia pariwisata di Italia. diharapkan juga akan bermanfaat bagi keluarga yg ingin mencari tempat berlibur bersama anak2nya.
https://liburan-italia.blogspot.it
Iya Universitas Al Azhar memang sudh terkenal sejak lama ya, dan memnag butuh persiapan yang matang kalau ingin kesana terutama masalah bahasa yaa..
BalasHapusMeskipun tidak bisa kesana semoga tetap sukses kuliah di tempat lain ya, di Indonesia juga banyak kok universitas yang bagus-bagus :)
aku baru tau kutipan imam Syafi'i yang mesti ke luar negri buat nyari ilmu, pantesan aja banyak yang belajar di luar negri
BalasHapus*eh lupa sama "carilah ilmu sampai ke negri Cina", emang negri cina dalam negri? hehe
semoga kesampean y mba :)memang liat film Ketika cinta bertasbih jd kepengen yak kesana :p
BalasHapusMantap jiwa, zal...👍
BalasHapusAamiin, semoga bisa tercapai za. Mantap soul.
BalasHapusAamiin, semoga bisa tercapai za. Mantap soul.
BalasHapusdoain yaa
BalasHapusDija nanti kalo SMP mau mondok
semoga kelak bisa sekolah di al azhar mesir juga
aaamiin aaamiiiin
Insya Allah nanti ada kesempatan ya, Zalfa, untuk sekolah atau minimal menjejak di Kairo :)
BalasHapus