Urip Iku Urup

 “Urip iku urup”

dokumentasi BA Solo

Begitulah falsafah Jawa yang masyhur terdengar. Ya, bahwa hidup itu harus bermanfaat bagi orang lain. Hidup tidak sekadar hidup, namun perlu memiliki tujuan yang jelas. Salah satunya adalah mengedepankan kebermanfaatan bagi sesama.

Saya mulai belajar melayani sesama, semenjak tergabung mejadi penerima manfaat program Beasiswa Aktivis Nusantara (BAKTI NUSA) Dompet Dhuafa (DD). Kilas balik ketika dulu mendaftar BAKTI NUSA, di situ kami wajib memiliki program sosial yang memberikan dampak positif bagi banyak orang. Saat itu saya mengusung Sanbukis, perpustakaan mini milik pribadi yang meminjamkan buku secara gratis.

Tidak hanya belajar nilai melayani, bagi saya program BAKTI NUSA merupakan salah satu anugerah terindah yang diberikan Tuhan kepada saya. Mengapa demikian? Mari saya ceritakan. Boleh mengambil secangkir teh terlebih dahulu dengan kudapan yang lezat. Boleh jadi cerita ini akan panjang.

Nilai pertama yang ditanamkan dalam program ini adalah integritas. Dalam menjalani ranah profesional, nilai integritas ini sangat penting untuk menuju kata amanah. Suatu hari dalam penerbangan domestik, ketika pesawat akan lepas landas, para awak kabin diminta untuk secure cabin. Kegiatan ini berupa pemberian instruksi kepada para penumpang pesawat agar mengenakan sabuk pengaman, membuka jendela pesawat, menegakkan sandaran kursi, serta menutup meja. Sebagai salah satu awak kabin di Saudi Arabian Airlines, saya pun melakukan secure cabin. Saat itu, ada seorang ibu-ibu lansia duduk di barisan paling belakang. Beliau duduk sederet dengan keluarganya, yang sepertinya anak laki-lakinya dan istrinya. Saat saya meminta ibu lansia itu untuk mengenakan sabuk pengaman, beliau menolaknya. Beliau berujar dalam bahasa Arab, yang sayangnya saya tidak memahami apa yang beliau katakan.

Saat itu, bisa saja saya memberikan kelonggaran kepada ibu lansia tersebut untuk tidak mengenakan sabuk pengaman. Toh, dia di barisan paling belakang, cabin manager saya mungkin juga tidak sadar kalau ibu ini tidak menggunakan sabuk pengaman. Namun, saya ingat bahwa safety adalah hal yang utama dalam pekerjaan ini. Saya harus amanah menjalankan tugas saya agar semua penumpang dapat menikmati penerbangan dengan standar keselamatan yang baik. Saya pun meminta kembali agar ibu lansia ini memakai sabuk pengaman, bahkan sampai saya berlutut untuk memasangkan sendiri sabuk pengaman si ibu. Usut punya usut, si anak lelaki berkata pada saya bahwa sang ibu takut terhadap sabuk pengaman.

Saya heran, tapi yah mungkin karena sudah tua, mungkin sang ibu kurang familiar dengan hal-hal di dalam pesawat. Saya pun terpaksa melaporkan kejadian ini kepada cabin manager. Akhirnya beliau pun turun tangan langsung untuk menasehati ibu lansia ini agar mengenakan sabuk pengaman. Anak lelaki yang membersamainya berjanji akan membujuk sang ibu agar mau mengenakan sabuk pengaman. Benar saja, akhirnya sang ibu berkenan mengenakan sabuk pengaman. Tak hanya sampai di situ, sebelum pesawat lepas landas, saya melihat si anak lelaki ini menuntun ibunya membaca doa, sepertinya doa safar. Sepanjang penerbangan pun, tangan sang anak memegang lembut telapak tangan sang ibu. Ketika ada guncangan pesawat, terlihat sang ibu panik dan meracau dalam bahasa Arab, saat itu pula si anak lelaki mencium lembut telapak tangan sang ibu untuk menenangkan dan seolah-olah mengisyaratkan, just trust me you’ll be fine. Ah, saya yang menyaksikannya terharu, bahkan hampir meneteskan air mata karena saya pun rindu pada mama di Indonesia. Hati saya hangat dan penuh menyaksikan itu semua. Pengimplementasian nilai integritas yang ditanamkan BAKTI NUSA membawa saya pada kisah menghangatkan hati ini.

Nilai kedua yang saya dapatkan sebagai alumnus BAKTI NUSA adalah cendekia. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) cendekia dapat diartikan sebagai tajam pikiran; lekas mengerti (kalau diberi tahu sesuatu); cerdas; pandai. Saya bukan orang yang sangat bersinar dalam hal ini, perlu banyak belajar untuk dapat mencapai kata “cendekia”. Dalam pekerjaan saya, tidak sedikit penumpang yang mengajak ngobrol dalam bahasa Arab. Saya merasa sedih dan kecewa pada diri sendiri, mengapa tidak sejak dulu saya serius belajar bahasa Arab. Pun ia adalah bahasa Alquran, kitab mulia umat Muslim yang menjadi petunjuk hidup.

Terinspirasi semangat belajar teman-teman di BAKTI NUSA, yang di angkatan saya, beberapa kawan melanjutkan studi S-2, bahkan sampai ke luar negeri. Hal ini memantik kemauan belajar saya. Ya, akhirnya saya memutuskan untuk mengikuti kursus bahasa Arab. Saya cari ustazah yang bersedia mengajar saya secara privat melalui Google Meet. Alhamdulillah, saya dipertemukan dengan sosok cerdas nan rendah hati dari LIPIA. Kini, saya mengikuti kursus bahasa Arab tersebut sebanyak dua kali dalam sepekan. Mohon doakan saya ya agar ilmu penuh berkah yang saya dapatkan. Semoga pula guru bahasa Arab saya selalu dalam lindungan Allah.

Transformatif. Nilai ketiga yang ditanamkan oleh BAKTI NUSA. Mengutip dari website BAKTI NUSA, tranformatif meliputi karakter visioner, komitmen, menggerakkan dan memberdayakan, serta pemberani. Nilai ini menjadi pengingat saya akan tujuan awal kenapa saya merantau dan tidak terlena dengan kehidupan yang glamour. Sikap visioner dalam memetakan tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang, saya lakukan agar tetap berkomitmen penuh untuk berdedikasi terhadap profesi yang sedang saya jalani. Saya pun sempat terbesit untuk membuka bisnis sampingan di Indonesia agar dapat menggerakkan dan memberdayakan masyarakat sekitar. Namun, saat ini, saya tidak boleh gegabah. Masih harus belajar ilmunya agar tidak salah langkah. Mudah-mudahan cita-cita saya dalam memberdayakan orang lain ini dapat segera terwujud.

Terakhir di BAKTI NUSA ada nilai melayani. Mendengar nilai yang satu ini, hati saya selalu teduh dibuatnya. Mengingat value melayani membuat saya sadar bahwa sejatinya hidup itu adalah tentang melayani sesama. Saya hanya orang biasa yang diamanahi Allah menjadi awak kabin. Dalam bekerja, saya menanamkan prinsip bahwa,  karena Allah sudah memercayakan pekerjaan ini kepada saya, maka sebisa mungkin saya akan bekerja dengan sebaik-baiknya. Ya, melayani penumpang dengan sepenuh hati dan tidak membeda-bedakan berdasarkan penampilan, barang branded yang dipakai, atau karena kewarganegaraannya. Semua saya perlakukan dengan sama.

Namun, ada satu momen yang selalu membuat saya antusias selama terbang. Ya, penerbangan haji atau umroh. Rasanya menyenangkan melayani tamu Allah yang hendak pergi ke tanah suci. Saya selalu terenyuh setiap kali melayani mereka. Bagaimana tidak? Mayoritas penumpang haji dan umroh itu sudah tua karena itu mungkin ini adalah pertama kalinya mereka naik pesawat, maka maklum kalau melakukan hal basic seperti memasang sabuk pengaman saja tidak bisa. Tidak apa-apa, kami awak kabin dengan senang hati akan memberi tahu dan membantu memasang sabuk pengaman yang benar. Saya bertanya-tanya, sudah berapa lama para jamaah haji atau umroh ini menabung. Menyisihkan setiap penghasilan dengan bayangan untuk pergi ke tanah suci, memohon ampunan dan tempat diijabahnya segala doa. Ah, membayangkan perjuangan mereka menambah semangat saya dalam bekerja.

Saya pun ingat suatu momen. Saat penerbangan dari Bangladesh ke Jeddah, saat itu saya membawa penumpang haji. Tepatnya ketika penumpang deplaning atau turun dari pesawat. Seperti biasa saya ucapkan terima kasih dengan senyum kepada mereka. Tiba-tiba ada seorang ibu yang menepuk pundak saya. Beliau berkata yang intinya, “Saudia is very nice” sambil tersenyum kepada saya. Whoa, saya makin sumringah dan bersemangat karena hal itu. Pernah juga ada penumpang yang ketika deplaning ­­tiba-tiba memberikan setangkai bunga kepada saya. Pernah pula penumpang anak kecil tiba-tiba memeluk saya. Hal manis tak terduga seperti itu selalu membuat hati saya hangat. Dari situ pula saya yakin kalau kita melakukan sesuatu dengan hati, maka akan masuk ke dalam hati orang lain pula.

Begitulah manfaat luar biasa yang saya rasakan hingga kini sebagai alumnus program BAKTI NUSA. Nilai-nilai dasar yang ditanamkan ketika menjadi penerima manfaat BAKTI NUSA, bagaikan arah mata angin yang menunjukkan jalan ke mana saya harus melangkah. Kalau ada hal yang kurang baik, biasanya saya akan berujar pada diri sendiri. Sing eling, artinya yang ingat. Maksudnya adalah ingat bahwa sebenarnya saya bukan siapa-siapa. Ingat bahwa kehidupan dunia ini adalah senda gurau. Ingat bahwa ada konsekuensi yang menanti jika melakukan hal buruk.

Kiprah Dompet Dhuafa Smiling Foundation dalam menghasilkan insan yang produktif dengan tidak melupakan iman dan takwa patut dirayakan dan diapresiasi. Dengan tujuan melahirkan pemimpin-pemimpin bangsa yang amanah, program BAKTI NUSA hadir untuk melayani kehidupan sesama insani. Asas manfaat menginspirasi semangat menyala dalam diri untuk terus berbuat baik. Muara yang dituju pun adalah rida Allah yang Mahakuasa. Jika boleh menyebutnya, program BAKTI NUSA Dompet Dhuafa mencetak orang-orang dengan mata yang enak dipandang. Meminjam istilah sastrawan Ahmad Tohari dalam buku best seller-nya, mata yang enak dipandang merupakan metafora dari orang-orang yang memiliki sifat welas asih dan dermawan. Begitulah kesan saya sebagai orang yang menerima langsung manfaat dari salah satu program Dompet Dhuafa. Eits, saya pun juga akan menyajikan kesan dari teman-teman Baktinusa angkatan 11 saya dari Solo juga kelompok dalam penugasan Future Leader Camp (FLC).

Beberapa saat yang lalu, saya sempat bersilaturahmi melalui pesan WhatsApp dan mengajak teman-teman berproses saya yang hebat dari Solo untuk bernostalgia mengenai BAKTI NUSA. Seru rasanya menanyai mereka dengan spontan untuk menyebutkan 3 kata tentang BAKTI NUSA. Ini dia jawaban teman-teman saya, tiyang Solo ingkang sae :)

1.       “Jos gandos bos” Ariva, Kedokteran UNS 2018.

2.      “Mengakar, mengudara, dan membumi” Yusron, Biologi UNS 2018.

3.      “Menginspirasi, keren, full sayang” Fatata, Matematika UNS 2018. Tambahan dari Mba Fatat, katanya, “Sirkel BAKTI NUSA ngga pernah gagal jadiin hatiku penuh.” Manis sekali!

4.      “Mimpi, cita, dan anugerah” Farah, Kedokteran UNS 2018.

5.      People + value = attraction” Ifa, ITP UNS 2018.

6.      “Jalan menggapai mimpi” Restu, Sastra Daerah UNS 2018.

7.      “Ngangenin, insightful, valuable” Zharfa, Arsitektur UNS 2018.

8.      Family, extraordinary, turning point” Kamila, Kedokteran UNS 2018.

Selain teman-teman dari BAKTI NUSA Solo, saya juga meminta pendapat maupun kesan dari teman-teman sekelompok saya semasa penugasan Future Leader Camp (FLC). Ini kata mereka tentang BAKTI NUSA.

1.      Laila, alumnus Biokimia IPB Bogor.

“Aku sangat bersyukur bisa menjadi Penerima Manfaat (PM) Beasiswa Aktivis Nusantara (BAKTI NUSA) karena melalui perantara beasiswa ini aku dapat belajar banyak hal. Salah satu dampak yang paling besar adalah beasiswa ini berhasil membentuk karakter diriku dengan 4 value yang ditanamkan kepada para PM, yaitu value integritas, cendekia, transformatif, dan melayani. Alhamdulillah, hingga detik ini value tersebut tetap melekat di dalam diriku dan bisa aku implementasikan di kehidupan sehari-hari, khususnya di ranah pekerjaan. Terima kasih BAKTI NUSA telah menjadi wadah untuk bertumbuh dan berkarya :)”

2.      Fahmi, alumnus Kedokteran UGM.

“Yang aku dapat dari BA, koneksi dalam DD, jadi aku bisa kenal siapa sih yang aku hubungi kalo aku mau berhubungan dengan DD. Teman BA yang keren-keren, aku punya banyak teman dari univ yang bervariasi tapi punya pikiran yang mirip, jadi menyingkat waktuku buat koneksi yang sekufu. Visi baru - aku belajar dari DD bahwasanya kemanusiaan itu bisa dijalankan secara professional, sustainable, dan maju, jadi punya referensi buat dilihat.”

3.      Jovita, alumnus Gizi UNSRI yang sebentar lagi melanjutkan studi ke Belanda.

“Dalam berkehidupan, saya selalu berprinsip bahwa dunia bukan tujuan utama saya, melainkan sarana untuk menggapai kehidupan akhirat yang abadi, yakni syurga-Nya. Oleh karena itu, semasa berkuliah, saya tidak hanya berfokus untuk belajar dan mendapat nilai tinggi, tetapi juga bergabung dengan lingkungan yang mengajarkan nilai-nilai agama dan kebaikan, salah satunya di BAKTI NUSA. Saya sangat terkesan dengan program ini, dimana BAKTI NUSA berusaha menumbuhan kepemimpinan aktivis mahasiswa untuk membentuk anak muda calon pemimpin bangsa dengan 4 nilai yang luar biasa yakni Berintegritas, Cendekia , Transformatif, dan Melayani Masyarakat. BAKTI NUSA juga merumuskan figur pemimpin yang bertumpu pada inti kepemimpinan Nabi Muhammad SAW, manusia terbaik di muka bumi, dalam model Uswah Leadership.

Dengan beragam pembinaan yang ada baik dari tokoh agama, professional dan cendekiawan mengajarkan kami para penerima manfaat untuk bisa suatu saat menjadi pemimpin yang jujur dan amanah, berprestasi, mampu mengikuti perkembangan zaman, dan mau melayani masyarakat secara universal, bukan kepentingan golongan. Saya rasa nilai-nilai  tersebut sangat komprehensif dan komplit untuk mampu membangun bangsa yang besar dan berdaya. Allahumma barik.”

4.      Wendi, alumnus Keperawatan UNAIR.

“Keluarga, seru, ngangenin.”

#31TahunDompetDhuafa melayani masyarakat, salah satunya dalam pembentukan kepemimpinan berbasis uswah leadership bagi mahasiswa. Begitulah dahsyatnya manfaat yang dirasakan saya maupun teman-teman saya. Saya yakin program-program Dompet Dhuafa mampu memberikan manfaat yang berkelanjutan bagi umat. Tak hanya bermanfaat di dunia, namun juga di akhirat, insyaallah. Dompet Dhuafa 31 tahun, mudah-mudahan DD semakin terdepan dalam memberikan dampak positif bagi umat, dilimpahi keberkahan selalu oleh Allah, dan tercapai tujuan-tujuan positif yang telah ditetapkan. Barakallah fii umrik, Dompet Dhuafa.

Menutup tulisan ini, izinkan saya mengutip sebuah kutipan manis dari seorang penulis yang meneduhkan hati.

“Biar dunia kita ini sunyi, senyap. Kita tidak harus dikenal banyak orang untuk bisa menjadi lebih bermanfaat untuk memiliki nilai sebagai manusia. Kita hanya perlu menjadi orang baik.” –Kurniawan Gunadi.

Tak apa tidak begitu populer di kalangan manusia. Bukan seberapa banyak orang yang mengenal kita, namun seberapa banyak legacy yang bisa kita tinggalkan untuk generasi mendatang. Beruntungnya orang-orang yang tidak fokus pada kepopuleran semata. Namanya biasa saja di muka bumi, namun terkenal seantero langit karena amal salihnya. Mudah-mudahan kita menjadi salah satu yang beruntung ini. Teruslah bertumbuh menebar manfaat untuk berbagi senyuman pada sesama, walaupun jalan ini tak riuh, namun semoga lelahnya lilah agar menjadi berkah.

Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba yang diselenggarakan oleh Dompet Dhuafa.

6 Komentar untuk "Urip Iku Urup"

  1. Masyaallah Za, setelah aku baca tulisanmu, aku jadi termotivasi untuk selalu belajar menjadi lebih baik. Semangat nulisnya ya karena setiap apa yang kamu tulis bisa menjadi dorongan pembaca untuk meningkatkan value mereka

    BalasHapus
  2. maasyaallah, semangat berproses my azalia flower, thank you for sending this warm messages, fighting!

    BalasHapus
  3. Iklany Diana Silmy20 Juli 2024 pukul 11.58

    Menginspirasi sekali tulisanmu, Zalfaa. Menyelami makna bekerja dengan jauh lebih dalam, ternyata membawa kita melihat makna yang begitu besar dan berarti ya dalam hidup ini. Sukakkk, thankyou Zalfaa.... ⸜(。˃ ᵕ ˂ )⸝♡

    BalasHapus
  4. A very heartwarming stories🫶🏼🫶🏼

    BalasHapus
  5. MasyaAllah Zalfaa, seperti biasa tulisanmu selalu membuat hatiku terenyuh.. aku beruntung bisa dipertemukan dengan sosok seperti dirimu, setiap mendengar kisah-kisah kamu yang selalu punya nilai untuk kembali dipetik, aku jadi banyak belajar dan seperti merasa bisa melihat dunia dari arah yang belum pernah aku rasakan.. kalo kita ketemu harus lebih banyak ceritanya yaaa hehe
    oiya, semoga semua niat baikmu selalu diberikan kemudahan oleh Allah yaa Zal❤️

    BalasHapus
  6. Keren mba pengalamannya, juga capaiannya dengan beasiswa bakti nusa, bisa menjelajah hingga ke LN

    BalasHapus

Silahkan memberikan saran dan masukan :)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel