Sungguh, Tidak Apa
doc pribadi : pantulan langit lazuardi, no filter no effect |
Masih
adakah cahaya itu di matamu? Menembus langit malam yang gelap karena rembulan
enggan menampakkan pesonanya. Bukannya aku tak merasa bahwa sinar rembulan
sejuk adanya. Bukannya aku tak pernah melihat bahwa langit lazuardi selalu
memiliki pesona yang mendalam. bukannya
aku tak menyadari bahwa teratai yang semula indah kini kian rapuh adanya.
Hari
itu, aku sudah mengambil ponselku. Mengetikkan satu dua kata di bagian catatan.
Membacanya berulang kali hingga hafal di luar kepala. Nanar melintang, hanya
sebatas itu keberanianku beradu. Secangkir coklat panas di hadapanku pun mulai
dingin.
Hari
itu, kau akan pergi bukan? Merajut asa yang selama ini telah kamu tunggu. Iya,
aku turut bersuka cita untukmu. Satu dari sekian banyak mimpimu telah berhasil
kau gapai. Pengajar, pembimbing skripsi, atau apa pun itu, semua turut mengucap
selamat dan berpesan agar hati-hati disana. Teman-teman satu fakultasmu itu,
tampak berbinar lagi cerah dan memberi untaian ucapan selamat yang bahkan membuat
angsana yang sedang berguguran itu pun cemburu.
Hari
itu, iya aku membaca pesanmu. Serangkaian persiapan perjalanan panjang.
Ingatkah kau saat awal kali berjumpa karena sebuah jurnal yang terjatuh? Ah,
tidak tidak. Tidak perlu kau bawa sekeping
ingatan ini menuju tempat barumu disana. Bahkan selama ini pun kita
tidak pernah saling—
Hari
itu, aku hanya bisa berdoa dalam diam mendoakan keselamatanmu. Setelah dering
telepon di kafe hari itu. sungguh,
kau boleh pergi. Lagipula, untuk saat ini, ya sebatas ini saja. cukup rumit memang mendefiniskannya. namun inilah jalan yang sama-sama kita
ambil.
menyesal? Tidak.
Sungguh. Hati selalu tahu dimana tempatnya pulang. Buku aan mansyur
yang selalu kau bawa itu, selalu berkelebat barang sedetik. Jika tidak ada
new york hari ini menjadi favoritmu, maka bolehkah
aku mengatakan bahwa hal berkesan adalah rangkaian tulisan ceker ayam yang singkat dan
kau selipkan secara sengaja atau hanya iseng belaka diantara lembaran kumal
notes yang selalu kubawa itu?
Tak
apa. Walau mungkin sebagian dari diriku mengutuk pesan yang tak tersampaikan
ini. Biarlah ia tenggelam. Tenggelam bersama pesanmu yang tiba-tiba muncul,
“saya akan pergi hari ini.”. dan
jariku hanya mampu mengetikkan, oh ya, hati-hati, baik-baik disana.. Padahal,
tidak pernah sesederhana itu. tidak–
Hingga
pada suatu pagi, ketika ayam sibuk berkokok, dan terlihat seorang tua keriput
yang tertatih berjalan ke surau, sekali lagi, aku menguatkan diri. bukankah
ridho-nya lebih pantas
dipertimbangkan dalam mengambil sikap apa pun? Sudah, cukup. Jadi, tak apa.
mengharapkan dan memperjuangkan suatu hal yang pasti itu baik mba hehe.
BalasHapusbelum pasti :)
Hapushati kan berbolak-balik, sekarang begini besok bisa begitu
Ini seperti pesan orang tua atau seseorang yang sudah tua kepada anak atau sahabat nya ya kak?
BalasHapusyaa gitu deh wkwk
Hapus🌷👌
BalasHapus:)
Hapusdiksinya rapi, kapan-kapan akan main ke sini lagi:)
BalasHapusi'm happy hearing that :)
HapusTetap semangat. Belajar menerima dg penerimaan terbaik, peluk semua rasa yg ada. Yakin aja kl segala sesuatu bakal jd pelajaran berharga di kemudian hari. Semangaaaat yaaa. Bagus tulisannya :)
BalasHapusmakasi mba ella :)
HapusWah... Keren lho mbk, singkat tapi ngena banget. Pemilihan katanya, saya suka😍.
BalasHapusUdah berasa kek baca novel aja.
doakan yaa supaya kelak beneran bisa terbitin novel sendiri :)
Hapusthanks for visiting
Wow... diksinya ngena.
BalasHapusIya, kita bisa belajar menerima dan merelakan tanpa mengharapkan. Okay? :)
yassh, couldn't agree more..
Hapushai mbak! apa khabar? waduhhhh lama sungguh saya tak mampir ke sini. mbak sihat ke tu? harap2 begitulah. maaflah sudah lama saya tak bertanya khabar dan hari ini baru dapat semangat dan momentum untuk kembali berblog. jika berkelapangan, sudi sudilah mampir ke blog saya ya! kita bertegur sapa seperti dulu ;-) see ya!
BalasHapusalhamdulillah, baik :)
Hapuswaah, glad to see u again mba anies
semoga keadaan mba di negeri serawak sana baik-baik pula yaa!
Aduh aku hampir terhanyut membaca tulisan mba, berusaha merelakan meski hati ingin menahannya hehe
BalasHapusTapi apa daya, restu org tua lebih utama
wkwk ngapain ditahan
Hapusudah let it go aja kayak kata elsa :D
ya, mampu untuk belajar menerima dan merelakan walaupun jauh di sudut hati...........
BalasHapus