Tumpahkan Saja
Meminjam nada bicara tokoh cinta dalam film
ada apa dengan cinta saat dialog pecahkan saja gelas-gelas itu. Judul diatas
bisa teman-teman ucapan seperti itu pula.
Tumpahkan saja gelas-gelas itu.
Gelas-gelas kaca yang ada dalam pikiranmu. Gelas-gelas
yang telah penuh. Tumpahkan saja. Jangan dibiarkan. Nanti kau malah akan
pusing, mau ditaruh mana lagi. Segala beban pikiranmu.
Tumpahkan saja gelas-gelas penyimpanan memori
hidupmu. Tumpahkan ia dalam sebuah wadah tak terbatas, yang akan memuat lebih
dari segala batas penyimpanan yang ada di seluruh jagat raya. Tumpah ke dalam
wadah yang tak akan lekang oleh waktu. Sebuah wadah yang ku sebut tulisan.
Tumpahkan ia ke dalam wadah yang bernama
tulisan. Menulislah.
Baik sepatah atau hanya dua patah kata,
tulisan telah mampu menghadirkan ketenangan bagi setiap orang. Jika belum
bagimu, mungkin hanya kau sajalah yang belum terbiasa. Tapi cobalah itu sangat
berguna. Tak perlu kau harus mengunggahnya ke umum, jika itu hal privatmu.
Cukup kau tumpuhkan setiap kata yang telah terlalu sesak memenuhi pikiranmu,
dan tak butuh waktu lama kau akan benar-benar merasa lega.
Karena pernah di satu kesempatan, seorang
kakak tingkat di kampusku merespon pernyataan hasil eksperimen menulisku. Saat
itu apalah bagi orang awam sepertiku yang dapat menyimpulkan suatu hal baru,
rasanya sudah seperti penemu yang bangga
akan teorinya xixixi. Singkat cerita aku merutinkan menulis setiap saat kala
beban pikitan menumpuk dam mulai menggagu fokusku pada hari itu. Kadang banyak,
kadang juga sedikit. Tergantung ruang kosong dalam pikiranku yang aku butuhkan,
sehingga berpengaruh pada kapasitas penyimpanan yang telah penuh yang harus aku
tumpahkan.
Katingku merespon dengan sebuah ilmu yang
ternyata menjadi makanan beliau sehari-sehari sebagai seorang mahasiswa
psikologi. Tentang salah satu langkah dalam sebuah teori yang dapat digunakan
bagi mereka yang mengalami depresi atupun stres pikiran untuk melakukan
pemulihan, yups sebuah katarsis emosi. Maa syaa aAllah, keren bukan? Betapa luas
ya ilmu-Nya.
Nah bagaimana teman-teman, bahkan metode
healing melalui menulis ini bukan hanya teori ecek-ecek aku semata lho, hehe.
Ternyata bahakan memang benaran terbuktinya nyata dalam bidang profesional
keilmiahan psikologi. So masih ragu untuk menulis? Udah coba aja dulu.
Tumpahkan saja gelas-gelas itu.
Setuju banget, jangan terlalu dipendam, tumpahkan saja dalam tulisan, selama tidak merugikan orang lain, udaaahhh tumpahkan saja :)
BalasHapusyassh, writing is healing.
Hapusibarat gelas diisi sama air sampai penuh
BalasHapusyash..
Hapusbuat apa simpan lama-lama dalam hati... bimbang ia kelak menjadi barah yang menyakitkan
BalasHapus