Blessing in Disguise

sumber gambar: pinterest

Tepat ketika menulis ini, aku baru saja mengikuti bootcamp yang dijadwalkan selama sepekan penuh. Belum sepekan sih, hari ini terhitung hari ke-5 dari awal pertemuan. Bootcamp tentang apa itu? Rahasia :p haha.

Di sini, sepertinya aku menjadi yang paling muda dari semua peserta. Kebanyakan sudah bekerja. Ada yang di Dinas Kesehatan, Kementerian Keuangan, bagian HR suatu start-up, freelancer, ah pokoknya beragam. Mereka tentu lebih berpengalaman dengan segudang cerita yang menarik.

Oke, aku ceritakan ya awal mula kenapa bisa ikut bootcamp ini. Di Instagram, aku mengikuti akun seseorang yang bernama Kak Rendy. Kenapa aku ikuti akun dia? Dulu pernah Kak Rendy mengadakan giveaway yang berhadiah kelas persiapan suatu hal yang diadakan oleh penulis ternama, Uda Fuadi. Aku mencoba peruntungan, eh ternyata menang giveaway juga.

Hingga suatu saat, Kak Rendy berhasil merilis karyanya berupa buku yang sangat amat lengkap tentang suatu hal. Karena selama aku mengikuti dia, ada positive vibes yang terasa, maka aku memutuskan untuk ikut PO buku pertamanya.

Eh, ternyata siapa saja yang membeli bukunya bisa mengikuti bootcamp dan itu GRATIS. Iya, gratis! Padahal, kalau berbayar, aku yakin akan banyak peminat yang ikut serta karena ini bukanlah hal yang kaleng-kaleng dan dari tahun ke tahun tidak pernah sepi peminat.

Saat ini, Kak Rendy bekerja di instansi Bea Cukai, namun ia memutuskan untuk melanjutkan studi ke Columbia University. Walau begitu, dia masih down to earth dalam pandanganku. Karena.. aku pernah mengirim pesan kepada seseorang yang menurutku cukup menginspirasi seperti Kak Rendy ini, tapi dibaca saja tidak, apalagi dibalas.

Singkat cerita, aku ikut serta dalam bootcamp ini. Dimulai dari pukul 19.00-21.30. Di situ, Kak Rendy berbagi pada kami dengan jelas bahkan detail mengenai sesuatu yang ia tulis. Banyak informasi dan hal baru yang kudapat selama mengikuti bootcamp ini. Dan melihat semangat teman-teman yang ikut, aku menjadi terpantik untuk tidak mager dan agar bisa seperti mereka. Ada Kak Jennice, Kak Bre, Kak Zindi, Kak Candra, Kak Zaenal, Kak siapa lagi yaa.. pokoknya sekitar belasan peserta. Maka, diskusi bisa lebih intens dan hangat karena tidak seperti webinar yang terkadang ratusan jumlahnya.

Malam ini, materi yang disajikan cukup menarik bagiku. Kamis, 13 Agustus 2021, saat hujan turun dan mataku belum kering karena sesuatu. Iya, aku habis menangis. Bayangkan coba!

Hal ini bermula, ketika ada penugasan untuk mengingat apa sih momen yang paling menyedihkan dalam hidupmu namun hal tersebut malah mendatangkan banyak berkah untukmu. Semacam blessing in disguise gitu.

Kak Rendy memberikan waktu pada kami sekitar 5 menit untuk berefleksi mengingat kejadian menyakitkan itu. Dengan diiringi musik yang mendukung suasana yang diputar oleh Kak Rendy, masing-masing dari kami mulai berefleksi, mengingat kejadian paling menyakitkan namun malah ada kebaikan di dalamnya dan meminta kami untuk menuliskannya di Ms. Power Point.

Pikiranku melayang pada masa-masa ketika mengalami quarter life crisis. Dan yaa.. aku memilih topik SALAH JURUSAN KULIAH!

Aku menuliskan 5 poin yang aku dapat setelah berefleksi dan bisa berdamai dengan hal ini. Yakni aku menjadi lebih menghargai proses, menemukan kebahagiaan, meraih beberapa mimpi yang terlihat mustahil, bisa bertahan dalam keadaan bagaimana pun, dan bertemu dengan teman-teman yang sefrekuensi.

Nah, terus kan ada sesi pemaparan ya. Aku mengajukan diri untuk menjadi yang pertama. Eh, entah datang dari mana setelah aku berbagi layar (share screen), dan nampak power pointku, suaraku mulai gemetar. Bukan, bukan karena grogi namun lebih ingin menangis karena terharu dan bahagia, aku bisa bertahan sejauh ini.

Ketika kalimat awal terucap aku bisa merasakan, nada suaraku bergetar dan tidak tegar. Beda sekali ketika menjadi moderator maupun pewara dalam suatu acara. Aku mencoba baik-baik saja. Namun, semakin aku mencoba terlihat baik-baik saja, semakin terisak lah aku. Aku pun berucap, “Duh, maaf ya Kak dan teman-teman kok malah jadi gini, hehe”

Sambil menahan air mata agar tidak tumpah tapi sepertinya sia-sia, ehe ehe ehe. Kak Rendy langsung bilang “Nggak apa-apa, di sini, kita kan berbagi kisah bareng.” Dan aku melihat wajah-wajah yang menyalakan kamera, tersenyum ke arahku dan seperti bilang “Ayo Zal, nggak apa-apa. Kamu pasti bisa! Kita semua ngerti, kok. Semangat yaa..”

Akhirnya, aku pun berdehem dan agak melantangkan suaraku agar walaupun menangis, aku tidak terlihat terbata-bata amat dalam mengucapkan kalimat. Dan rada malu btw, mamaku di depanku. Ia menyimak setiap kata yang aku utarakan. Tentang jatuh bangunnya aku salah jurusan, betapa aku merasa beruntung karena ada restu orang tua sehingga aku dimudahkan dalam segala hal, serta hal-hal lainnya.

Aku merasakan semua tumpah. Sempat tidak gemetar dalam beberapa menit, lalu aku menangis. Iya, menangis di tengah presentasi. Namun, aku tetap melanjutkan. Karena ini adalah tangisan haru dan aku jadi berpikir betapa baiknya Tuhan padaku selama ini.

Bukan suatu hal yang aku duga sebenarnya, karena sebelum presentasi aku tidak mau menangis namun, ternyata tumpah juga. Oya, aku kan pernah bilang ya, kalau aku gampang tesentuh sesuatu dan nggak suka nada tinggi, makanya gampang nangis ahaha. Make sense nggak sih? Iya-in aja ya, biar ceritaku segera kulanjutkan.

Setelah selesai dan bilang terima kasih dan berhenti berbagi layar, aku langsung mematikan kamera dan mengusap air mata yang tumpah. Kak Rendy seperti bergumam sesuatu namun ternyata lupa di unmute jadinya sedikit membuatku tertawa. Akhirnya, ia sadar dan segera menyalakan pelantangnya (microphone-nya) lantas mengapresiasiku dan memintaku untuk jangan kabur dulu a.k.a jangan matiin kamera dulu haha. Kulihat di kolom chat, teman-teman juga pada menyemangatiku. Mereka pada bilang “keren Zalfaaa”. Mamaku yang berada di hadapanku, juga terlihat terisak mendengar pemaparanku. Amboiiii, malu berlipat ganda rasanya, haha. But izoke. Oya, entah kenapa tumben sinyalku lancar malam ini, padahal biasanya kalau menyalakan kamera, langsung putus-putus tapi tidak dengan hari ini alhamdulillah.

Kak Rendy pun memberikan umpan balik terhadap substansi materiku. Ohya, entah kenapa aku merasa menjadi semakin lega setelah menangis itu. Energi yang kurasakan, sangatlah positif malam ini. Hujan, segelas teh hangat, aroma tanah, dan emosi yang terluapkan, aku merasa damai dan penuh terhadap diriku dan momen saat ini.

Selain itu, aku mengapresiasi terhadap Mas Mbak yang menjadi peserta bootcamp ini. Mereka terlihat hangat dan memiliki semangat yang positif. Aku bukannya lebay ya, tapi memang begitu yang kurasakan.

Hal yang aku syukuri hari ini adalah.. Allah mempertemukanku dengan orang-orang baru. Tidak hanya keren, namun yang lebih penting dari itu, mereka rendah hati dan mau berbagi dengan tulus. You can see who’s genuine enough from your heart.

Yaa Allah, terima kasih telah menggantikan dengan yang lebih baik. Aku meninggalkan seseorang karena-Mu dan langsung Kau bayar kontan. Pertama, aku diangkat menjadi editor berita di fakultas dan sekarang, aku dipertemukan dengan mereka. Di bootcamp ini, ada semangat positif yang hendak diraih bersama dan aku bisa merasakannya.

Mengakhiri tulisan ini, aku berdoa pada Allah agar memudahkan urusan kalian. Semoga impian-impian yang mungkin terlihat mustahil itu, bisa dicapai dengan usaha keras dan doa yang dipanjatkan. Mas Mbak, izinkan aku berbagi kutipan dari buku Negeri 5 Menara yang telah kutamatkan..

“Jangan pernah remehkan impian, walau setinggi apapun. Tuhan sungguh Maha Mendengar.” – Ahmad Fuadi.

MAN JADDWA WAJADA! Selamat berjuang! 

Belum ada Komentar untuk "Blessing in Disguise"

Posting Komentar

Silahkan memberikan saran dan masukan :)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel