How to Win My Heart?

dokumen pribadi: bestie. they won my heart.

Setiap orang memiliki kepribadian yang berbeda, dengan gaya hidup yang berbeda pula. Adanya perbedaan itu, membuat dunia lebih berwarna, membuat satu dengan yang lainnya saling menghargai perbedaan, dan menjadikannya sebagai harmoni yang indah. Dengan adanya perbedaan tersebut, cara memperlakukan orang yang satu dengan lainnya sudah tentu berbeda.

Termasuk dalam urusan bagaimana cara membuat seseorang tertentu menjadi hangat, nyaman, dan merasa senang, tidak bisa disamakan satu dengan yang lainnya. Nah, pada tulisan kali ini, aku bakal berbagi lima hal yang bisa memenangkan hatiku. Terinspirasi dari temanku, Yefta, aku juga sedang mengikuti tantangan 10 hari menulis. Bedanya, seharusnya tantangan ini dilakukan selama 10 hari berturut-turut, namun aku tidak setekun Yefta yang bisa menulis di blog setiap harinya, maka kuputuskan untuk mengikuti tema yang disediakan sepekan sekali atau dua kali, insyaallah.

Nggak usah berlama-lama, tema hari pertama adalah “5 Ways to Win My Heart”. Here we go!

 

Konsisten dengan Omongannya

Aku termasuk orang yang menghargai sebuah kepercayaan. Ketika ada orang yang dengan suka rela berbagi pandangannya padaku, entah mengenai idealisme, pemikiran, opini, atau apapun itu, aku akan senang. Lebih bahagia lagi, kalau ternyata, orang yang tadinya berbagi pemikiran denganku memang menjalankan apa yang dikatakannya padaku. Misalnya, ada orang yang pernah berpendapat kalau pada negeri antah berantah nun jauh di sana, sistemnya bobrok, nggak ada harapan buat maju. Ujaran kebencian dilontarkan dengan berapi-api. Eh tapi, kok pas ada pembagian giveaway, mau-maunya dia ikut ‘mengantre’ giveaway di negeri antah berantah yang pernah dia katakan bobrok itu. Maaf, sama sekali nggak make sense.

Atau, pernah ada orang bilang tentang pendapatnya padaku. Mengajak diskusi segala hal. Ya, sebagai teman berpikir yang baik, aku akan berpikiran terbuka dan tidak ada maksud selain menambah wawasan dan menemukan hal baru. Emm, ternyata belakangan aku tau kalau dia ada maksud lain yang bertentangan dengan prinsipku dalam beragama. Karena tidak bisa mencapai tujuannya itu, seolah-olah perkataan yang selama ini terlontar hangus belaka. Tergantikan dengan perilakunya yang membuat ternganga hingga susah mingkem. Ya sudah, dia nggak konsisten dengan omongannya itu, kepercayaanku padanya pun hilang. Sejak saat itu, aku nggak terlalu peduli dengan apa yang dia lakukan. Karena pertama, dia nggak konsisten dengan apa yang diucapkannya, kedua dia udah sukses menghilangkan rasa kepercayaanku yang mahal, ketiga dia mencari pelarian dalam waktu yang singkat. Tapi, walau begitu, sesuai ajaranku, walau sekarang dengan cara yang berbeda, aku akan berusaha menjaga silaturahmi dengannya walau tidak akan pernah sama seperti sebelumnya.

Pembaca Buku yang Baik

Seperti yang kamu tahu, aku termasuk golongan pecinta buku, haha. Pernah, mama geleng-geleng karena habitku yang lebih suka menghabiskan duit buat beli buku ketimbang baju atau make up. Emm, ya aku mikirnya kalau investasi leher ke atas itu nggak pernah salah, hehe. Nah, begitu juga ketika ada teman yang juga suka baca buku, apalagi ternyata memfavoritkan penulis yang sama. Whoa! Bisa rame gila kalau ngobrol tentang buku dari penulis itu.

Atau kalau memang tidak memfavoritkan penulis yang sama, paling tidak aku akan menyimak penjelasan dia tentang buku atau penulis favoritnya. Aku akan mendapatkan hal baru yang berharga. Informasi dari sebuah buku selalu mendalam dan itu pasti, membuat pembaca menjadi seorang pemikir yang kritis dengan sudut pandang yang luas. Kedalaman informasi yang diberikan dari buku nggak bisa digantikan dengan sepotong artikel maupun unggahan di sosmed. Yeah, siapa yang nggak seneng sih ngobrol dengan orang yang berwawasan luas? Begitu juga ketika ngobrol dengan sesama pecinta buku, aku yang sering terlihat diam seribu bahasa, bisa berubah menjadi seperti orator ulung bak Bung Karno, haha. Selalu senang deh, kalau berdiskusi mengenai suatu bacaan.

Mengerti dan Meresapi Ajaran Agama

Seseorang yang tahu ajaran-ajaran agamanya, akan menjadi sosok yang teduh dan bijak dalam menyikapi pernak-pernik dunia ini. Nggak cuma ngerti ajaran agama, tapi juga berusaha mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari. Sosok yang relijius selalu memiliki nilai lebih kalau dalam pandanganku. Ya walau diriku sendiri belum bisa dikatakan sosok yang relijius, tapi aku senang kalau dekat dengan sosok yang lebih mengerti agama. Dengannya, aku bisa belajar banyak tentang kepercayaanku.

Pun ketika aku hendak jatuh ke dalam hal buruk, mereka yang akan menyampaikan dengan cara yang tidak menyakiti hati. Kadang, aku iri sama temen-temen yang hafalan Alqurannya jauh lebih banyak atau mereka udah istiqomah dalam suatu amalan. Kayak, kok gue gini amat sih haha. Tapi ya, alhamdulillah malah bisa jadi trigger buat bisa kayak dia.

Good Attitude dan Bertanggung Jawab

Siapa sih yang nggak seneng dengan sosok yang perilakunya sopan, rendah hati, dan bertanggung jawab? Haqqul yakien, sosok seperti itu selalu menjadi idaman dalam pertemanan. Mereka tahu cara menempatkan diri yang benar dan bagaimana cara memanusiakan manusia yang benar. Walau segudang prestasi ada, harta melimpah, dan populer, tapi kalau akhlaknya nol, sorry to say, ketiga hal tadi menjadi nggak berarti dalam pandanganku. Mereka yang perilakunya baik, biasanya juga sayang dan baik pada keluarganya. Aku juga senang kalau punya teman yang berbakti pada ayah ibu, caranya pasti beda-beda tapi tujuannya sama; birrul walidain.

Nah, sosok yang bertanggung jawab juga nyenengin. Hal sederhana aja deh, misal datang ketemuan tepat waktu, menyelesaikan apa yang menjadi kewajibannya, dan nggak ngilang di tengah-tengah proyek bersama. Sudah pasti, bekerja sama dengan orang yang bertanggung jawab, pekerjaan akan beres dan bisa meluangkan waktu buat asyik-asyik karena nggak harus lembur mengejar tenggat waktu.

Berjiwa Sosial

Selalu bangga kalau punya temen yang juga peduli sama lingkungan sekitar. Mereka hidup dengan sinar yang menerangi sesama. Potensi mereka hebat tapi nggak egois. Buktinya, mau berbagi banyak hal dengan lingkungan sekitarnya. Beda-beda bidangnya, ada yang di pendidikan, lingkungan, sociopreneur, dsb. Melihat sosok yang berjiwa sosial dan kemanusiaan yang tinggi, selalu berhasil melunakkan hatiku. Beruntung sekarang, aku ada di circle YouLead dan Baktinusa yang notabene mereka adalah aktivis dengan berbagai pengalaman dan ranah yang berbeda. Aku belajar banyak dari mereka dan merekalah yang menginspirasiku. Terima kasih ya Dompet Dhuafa telah memberikan ruang bertumbuh yang spektakuler bagi kami! Oya, aku pun sempat mewawancarai salah satu alumnus Baktinusa yang bekerja di PBB, dan ternyata dia satu SMP denganku dan pernah menjadi juara Duta Bahasa Jawa Tengah bahkan nasional. Kyaaa, dikelilingi orang-orang hebat seperti mereka membuatku lebih bersemangat dalam menjalani hidup. Do good, the good will follow you!

Tahu Kebiasaan Remeh Tentangku

Iya, selalu begitu haha. Aku termasuk orang yang nggak gampang menceritakan diri kalau belum nyaman sama seseorang. Kayak ada perasaan denial gitu, entah kenapa. Tapi, kalau sudah nyaman, aku bakal berusaha menjadi teman terbaik buat dia, pun dia mungkin akan merasa kalau memiliku sebagai teman adalah sebuah hal yang patut disyukuri, *gr dikit bentar ya.

Nah, ketika udah temenan, biasanya beberapa teman otomatis kayak tahu kebiasaanku. Misal, mereka tahu kalau minuman favoritku adalah matcha latte atau green tea, aku kalau beli jus jambu nggak pakai gula, suka pedes walau perut mules setelahnya karena nggak kuat, lebih suka jalan-jalan di alam atau tokbuk, terus aku suka kelupaan naruh kunci di mana jadinya pas pulang kelabakan sendiri haha. Mereka juga yang walau aku diem, bisa merasakan dan tahu gimana cara treatmentku. Misal, pas diem aja dan muka layu, mereka bakal ngerti kalau aku baru nggak mood dan memberiku ruang untuk sendirian dulu. Luv u lebih dari 3.000!

 

Nah, itu tadi beberapa hal yang bisa membuatmu memenangkah hatiku. Haha, ngekek. Tema hari pertama cukup seru. Oh ya, karena keasyikan menulis malah ada enam aspek yang aku tuliskan. Sekarang, giliranku yaa.. Wahai teman-temanku yang baik hatinya, apa yang bisa kulakukan untuk memenangkan hatimu? Beri tahu aku ya! 

6 Komentar untuk "How to Win My Heart?"

  1. Ini seperti tipe orang idaman, hehe kalau yang pertama pasti semuanya suka yang seperti itu, ya. Hehe, tapi yang lainnya juga sih sempurna banget kalau nemu orang yang seperti itu.

    BalasHapus
  2. Paling suka yang nomor dua, pengin punya doi yang satu frekuensi. Tipe idamanku memang yang pintar, hemm bayangin dia pakai kacamata dan baca buku serasa di surga.

    BalasHapus
  3. Untuk memenangkan hati ga perlu good looking, cuma hatinya ada yang nice udah cukup, hehe.

    BalasHapus
  4. Ehem cukup yang sederhana ga perlu sempurna udah bisa menangin hati, ya. Yang pertama langsung teringat yang serius itu utama.

    BalasHapus
  5. Sulit cari yang seperti itu 100 1 malah, dan itu ga pasti suka sama kita. Sebelum itu sih perlu perbaiki diriku sendiri kayaknya.

    BalasHapus

Silahkan memberikan saran dan masukan :)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel