Cermin

Cermin. Sumber: Pinterest

Teman. Sahabat. Orang-orang tersayang. Mereka adalah orang-orang yang punya tempat spesial di hati setelah kedua orang tua bukan? Ada kalanya kita tertawa bersama. Menghabiskan senja dengan potongan-potongan cerita menarik di dalamnya. Atau bertengkar karena ada sesuatu yang tidak satu kata, namun kembali menjadi rekat lagi karena berhasil meredam ego masing-masing untuk seiya dan sekata.

Pernah dalam waktu yang hampir bersamaan, dua orang menganggap karakterku seperti mereka. Kurang lebih mereka bilang kepadaku, “Zalfaa, aku lihat kamu itu kayak lihat versi diriku tapi yang lebih kalem.” Itu kata mereka, haha. Aku pun menimpali, “Iya, kayak cermin ya?”

Pikiranku pun terbang pada lagu berjudul “Mirror” yang dipopulerkan oleh Justin Timberlake. I know it’s an old song. Kalau nggak salah tahun 2012 kali ya awal kali rilis. Lagu berdurasi delapan menit itu menjadi salah satu nyanyian yang memiliki makna mendalam bagiku. Om JT bikinnya juga terinspirasi dari kakek neneknya, yang langgeng sampai tua. Ohya, temanku yang bilang kalau aku mirip wataknya dengan dia, ternyata dia juga menyukai lagu yang sama. Pernah, dia menjadi DJ kelas, tapi karena muter lagu Mirror terus jadinya diboikot, haha. Kasian deh :p

Ehem, mengapa aku menulis malam-malam begini? Nggak lain adalah.. karena aku merasa, aduh gimana ya menjelaskannya. Beruntung. Terharu. Senang. Kembali bersemangat. Semua menjadi satu.

Pagi hari, aku menjalani aktivitas seperti biasa. Bedanya, aku sudah mulai magang mengajar, jadi harus bersiap-siap lebih awal. Namun, karena guru pamongku tidak menginstruksikan masuk hari ini, jadinya aku di rumah saja. Nggak heran, ketika sore hari aku berada di rumah. Ketika bada Asar, aku dikagetkan dengan seseorang yang tiba-tiba mengucapkan “permisi”. Bukan, bukan mas-mas sales panci atau wajan.. tapi mas-mas paket!!

Haqqul yakin itu paket dari Mba Elena, dia pernah bilang kalau mau membuatku terkejut atas barang kirimannya. Ketika itu, dia menjadi pembicara di suatu forum dan ada hadiah lawang (doorprize) bagi yang bisa menjawabnya. Hadiahnya buku! Eh ternyata diriku dong orang yang beruntung itu, haha. Okelah, aku sangat senang dengan kedatangan mas-mas pengirim paket. Oya, Mba Els ini sobi baikku, atas izin Allah, kami bertemu ketika acara final suatu lomba nasional.

Mba Elen udah ngasih bocoran kalau ini tuh nggak cuman sekadar buku, tapi ada hal lain di dalamnya. Aku pun nggak sabar. Apalagi pengemasannya rapat dan rapi, jadi eman-eman mau buka paket. Dan ketika berhasil dibuka, tadaaaa.. aku melongo, mama yang di depanku juga, adekku melongo, dan mungkin cicak-cicak di dinding juga ikutan melongo menyaksikan keajaiban dunia, eh maksudnya menyaksikan isi paket yang sudah kubuka.

Nggak cuma buku yang dijanjikan tapi PLUS PLUS PLUS +++. Kamu tahuuuu? Mba Els mengirimkan logo buat Sanbukis (project meminjam buku gratis punyaku). Eh selain itu ada merchandise yang dia desainkan dong, seperti gantungan kunci, stiker, pembatas buku, dan beberapa buku lainnya! Aku speechless. Ni orang yaa, nggak cuman bikin kaget tapi ngebuat orang jadi pengen guling-guling di lantai karena saking senengnya.

Dan ada satu buku yang ketika aku membaca judulnya berkaca-kaca. Bukan buku best-seller sih atau karena penulisnya favoritku. Tak lain, buku itu mengungkapkan mimpiku yang terpendam selama ini dan ingin kuraih pasca menyelesaikan gelar sarjana ini, insyaallah.

Akhirnya, kami pun berbincang malam ini usai aku menghadiri rapat. Pukul 21.30 hingga 23.00, kami bercerita banyak hal. Termasuk, aku ingin tahu mengapa SENIAAAAT ini? Dan kamu tahu? Ternyata, Mba Elen ingin membuatku kembali merasa bersemangat dalam menjalankan social project yang aku dirikan. Dia bilang katanya semangatku terlihat menurun, makanya dia mau semangatku kembali menyala. Daaan, Mba Elen sampai butuh waktu 3 bulan dong menyiapkan kejutan yang aku terima sore ini :’))), sampai bikin beberapa sketsa di i-Pad sama buku sketsanya. Aku nggak tau harus bilang apa selain terima kasih, semoga Allah yang membalas kebaikanmu ya, Mba. Seniat itu mau bantu aku semangat lagi, huhu. Sanbukis terbantu sekaliiiii.

Nggak berhenti di situ, temanku saat dulu magang sebagai copywriter di Aksi Berbagi, Mas Satrio juga melakukan kebaikan di hari yang sama untuk Sanbukis. Pas pagi hari, dia bilang tertarik buat bantu pendataan di Sanbukis dengan membuatkan spreadsheet agar lebih terdata dan yang mau pinjem tinggal buku tautan itu untuk mengecek apakah bukunya tersedia atau tidak. Daan voila! Malam harinya dia mengirimku tautan spreadsheet itu sudah jadi! Niat sekaliiiii anda.

AKU MINGKEM, tidak bisa berkata apa-apa atas kebaikan yang dikirim Allah melalui mereka. Sebelumnya, ada Mba Ama juga yang kerja di Batam dan menitipkan puluhan buku koleksinya pada Sanbukis.

Aku yang sedang sibuk kembali diingatkan oleh teman-temanku yang superrrrrrrrrrrrrrrr baik hati! Sederhana keinginan mereka, mereka ingin aku kembali bersemangat menjalankan proyek-proyek sosialku di tengah beberapa kesibukanku saat ini. Huaa baik banget :’))

Selain itu gais, aku mau cerita.. hadeh, kalau aku sebutkan satu per satu nama orang baik di unggahan ini kayaknya bakal makan banyak halaman deh haha. Tapi intinya aja ya, aku merasa.. Aku merasa bersyukur sekali telah dipertemukan dengan orang-orang baik. Entah baik agamanya, sikapnya, kebijaksanaannya, manajemen waktunya, caranya berpikir, atau mindsetnya dalam memandang sesuatu.

Semakin ke sini, konsep law of attraction itu nyata benar adanya. Orang-orang terdekat kita, sahabat kita, pasti punya value yang sama dengan kita, sehingga menjadikan kita dekat dan lebih baik dari hari ke hari. Apa yang kita pikirkan ya itulah yang akan terjadi. Kalau berusaha berpikir positif, ya energi positif yang bakal kita dapat. Pun sebaliknya dan ini seperti cermin.

Yaa. Seperti yang dibilang Justin Timberlake,

“It’s like you’re my mirror. My mirror staring back at me. I couldn’t get any bigger, with anyone else besides me.”

Ya, orang-orang yang dekat denganku memang seperti cermin. Ada sikap ataupun nilai kesamaan yang kami pegang, sehingga menjadi satu frekuensi. Aku juga nggak bisa menjadi lebih atau tertinggal kalau bersama mereka karena cermin hanya akan memantulkan bayangan di depannya. Begitu pun aku, aku ingin orang-orang yang ada di sekitarku bisa tumbuh bersama. Make us be better day by day.

Dan semakin ke sini pula, aku tidak menjadi bias terhadap sesuatu. Btw, aku baru saja membaca buku yang berjudul “Menentukan Arah” yang ditulis oleh Aji Nur Afidah dan Kurniawan Gunadi. Buku ini aku pinjam dari seorang teman ketika kemarin galau memutuskan suatu hal. Awalnya kukira buku ini membahas tentang langkah-langkah menentukan arah mimpi karena aku nggak baca synopsis atau research dulu, cuman baca judulnya. Eh aku salah. Ternyata “arah” yang dibahas dan disorot dalam buku ini adalah arah dalam menentukan separuh agama, hmmm. Udah terlanjur pinjem, sayang kalau nggak dibaca, maka aku pun menyelesaikannya dan hanya dalam waktu kurang dari 3jam buku ini aku lahap.

BAGUUUUS :’) 

Hehe, membahas cermin ini poin utamanya adalah para teman baikku. Kalau aku mau dikelilingi orang-orang dengan mata yang enak dipandang, aku pun juga harus berusaha begitu dulu. Ah, pokoknya buat teman-temanku yang baiiiik, sayang banyak deh buat kalian dan semoga selalu dalam lindungan Tuhan yaa! Sudah tengah malam rupanya. Selamat beristirahat semua!

3 Komentar untuk "Cermin"

  1. Sering seperti ini menemukan teman yang satu frekuensi kayak cerminan diri sendiri, walau kadang jengkel sama sikapnya setelah dipikir lagi aku juga kayak gitu ...

    BalasHapus
  2. cari teman yang kayak gini seribu satu bukan sih, tapi kalau udah dapat kayak gini serasa punya saudara

    BalasHapus
  3. bersyukur banget punya temen yg sefrekuensi, yaa. temen2 yg baikkkk, yg kaya keluarga sendiri dan yang tulus.

    BalasHapus

Silahkan memberikan saran dan masukan :)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel