Rivers Flow in This Story
“I just want everyone to be at peace. I dream of a peaceful world.” – Yiruma.
Hai,
hai! Selamat Idulfitri bagi pembaca setia blog gue! Makasih yaa udah mau
berkunjung dan membaca bittersweet maupun kebahagiaan hidup gue, hehehe. Mohon
maaf lahir dan batin yaa. Semoga pula Allah menerima amal baik kita kala
Ramadan kemarin. Gue mau cerita sesuatu yang cukup membuat gue merasa seperti
ada kupu-kupu terbang di perut gue, cielah pakai idiom segala, hahaha. Rasanya
lucu, aneh, tapi menyenangkan juga.
Eits,
ini nggak berarti gue sedang jatuh cinta ya karena merasakan kupu-kupu terbang
di perut. Tapi.. sebuah perasaan lega, haru, bahagia, dan tersentuh. Hmm,
campur aduk banget yaa. Gue nulis ini terinspirasi dari dua orang. Yap, pianis
berkharisma yaitu Yiruma dan sosok kalem nan gemas bernama Laila, hahaha.
Orang
pertama adalah Yiruma. Seorang pianis asal Korea Selatan. Awal kali gue tahu
Yiruma adalah dari temen gue yang bisa main piano dan biola. Di sebuah hotel,
dia cover lagu Kiss The Rain kalau nggak salah. Gue langsung kayak menemukan
sesuatu yang klik dengan instrumental yang gue dengar.
Yiruma. Sumber: Spotify. |
Langsung
kepolah gue dengan sosok Yiruma ini. Sejauh ini ada tiga instrumental yang
menjadi favorit gue yaitu Kiss The Rain, Rivers Flow in You, dan May Be. Jujur,
gue seneng lihat Om Yiruma (he’s around 44 yo btw) memainkan
jemarinya di piano miliknya. Raut mukanya tenang, nadanya entah kenapa kayak
klik banget dengan jiwa melankolis gue, dan.. TULUS. Yiruma memainkan piano dengan hati.
Gue
nggak banyak tahu sih tentang Yiruma ini, karena pas nyari di Google pun, minim
informasi yang gue dapet. Tapi, dari instrumental yang gue denger, utamanya
Rivers Flow in You, gue bisa merasakan ketulusan seorang Yiruma dalam setiap
sentuhannya. Gue lihat di Instagram, beliau juga bukan sosok yang neko-neko. Cenderung
sederhana, kalem, dan yeah like me an introvert ehe.
Di
suatu video, gue bener-bener merasa tersentuh ketika beliau sedang memainkan
tiga instrumental kesukaan gue tadi. Latar tempatnya kayak di pedesaan Korea,
jadi vibesnya alam gitu deh. Ditambah pakai outfit warna hitam, yang kenal gue
udah lama pasti paham, gue memiliki ketertarikan sendiri terhadap warna-warna
baju monokrom, utamanya putih dan hitam. Terus, ditambah raut mukanya yang
menenangkan kala memainkan piano, dan instrumental tanpa lirik yang dibawakannya
itu lhooo, hmm, aihhh bikin terharu :’)) bagus bangeeet. Dari segi visual video
juga oke. Da besttt.
Intinya,
dari Yiruma gue belajar untuk menjadi pribadi yang menenangkan. Dia bilang
kalau “I just want everyone to be at peace” dan yea, dia sudah turut andil
dalam menciptakan melodi yang sedemikian indahnya. Kisah pribadinya juga nggak
kayak kebanyakan artis yang kalau nikah beberapa tahun bisa cerai, tapi rumah
tangga beliau awet. Kepribadiannya juga kalem dan raut wajahnya adem. Mengenai
raut wajah tenang ini, pas ada sesuatu yang bikin gue kesel, gue langsung
keinget sebuah ayat favorit gue, QS Al Ma’arij:5, langsung deh gue berusaha
menahan emosi dan berusaha memasang wajah minimal datar, nggak keliatan marah.
Ditambah teladan dari Yiruma, bismillah semoga bisa turut andil dalam menjadi
pribadi yang meneduhkan untuk dunia yang lebih baik.
Inspirasi
kedua, tak lain tak bukan datangnya dari Umma Nur Laila Ekaputri, hahaha. Pagi tadi
gue menanyakan suatu hal sama Lail. Tau apa responsnya? Malah senyum-senyum
dong, wkwkwkwk. Yaa alhamdulillah, pagi-pagi udah bikin anak orang bahagia :p. Ini
adalah tentang.. MEMPERSIAPKAN DIRI. Mempersiapkan diri buat apa hayooo?
Biar
gue dan Lail aja ya yang tau, oya Mba Els juga. Intinya, gue cerita sama Lail,
bahwa ada sesuatu tak terduga yang bikin gue gugup, senang, penasaran, tapi
juga khawatir. Gue berpikir, “Masa iya secepat ini?”. Pokoknya, ada sesuatu
yang nggak gue targetkan tahun ini, tapi tiba-tiba dateng. Gue sebagai orang yang sering merencanakan sesuatu dan bikin linimasa kayak, haaaah. Wkwkwk
duh gimana ya. Monmaap kalau tulisan kali ini rada kurang rapi, gue ngetiknya
campur aduk soalnya. Di sisi lain, gue sedang terikat kontrak suatu hal yang
membuat gue kurang yakin gimana ke depannya.
Tahu
apa kata Lail? Gue disarankan buat komunikasiin biar hal tersebut bisa berjalan
setelah selesai kontrak, hahaha. Andai semudah itu ya, Bund.
Tapi
gais.. ada sebuah pesan dari Lail yang cukup menampar gue. Plak plak plak. Nggak
sakit sih, bikin meringis doang Laa, hahaa. Lail bilang, “mungkin ini salah
satu petunjuk dari Allah Zal, supaya kamu bisa mempersiapkan juga untuk masuk
ke tahap itu. Meskipun targetnya masih lama, tapi belajar untuk itu memang
harus dari jauh-jauh hari supaya nanti semakin siap dan ngerasa nggak ada yang
terlalu mendadak.”
JENG
JENG JENG JENG.
Gue
menjadi tersentak, teringat sebuah peristiwa yang telah terjadi. Nasihat Lail
betul adanya. Oke flashback dulu. Singkat cerita ini adalah kisah di Baktinusa. Jadi, sebenernya
dari jauh-jauh hari, emang gue udah kepengen buat jadi bagian dari keluarga
besar Baktinusa. Melihat mas mbak Baktinusa yang masyaallah, jadi makin pengen
deh gue. Tapi ya gitu, sebatas pengen. Buat berjuang gue selalu menunda, kayak,
ah kan masih satu tahun lagi, ah masih lama, ah masih enam bulan, dan DOR!
Tiba-tiba ada poster kalau Baktinusa udah buka seleksi buat angkatan gue yaitu
angkatan 2018.
Gue
terkaget-kaget. Alamaak, gimana sih Zal, kayaknya belum maksimal menjalankan
peran, eh tau-tau udah bukaan Baktinusa aja. Hadeh. Ya gue saat itu, seneng dan
cemas tentunya. Gue daftar Baktinusa merasa belum maksimal dalam persiapan.
Hufft, ini semua karena gue deadliner dan menunda. Bertaubatlah,
Zalfaaaa! :’)))
Singkat
cerita, eh alhamdulillah diterima Baktinusa. Gue kayak, hah serius secepat ini?
Gue udah jadi bagian dari Baktinusa? Kayak nggak nyangka, terlalu cepat, tapi
ya udah gimana lagi, hahaha lol.
Ditambah,
kemarin gue flashback mengenang masa lalu. Ceritanya keluarga besar yang
pulang ke rumah mbah, ngajakin piknik ke Jogja. Sebagai introvert yang
energinya gampang terkuras kalau habis ketemu banyak orang, gue menolak ikut
pergi. Bukan tanpa alasan, sehari dua hari sebelumnya, gue sudah cukup banyak
menghabiskan waktu buat bertemu dan bersosialisasi dengan sanak saudara dan turut
andil dalam menghabiskan camilan pula, hahaha. Nah, gue bener-bener capek.
Membayangkan macet, terus di tempat wisata rame banyak orang. TIDAAAK.
Tapi
emak gue memaksa gue buat ikutan. Haaa jadilah dengan energi yang sangat minim
gue memaksakan diri ke Jogja. Eh bener aja macet parah, ditambah pas di objek
wisata, rameee pol. Jujur aja, gue nggak suka suasana rame-rame gitu. Lautan manusia
kayak nggak bisa dibelah gitu. Hadeh hadeh hadeh. Mending gue rebahan atau diajak
wisata kuliner aja deh terus buru pulang, hiksss.
Etapi
gais, di balik sambatan tadi, Allah hadirkan perasaan nostalgic kala perjalanan
pulang. Gue menjadi terkenang masa-masa di mana gue sangat menginginkan buat
diterima jadi bagian dari Humas UNS, lebih tepatnya menjadi seorang jurnalis. Gue
menjadi teringat masa-masa di mana gue pengen kuliah di UNS dan tau-tau udah
mau lulus aja. Gue menjadi teringat masa-masa di mana gue ingin ini itu dan
alhamdulillah, Allah berikan dan menjawab doa gue setelah ikhtiar yang
maksimal.
Gue
jadi mikir…
Ternyata,
hidup yang sesungguhnya itu ya dengan menjalani secara mindfulness terhadap
apa aja yang udah diberikan Tuhan saat ini. Misal, dulu kan gue ngebet banget
jadi jurnalis kampus. Ya keren aja gitu, wkwkwk. Ke mana-mana pakai ID card,
masuk seminar pas offline gratis, diperlakukan dengan baik oleh panitia event,
dapet uang saku yang membuat gue udah berhenti minta uang bulanan ke orang tua.
Eh sekarang udah tercapai. Alhamdulillah, semua atas izin dan berkah dari Allah
semata.
Ternyata
gais, cara paling baik untuk menghadapi masa depan adalah selalu berusaha
berbuat yang terbaik hari ini bahkan sekarang. Jangan terlampau pusing
memikirkan masa depan, itu hanya angan-angan semu. Hati-hati dengan kehidupan
dunia ini yang panjang angannya, bukankah kehidupan dunia itu senda gurau dan
penuh dengan tipu daya? :’). Dulu pengen A, udah dikasih A, eh terus mikir
pengen dapet B dan seterusnya. Jadinya malah nggak maksimal yang di A tadi,
malah kadang terlantar. Nah, harusnya kan berusaha yang terbaik ya buat A tadi.
So, udah cukup begituan. Nikmati apa yang dianugerahkan saat ini sembari terus
memperbaiki diri dan meningkatkan kualitas hidup.
Pun
kayak kata Lail, tak kalah penting adalah tentang perencanaan masa depan. Tolong
bedakan mana yang angan-angan dan mana perencanaan. Angan-angan adalah sebatas
lo mikir sesuatu, cuma mengkhayal doang tanpa membuat rencana untuk mencapai
mimpi itu, ya nirfaedah. Nah, kalau persiapan, lo sudah membayangkan bagaimana
kehidupan di masa depan, lalu menyusun strategi untuk mencapai tujuan itu tanpa
melupakan kewajiban dan amanah yang udah didapet sekarang, dan ACTION tentunya!
Tak lupa melibatkan Allah agar senantiasa diberkahi selalu.
Ehem,
gue jadi mikir random, gimana kalau momen sakral dan sangat berarti di
hidup gue berlalu gitu aja? Gue pernah lihat vlog keluarga Kalaweit yang
masyaallah turut melestarikan satwa liar di Kalimantan sana. Tapi nggak cuma
itu gais, keluarga ini positive vibes banget pas dilihat. Senyumnya tulus
dan santuy gitu lho orang-orang di dalamnya. Nah gue rada ngakak pas Mba Pradha
cerita masa lalu nikahan dia, kalau dia kaget sendiri masa dirinya udah nikah, secapat
itu kah. Mana sama bule dari Prancis yang bermisi mulia bagi kelangsungan satwa
liar di Indonesia lagi! Gue senyum pas dengerin cerita itu.
Nah,
gue nggak mau mengulang kesalahan yang sama. Menunda perjuangan karena merasa sudah
menargetkan sesuatu di tahun sekian, eh tiba-tiba nggak sesuai target, bisa
jadi lebih cepat daripada yang dibayangkan sebelumnya. Lail makasih yaa :’),
gue jadi mikir rada visioner kan dan mulai menyusun langkah-langkah buat
mempersiapkan itu yang sebenernya targetnya masih lama. Kan nggak lucu misal
ada yang tiba-tiba minta nomor murabbi atau dateng ke rumah, sementara bedain
lengkuas sama kunyit aja masih bingung, hahaha. I’ll try my best :’),
insyaallah.
Memang
kesempatan baik itu selalu datang di waktu yang tepat. Gue pernah menulis kalau
bisa jadi sebuah kesempatan baik itu belum dateng ya karena kita emang belum
pantes. Lantas memperbaiki diri dan menjadi pribadi yang brilian, baru deh
kesempatan baik itu menghampiri kita. Oya, bisa jadi kita sendiri merasa belum
siap mengambil amanah atau kesempatan itu, tapi ternyata bisa jadi menurut
Allah kita udah siap. Jadi, bismillahkan saja kesempatan baik yang datang,
sembari menimbang beberapa hal apakah memang sebaiknya diambil atau ditunda.
Lalu, minta petunjuk Allah, Yang Maha Mengetahui.
Dan
mengenai prioritas yang perlu dipikirkan, alhamdulillah gue sudah terlatih untuk fokus pada
orang-orang yang menghargai keberadaan gue. Dalam hidup kan nggak selamanya ya
kita ketemu orang baik karena setiap individu itu unik. Gue selalu menanamkan pemahaman,
kalau ketemu orang pertama kali, dia baik, tapi kalau lama-kelamaan toksik dan
cukup membuat gue sakit hati, ya udah nggak usah terlalu dipikirin. Apakah harus balik berbuat buruk? Nggak juga. Yang membedakan Muslim adalah akhlak baiknya. Kita diajarkan buat berbuat baik pada sesama unconditionally. Nah lalu, kalau gue notice ada orang yang peduli sama gue,
sungguh, gue menyayangi mereka dan berharap kehidupan yang baik buat mereka. Ini
bukan masalah kuantitas tapi lebih ke kualitas. Gue nggak butuh terlalu banyak
haha hihi tapi nggak ada esensinya. Better surrounded by beberapa orang
aja, tapi mereka pandai menghargai keberadaan gue, it’s more than enough.
Kembali
ke pernyataan Pak Habibie, “tak perlu seseorang yang sempurna, cukup temukan
dia yang bisa membuatmu lebih berarti dari siapapun.” Ungkapan ini gue pegang
erat dalam menjalani hubungan sesama manusia. Orang tulus itu langka dan
alhamdulillah gue udah menemukan beberapa manusia tulus nan berhati lembut yang
mewarnai hidup gue. Aduh, pengen nangis terharu wkwkwk. Teringat kebaikan
kalian, perhatian, rasa penerimaan yang besar setelah tau baik buruk gue, aaaah
cinta banget pokoknya.
Satu
lagi, kacamata gue terbatas. Bisa jadi yang menurut gue baik, belum tentu baik
menurut Allah. Pun sebaliknya, bisa jadi menurut gue itu buruk, tapi menurut
Allah adalah hal yang baik. Selain berusaha menjadi pribadi yang terus
berbenah, gue juga minta sama Allah, supaya yang dihadirkan nantinya pun adalah
orang terbaik pilihan-Nya. Itulah mengapa istikarah penting dan ketergesaan itu
sesuatu yang tidak disukai Allah. Bersabarlah.
Biarkan
aku menepi
Berdansa
bersama embun pagi
Bermain
peran dengan ilalang
Berlari
memutari taman bunga
Hingga,
bunga indah itu pun mekar dengan cantiknya
Salam
hangat,
Zalfaa
people said it was "butterflies in the stomach". nice article..
BalasHapushi hi juga. Met idul fitri ya mb. Mohon maaf lahir dan batin.
BalasHapusbetewe, nice post. Kagum pada semangat idealismenya