Dari Hati
suatu siang di solo menikmati cake bersama mba els |
Apakah menangis adalah tanda orang itu lemah? Tentu tidak. Menangis
adalah sebuah ekspresi paling jujur dan lembut dari seseorang. Tangisan itu,
bisa jadi pertanda kesedihan, kebahagiaan, terharu, dan banyak macamnya. Aku
menulis ini dengan air mata yang masih segar mengalir. Tidak, kamu tidak perlu
khawatir. Ini bukan kesedihan mendalam seperti yang kamu pikirkan kok.
Halo kamu yang sedang membaca tulisanku ini, sudah bisa dipastikan
kita berteman di WhatsApp, karena aku hanya bisa membagikan tautan melalui
WhatsApp untuk saat ini. Aku sedang menonaktifkan sementara akun Instagramku,
tentu bukan tanpa sebuah alasan. Intinya, aku hanya ingin menepi sejenak,
mengambil jeda, dan berusaha berpikir lebih jernih. Terima kasih yaa untuk yang
sudah menanyakan ke mana diriku, mengapa Instagramku tidak aktif, kamu tidak
perlu khawatir, aku baik-baik di sini.
Ehm.. entah harus mulai dari mana. Begini, pantang sekali aku
mengutarakan perasaan sedihku melalui status WhatsApp maupun Instagram, tapi
ketika menulis.. aku tidak bisa berbohong. Perasaanku mengalir semuanya.
Beragam hal kesenangan maupun kesedihan, aku menulisnya dengan jujur di sini.
Belakangan ini aku merasa sedang tidak baik-baik saja. Terdapat
beberapa hal menyeruak dalam pikiranku. Ditambah diriku yang perasa, masalah
yang seharusnya di luar kendaliku dan mungkin memang tidak harus kupikirkan,
bisa saja mengganggu konsentrasiku dalam menjalani hidup.
Aku.. sedang merasa khawatir, takut, cemas, dan sedih atas sesuatu
yang seharusnya bisa berjalan biasa saja kalau aku berpikir jernih. Kadang
kalut, marah, dan membuat suasana hati sangat tidak nyaman. Bahkan aku yang
biasanya sangat doyan makanan dan amat suka jajan ketika merasa stress, kali
ini tidak. Merasa lapar pun tidak. Benar-benar tidak ada nafsu makan sama
sekali. Namun tenang saja, orang tuaku di sini tidak pernah alpa membujuk anak
sulungnya ini untuk mencicip nasi di rumah.
Bohong kalau aku merasa tidak apa-apa. Hari ini seharusnya ada
liputan luring di Solo Grand Mall dan aku menjadi juri yang menyerahkan hadiah
pada pemenang lomba menulis cerpen. Namun pikiranku sedang kalut, hatiku tidak
tenang, badanku seperti tidak bertenaga, aku.. ingin sendiri, sehingga aku pun
menggeser liputan menjadi wawancara daring dengan ketua acara dan penyerahan
hadiah kepada pemenang lomba menulis cerpen bisa diwakilkan oleh panitia.
Aduhai, melankolis sekali ya aku.
Hidupku sedang sendu-sendunya. Belum lagi, kejutan-kejutan tak
terduga yang menambah pikiran dalam diriku. Seperti kemarin, tawaran untuk
menyempurnakan separuh agama datang lagi. Kali ini diperantarai oleh seorang
senior di Baktinusa. Begini ya rasanya hidup di umur 20-an. Masalah bukan lagi
hanya tentang tugas kuliah, danusan di organisasi nggak laku, atau karena ketua
UKM yang agak memaksakan kehendak. Tidak, bukan itu.
Sebenarnya sah-sah saja dan hal yang baik ketika seseorang ingin
menyampaikan niat baiknya padaku atau entah pada siapapun yang menjadi pujaan
hatinya. Namun dalam waktu dekat aku tegaskan, aku belum siap dan belum bisa
melaksanakan mitsaqan ghaliza itu. Teruntuk siapa pun yang sudah
menyampaikan niat baiknya melalui seniorku di Baktinusa Solo, kuucapkan terima
kasih untuk niat baik yang disampaikan, namun maaf sekali, aku tidak bisa.
Mudah-mudahan siapa pun kamu, bisa segera menemukan sosok perempuan salihah
yang menjadi penyejuk hidupmu.
Kembali ke kesedihanku.. ah yaa, tulisan ini sendu sekali rasanya.
Bisa skip kalau kamu ingin mengisi hari Minggumu dengan hal-hal menyenangkan
dan menggemaskan. Rasa sedih, asdfghjkl ini. HMMM.. Hadeh.
Menangis dalam diam, terisak tanpa ada yang tahu menjadi sesuatu
yang kulakukan akhir-akhir ini. Hingga pagi ini.. kemarin malam, salah satu
temanku di Kelompok 9 FLC Baktinusa, mengirim salam, namun karena sudah larut
kujawab pagi ini dan voila! Tiba-tiba ia mengirim foto wisudanya di UNAIR
dengan senyum cerahnya. Terima kasih ya sudah memberitahuku lebih awal dan
seperti yang kamu duga Wen, aku turut senang dan lega tentunya.
Tak hanya itu, salah satu temanku di Mawapres FKIP menunjukkan
jalan menuju abad pencerahan. Ceilah, abad pencerahan pula namanya. Nggak ding.
Ya intinya, memberiku petunjuk tentang cara agar meringankan sesuatu yang
membebaniku akhir-akhir ini. Walau dibuka dengan kalimat, “Aku yakin kamu lebih
tau Zal,..” persis seperti sahabatku Mba Els. Terima kasih yaa Han atas
masukan-masukannya, it was very kind of u. Pernah satu project, satu
lomba, yang semuanya berawal dari kamu menjadi narsumku. Tidak menyesal aku
mengenal sosok seperti kamu.
Untuk seorang adek pula yang pagi ini tiba-tiba menanyakan, yang
intinya.. “Mba Zalfaa ke mana aja? Kok aku cek Instagramnya hilang.” Dengan
emoticon sedih, hingga memastikan apakah aku baik-baik saja. Dek, Mbak sudah
merasa lebih baik kok pagi ini. Pesan sederhana dari kamu yang memastikan Mbak
baik-baik aja itu udah bikin nyes di hati. Makasih ya udah perhatian sama Mba
Zalfaa. Luv u.
Dan.. tentu, kamu yang menyapaku ketika acara ASEAN Para Games dan
masih menjadi baik sampai saat ini, walau kadang ada perilaku yang membuat
istigfar. Terima kasih yaa untuk semua hal baik yang kamu usahakan. Aku
mengapresiasi semuanya, sungguh. Apalagi kemarin, kamu telah bertemu sahabat
baikku, Mba Elen, entahlah apakah kamu merasa tertekan atau sebaliknya, hahaha.
Yang paling penting, ruh dari tulisan ini. Mba Elen, si tulus
penyuka rasa vanila :’). Mbak, entah sudah berapa kali adekmu ini membuatmu
khawatir, suka ngaco tiba-tiba telepon, atau menjawab pertanyaanmu dengan
jawaban ada deeeh. Tapi.. Mba Els masih di sini, masih sabar untuk semuanya.
Hingga kemarin Ahad, jauh-jauh dari Jawa Timur, Mba menemuiku di sini.
Ingat betul kala itu, Mba Els rela mengorbankan diri agar
pekerjaannya cepat selesai supaya bisa bertemu denganku sampai jatuh sakit.
Minggu siang itu, aku tak kuasa menahan rasa sumringah, haru, dan senang kala
melihat kedatangan Mba di Solo. Pelukan yang hangat langsung kudapatkan hari
itu.
Hari-hari selama di sini, banyak sekali lelucon aneh yang lebih
anehnya kita juga tertawa bersama karena hal itu. Mbak, entah sudah berapa kali
aku bilang, kalau Mba Elen itu adalah salah satu anugerah yang sangat aku
syukuri dalam hidup. Di dekat Mba Els, aku bisa merasa aman dan nyaman selalu.
Seperti kata Yura Yunita, hanya kamu yang mengerti gelombang kepala ini. Serius
deh, pemikiran kita sering sama, hal itulah yang membuat kita mampu membaca dan
mengerti satu sama lain. Kuharap aku pun juga bisa menjadi adek yang sama
baiknya seperti kamu ya.
Kemarin.. Sabtu Bersama Mba Els seharusnya menjadi waktu yang
dipenuhi gelak tawa seperti biasanya sampai capek ketawa, tapi maaf, adekmu ini
malah membuat suasana haru. Terkadang aku hanya diam beberapa saat, hanya bisa
terisak, dan not responding kayak laptop yang sedang eror. Aku
menumpahkan kesedihan pada Mba yang jarang kusingkap pada kebanyakan orang dan
terima kasiiiiiih sekaliii sudah mau mendengarkan. Tidak hanya mendengarkan
namun juga memberi nuansa hangat dalam hati.
Kalimat seperti,
“Zals, baik-baik di sana ya. Aku ngeman-ngeman kamu lho.”
“Zals, kalau ada beban jangan dibawa sendirian ya.”
“Zals berkabar ya kalau ada apa-apa. Meskipun kadang belum bisa
bantu banyak, tapi setidaknya Zalfaa nggak kepikiran sendirian. Apalagi ngerasa
sendirian.”
Dan.. percakapan di salah satu kafe favoritku malam itu bersama Mba
Els. Ketika sama-sama membayangkan, bagaimana jadinya kalau masing-masing dari
kami sudah menemukan pasangan hidup. Akankah waktu-waktu bersama masih akan
sama seperti ketika masih sendiri? Tapi Mba Els bilang..
“Zals inget yaa. Rumah ini akan tetap ada sampai kapanpun dengan
suasana yang sama. Jangan sungkan yaa kalau mau datang untuk mengabari
sesuatu.”
Hiks, aku mengetiknya tak bisa menahan haru. Pun Mba Els yaa,
tolong jangan pernah sungkan untuk menghubungiku kala kita sudah menemukan
pasangan hidup masing-masing. Entah Mba Els dulu atau aku, tapi ehmm,
sepertinya Mba Els dulu sih yang hilalnya sudah terlihat, xixixi. Dan untuk
siapapun pendamping hidupku kelak, kamu harus mengerti hubungan baikku dengan
Mba Els, selalu ada momen Sabtu malam bersama Mba Els dan izinkan aku masih
melakukan rutinitas bersama sahabat baikku ini.
Pagi ini, mereka yang aku ceritakan di atas, mengatakan sesuatu
yang sama.. intinya,
“Zalfaa, kalau ada apa-apa bilang ya. Kalau butuh bantuan berkabar
aja, jangan sungkan. Aku siap buat bantuin kamu.”
Ya Allah, hati ini terharu luar biasa. Mereka yang pagi ini
mencerahkanku entah mereka sadar atau tidak, padahal mereka termasuk orang yang
produktif, namun masih saja sempat memikirkanku. Ada yang memang sudah
berkarir, memimpin organisasi skala nasional, aktif dalam komunitasnya, tapi
kenapa kalian baik sekali sih sama aku? :’)
Aku tipikal yang tidak terlalu terbuka dan berusaha menyimpan
kesedihan sendiri. Tapi kalian, entah bagaimana bisa peka dan cukup mengerti
bahwa diriku sedang tidak baik-baik saja. Atas semua hal-hal tulus yang kalian
lakukan, terima kasih yaa, terima kasih.. aku sangat berterima kasih.
Akhir-akhir ini pula aku sering mendengarkan lagu “Dunia Tipu-Tipu”
milik Teh Yura Yunita. Lagu ini mengajarkanku, jika aku sudah menemukan sosok-sosok
seperti keluarga, sahabat, teman, atau pasangan di masa depan, mereka yang
tulus, yang ada di kala senang dan sedih, jaga hubungan baik dengan mereka.
Selama masih diberi kesempatan Tuhan untuk berhubungan baik dengan mereka,
lakukan sepenuh hati. Karena.. di saat aku membaca komentar-komentar di lagu
“Dunia Tipu-Tipu”, ternyata tidak banyak orang yang diberi kesempatan untuk
mengenal orang-orang tulus.
Ada orang-orang yang merasa kesepian, merasa tidak punya tempat
untuk berbagi, hingga merasa.. sendirian. Namun, aku tidak begitu.
Banyak tangan-tangan terulur kala diriku jatuh sejatuh-jatuhnya. Pun diriku
memiliki Allah Yang Maha Mendengar segala keluhanku. Huhuhu, Ya Allah kayaknya
akhir-akhir ini aku sering sambat. Tapi.. sekali lagi, terima kasih yaa untuk
kalian yang berusaha selalu ada saat diri ini kelelep dalam kesedihan. Aku
bersyukur Allah mengirimkan sosok-sosok penuh empati dan memiliki jiwa yang
peka seperti kalian.
Sehat-sehat ya di manapun kalian berada :’), terutama Mba Els yang
sering memaksakan sesuatu untuk kebaikan banyak orang. Mbaaa kesehatanmu. Aku
juga khawatir loh di sini. Aku titipkan kalian pada Tuhan :”) dan janji takkan
ke mana-mana yaa?
Paragraf terakhir, bonus.. untuk sosok teman yang selalu membawa
hal receh di Kelompok 9 FLC maupun di Baktinusa 11, Wendi Genta Perkasa. Gimana
Wen perasaan hari ini? Sudah pasti bahagia, terharu, dan bersyukur luar biasa atas
segala nikmat-Nya ya? Terima kasih ya sudah mengabariku secara langsung dan
selamat yaa atas wisuda hari ini. Barakallah fii ilmi. Semoga terjaga hal-hal
baik yang telah ada pada Wendi hingga saat ini. Wendi yang humoris, memiliki
jiwa sosial yang tinggi, dan selalu berdedikasi terhadap hal-hal yang
diikutinya. Mudah-mudahan Allah jaga selalu semangat Wendi untuk menebar
kebaikan itu. Oh ya, empat nilai itu semoga juga selalu tertanam pada dirimu
ya, Wen; integritas, cendekia, transformatif, dan melayani. Setelah ini
semangat menjalani pendidikan profesi hingga tercapai cita-citamu. Barakallahu
fiik.
Daaannn sebentar lagi akan ada National Mission Baktinusa di Bogor.
Nggak sabar ketemu kawan-kawan baikku di FLC Kelompok 9, Lail, Wendi, Fahmi,
Jo, dan tentu saja teman-teman BA lainnya. Sampai berjumpa insyaallah.
Setelah menulis ini sepertinya aku akan keluar, mencari udara segar
yang berbau alam. Menepi dan merenung. Menjernihkan pikiran dengan berefleksi
diri. Entah akan ke mana. Semoga jadi. Tapi aku ingin pergi sendirian ke sebuah
tempat yang jauh dari keramaian, angin yang membelai lembut dengan sepoi-sepoi,
memakai kemeja putih dengan riasan sederhana.
Zalfaa, mari tenangkan pikiran untuk menyambut Senin yang berlimpah
kebaikan. Tidak apa, badai pasti akan segera berlalu kok. This too shall pass.
No matter how long the winter, spring is sure to follow. Bersama kesulitan ada
kemudahan. Kamu pasti bisa melewatinya. Segera membaik yaa, wahai diriku
tersayang.
Belum ada Komentar untuk "Dari Hati"
Posting Komentar
Silahkan memberikan saran dan masukan :)