Tutur Batin

 

Kehadiran mereka bikin aku berpikir, "Allah sebaik ini ya"

Hai.. hai, apa kabar penduduk bumi yang semoga menjadi kesayangan Allah dan sesama manusia! Gimana hidup? Udah mulai terasa ya kalau semua tuh nggak bisa berjalan ideal seperti yang dibayangkan sebelumnya. Well, ada aja cobaan hidup yang silih berganti. Dan yaa gue pun sedang mengalami hal yang demikian. Oya btw judul tulisan ini kayak karya Teh Yura Yunita yaa, wkwkwk. Iya gue ambil dari situ karena bingung kasih judul apa.

To be honest, ada cukup banyak janji untuk bertemu dan bertukar kabar sama temen-temen gue. Namun, karena aktivitas yang sedang gue jalani, janji itu tinggallah janji, sampai akhirnya gue bikin list ketemu temen-temen tersayang, yang udah gue bikin dan kalau di-list ada 36 janji dengan 36 nama/circle :’). Whoa masyaallah. Gue menulisnya dengan sangat detail. Gue jadwalkan setiap akhir pekan, Sabtu dan Ahad.

Alhamdulillahnya beberapa teman udah gue temui. Mereka yang hangat, datang dengan kerudung yang anggun dan senyum yang manis selalu berhasil membuat gue mengucap syukur sama Allah udah dipertemukan orang sebaik ini. Bertukar kabar satu sama lain dan yeaa gue sangat senang mendengarkan cerita temen-temen gue. Secara nggak langsung, gue bisa belajar banyak dan mengambil hikmah dari kisah temen-temen gue.

Tapi.. jujur sih. Di balik kemudahan dalam bersilaturahmi itu, terdapat satu hal yang cukup mengganggu ketenangan gue, namun gue belum bisa tegas dalam mengambil sikap.

Gue menulis ini terinspirasi dari pesan Fahmi dan Laila. Ya, keduanya merupakan sahabat baikku di Kelompok 9 FLC Baktinusa. Gue menulis ini sambil mendengarkan instrument piano dari Yiruma ditemani minuman rasa favorit gue; matcha dan hati gue sedikit melankolis namun cukup hangat karena beberapa afirmasi positif yang gue dapatkan akhir-akhir ini.

Hal ini bermula kala gue cukup buntu menentukan sebuah keputusan. Belum berani bersikap tegas terhadap suatu hal. Sangat plin plan saat itu. Kelemahan orang yang perasa, ia sulit mengungkapkan sesuatu yang terdengar pahit oleh lawan bicaranya walau itu benar. Disimpanlah hal yang meresahkan sampai membuatnya lewah berpikir alias overthinking, hmm.

Di tengah kebingungan itu, gue mau mengucapkan terima kasih banyak sama Mba Els yang selalu mau mendengarkan cerita-cerita gue. Terbaik deh pokoknya. Selain itu, bisa jadi Mba Els juga rajin melangitkan doa buat gue. Iya nggak, Mba? Aku yakin Mba Els pasti sedang baca tulisanku ini :p

Hal baik pun datang. Kemarin malem, tanpa diduga ada diskusi yang cukup menarik sama Fahmi. Makasih lho ya Mi di tengah-tengah kesibukan koas, masih sempet-sempetnya mengirim pesan suara dan poin-poin pesan yang sangat menyentuh hati.

Dari Fahmi, kemarin malem gue kembali memikirkan sikap yang mau gue ambil ke depan dan bagaimana kepastian yang harus disegerakan, demi keberkahan masa depan. Yang awalnya bales story, berlanjut Fahmi menceritakan hal-hal di luar sana yang ternyata JAAAAUH berbeda dari lingkungan kami. Emm, maksud gue, katakan gue dan Fahmi berada di tempat bertumbuh yang sama: BAKTINUSA. Di sini kita ada di lingkungan yang kayak.. “Jangan lupa salat yaa”, “keep halal bestie”, “sunnahnya jangan lupa yoo” yaa yang vibesnya fastabiqul khoirot.

Tapi.. yah dunia luar tidak seadem itu kawan. Fahmi dan gue menyaksikannya. Fahmi dapet cerita dari temen koasnya, sementara gue melek kalau dunia luar nggak sebaik yang dibayangkan berasal dari senior gue di sebuah circle. Hmm, gini amat ya, Mi ternyata dunia luar.

Dari cerita Fahmi juga, gue kembali merenungkan hal-hal baik yang datang dalam hidup gue. Seorang Zalfaa yang dulunya sangat sedih dan merasa salah jurusan, tapi Allah berikan rasa sayang dengan menempatkan di lingkungan yang progresif; BAKTINUSA, Duta Bahasa, Mawapres, HUMAS, dan banyak lainnya. Circle-circle kecil namun perhatian pol satu sama lain. Sahabat-sahabat yang tulus dan mau mendengar, tidak hanya berbicara tentang dirinya atau ke-aku-an-nya, namun mau mendengar cerita sederhana dari seorang Zalfaa. Mau memberi kesempatan berbicara dengan menanyakan “Gimana Zals kalau kamu?” Terima kasih, aku menyayangi kalian. Sungguh.

Lanjut, Fahmi mengirimkan beberapa nasihat atau mutiara kehidupan yaa gue harus menyebutnya, wkwkwk, yang sangat relate dengan masalah yang sedang gue hadapi. Ditambah afirmasi positif yang sangat-sangat berhasil membuat mata berkaca-kaca. Hmm, tapi waktu itu kayaknya gue udah pakai skincare, jadi air matanya ditahan biar nggak tumpah, wkwk.

But THANKS A LOT ya, Mi! Kalimat yang kamu ketik kemarin berhasil sangat menguatkanku, membuatku segera berpikir jernih, dan MENGAMBIL KEPUTUSAN sesegera mungkin. Benar katamu, Mi “Well aku mau bilang, jangan hanya karena sekarang ada yang menurutmu baik tapi tiba-tiba kamu jadi kehilangan ketenangan.” Ok copy that! :’)

Satu hari setelahnya gais, Laila, sahabat baikku di Kelompok 9 FLC juga, nggak ada angin, nggak ada hujan, tiba-tiba mengirim gue sebuah unggahan dari Risalah Amar di DM Instagram. Gue mau mbrebes mili rasanya. Unggahan yang dikirim Laila sangat sangat sangat mewakili perasaan gue saat ini. Gue sampai nangis bacanya.

Laa, kamu menguatkan apa yang dikatakan Fahmi sebelumnya perihal ketenangan hati.

Makasih banyak yaa, La, udah menggerakkan jemarimu buat ngirim unggahan itu. Seharusnya aku bisa lebih fokus kepada siapa yang menciptakan peristiwa agar hariku bahagia, Ia adalah Sang Rahman. Allah Yang Maha Pengasih. Luv sekebon buat Lail. Jazakillah khoir, luv.

Aduh, hmm. Gue nulis ini pun sambil sesekali tumpah air mata. Antara terharu kok ada aja cara Allah buat ngasih sinyal ke gue. Kala nulis ini, gue juga jadi teringat sebuah video yang gue tonton di Youtube dari Ustaz Nouman Ali Khan, beliau bilang “don’t play with your iman”. Aduh jleb bgttt, so deep.

Ya, manusia memang tempatnya salah dan dosa, tapi apa iya gue akan terjatuh di lubang yang sama? Walau berat untuk menegaskan, namun betapa ngenyelnya diriku setelah afirmasi positif itu datang dari dua sahabat baikku di Baktinusa tapi aku tak mau mendengar. Alangkah meruginya.

Gue nggak mau kehilangan diri sendiri, apalagi kehilangan cinta dari Allah. Sepertinya, gue memang butuh waktu untuk sendiri dulu. Melakukan refleksi atau journaling. Gue mau egois dulu. Berteman dengan kesendirian sejenak. Merenungkan kejadian akhir-akhir ini. Memahami diri, menangis sejadi-jadinya, hingga reda. Lalu memeluk diri sendiri dan memaafkan atas semua kesalahan diri.

Bentar iklan dulu.. gue mau nulis afirmasi positif buat gue sendiri. Zalfaa terima kasih sudah mau mengasihi diri dengan baik, merawat diri sebaik mungkin, dan berusaha sebaik mungkin. Aku sangat bangga padamu! You did a good job! Terima kasih sudah merawat diri dengan baik karena jika jiwa dan pikiranmu terawatt, kamu akan mampu merawat orang lain dan sekelilingmu dengan baik juga. I love myself soooo much, I’m enough, I’m loved, I’m blessed, and I’m so grateful to Allah.

Haaah, agak lega setelah melampiaskan pikiran ke dalam tulisan. Menutup tulisan ini, gue menjadi teringat tentang konsep kepercayaan yang gue anut. Islam rahmatan lil ‘alamin. Islam adalah agama yang membawa rahmat bagi semesta. In my opinion, gue sebagai pemeluknya sebisa mungkin juga harus bisa menyebarkan cinta kasih di bumi ini. Gue pernah baca yang intinya kurang lebih.. “if you are blessed, use your blessing to bless other.”

Kalau kita dilimpahi banyak kebaikan, keberkahan entah itu lingkungan yang positif, kawan yang baik pol, keluarga yang menyayangi, kecukupan, atau apapun itu.. gunakan hal-hal baik itu untuk melakukan hal-hal baik pada sesama. Melejitkan kebermanfaatan di lingkungan sekitar. Di Baktinusa gue diajarkan nilai “MELAYANI”. Yup, menjadi pelayan bagi sesama, memberi tanpa mengharap karena balasan terbaik akan didapatkan dari Allah.

Sekarang gue udah nggak memutar instrument piano Yiruma tapi beralih ke Mars Juang Baktinusa. Duh random banget yaa, wkwkwk. Suasana udah nggak semelankolis tadi sih, tapi berubah ke arah semangat. Yaa walau to be honest pas denger Mars Juang Baktinusa tuh, gue terharu dan sedih karena udah mau berakhir aja masa-masa di Baktinusa angkatan 11. Kalau dimaknai tuh, daleeem banget lirik di Mars Juang Baktinusa tuh. Gue paling suka di bagian, “Kami hadir untuk melayani kehidupan sesama insani”. Hmm :’).

Ya Allah jadi nggak sabar buat National Mission, tapi sedih juga berarti masa-masa di Baktinusa 11 berakhir. Ya Allah campur aduk banget sih hmm.. Tapi walau National Mission sudah terlaksana nantinya, nilai-nilai baik di Baktinusa insyaallah sudah tertanam di masing-masing penerima manfaatnya. Haaa, feel so blessed so lucky so grateful so so so jadi PM Baktinusa tuuuhh.

Gitu ya gais. Back to topic, bisa jadi beberapa teman dekat kita, nggak seberuntung kita yang dapet beberapa blessing itu. Maka, sebisa mungkin, berbuat baiklah pada mereka. Entah sesederhana menjadi pendengar cerita yang baik, menyempatkan waktu untuk silaturahmi, memasukkan rasa bahagia dengan memberinya hadiah, atau apapun itu deh. Intinya menjadi rahmat bagi sesama. Adem bener bayanginnya.

Cukup segini ya gais tulisan hari ini. Cukup padet sih hari ini, eh udah dini hari ya, berarti hari kemarin. Iya, kemarin pagi gue di rumah, siangnya ngisi, sore ikut booktour penulis favorit, malemnya silaturahmi sama temen, daaaan hati gue terisi penuh! Dan pada akhirnya gue langsung menulis ini. Hhhh lega lega lega. Tolong doakan gue ya gais. Doa baik dari teman-teman sangat berarti bagi gue. Makasih banyak juga buat Fahmi yang sudah mengirimkan pesan-pesan menguatkan itu, semoga dilancarkan dalam koas dan menjadi dokter muda dengan jiwa melayani yang tinggi ya, Mi! Laila juga, sahabat sefrekuensi yang vibesnya adem kalau diliat, makasih untuk kiriman-kiriman unggahan yang menyentuh dan bahkan terkadang ada yang menghibur, it’s a blessing to meet someone like u, Laa. Semoga Allah lindungi setiap langkah dan memberkahi hidupmu, Lail. Kalian jangan bosen yaa buat share hal-hal baik ke aku :’).

Makasih juga buat semuanya yang udah baca, semoga Ahad ini banyak hal baik yang datang. Sekian dari gue, terima kasih banyaaakk!

Belum ada Komentar untuk "Tutur Batin"

Posting Komentar

Silahkan memberikan saran dan masukan :)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel