Muhasabah Diri
Untuk apa
sekarang kagum akan kecantikan atau pun ketampanan yang melekat pada diri
Untuk apa
berlomba memamerkan harta benda milik orang tua
Untuk apa
berlelah diri menunjukkan bahwa diri adalah yang terhebat
Untuk apa
merasa bangga jika dikagumi banyak orang
Untuk apa
memiliki hasrat kuat tuk memiliki seseorang
Untuk apa
merasa marah atas semua keadaan menyakitkan
Untuk apa cinta
karena syahwat terus diperjuangkan
Akhi ukhti,
Aku bukannya
lebih pandai darimu
Marilah sejenak
merenung bersama
Aku pun juga
belum sebaik apa yang kutulis
Begini..
pic by : kawanimut |
Kecantikan
dan ketampanan akan habis dimakan usia. Kau akan menjadi tua, keriput, dan
tidak akan lagi pemuda berbondong-bondong memperebutkanmu. Peduli apa pada
kakek nenek yang sudah tak berdaya. Kelak anak cucumulah yang akan menyayangimu
dengan tulus. Jangan sombong akan nikmat ini ya akhi ya ukhti. Bisa juga paras
menarik menjadi cobaan bagimu. Apakah imanmu masih kokoh atau terseret dalam
kesenangan yang fana.
Upload selfie di depan mobil mewah?
Nongkrong di cafe yang sedang hits? Well, bukannya apa. Apakah semua itu
hasil kerja kerasmu? Atau masih milik orangtua yang dengan bangganya kau
umumkan ke seluruh dunia. Jujur, aku pribadi lebih senang melihat seorang
pemuda yang berpenampilan sederhana. Meski pun casingnya rata-rata, tidak
macho, tidak gaul, namun lihat dalamnya.. ia orang yang taat pada Allah,
pekerja keras, bertanggung jawab, dan setia.
Terhebat? My dear friends, di
atas langit masih ada langit. Tak perlu kita menunjukkan bahwa kita hebat dan
oranglain harus tau, tak perlu akhi, ukhti. Hanya Allah lah yang terhebat. Kita
manusia banyak sekali aib dan kekurangan. Jika Allah buka aib kita, pastilah
tak ada orang yang mau mendekat, melirik saja ogah. Bersyukurlah pada Yang Maha
Kuasa.
Diperebutkan banyak wanita/pria? Well,
untuk apa teman? Jangan sering kau tebar pesona ke setiap orang yang kau temui.
Apalagi ikhwan, perlu kau tau akhi, hati wanita itu lembut dan sangat sensitif
jika berbicara mengenai perasaan. Jangan coba-coba mendekatinya kalau tidak ada
niat untuk menikah. Pun menurut sudut pandangku, aku lebih suka sosok yang
malu-malu saat bertemu denganku dan memilih menjauh saat ada diriku namun
dengan gagah berani mendekati ayah untuk memperjuangkanku.
Ini untuk teman-temanku tersayang di
SMA. Aku tahu, pasti pernah terpikir olehmu “Aku harus miliki dia! Bagaimana
pun caranya. Meski pun aku harus menyebrangi lautan” ini salah besar dan sangat kuno my dear
friends. Kau tak bisa memaksa hati seseorang. Pun sadarlah, ini masih SMA. Belum
bisa kau menghalalkanya. Toh, seberapa banyak modusmu ke dia, jika Allah bilang
bukan jodoh, mau apa? Akankah kau meneguk asinnya air laut yang kau tenggelam
saat menyebranginya?
Memaki? Marah-marah karena sesuatu
menyesakkan? Mungkin di saat UTS dibagikan semua nilaimu mendapat nilai yang
kau anggap baik kecuali matematika dan ekonomi yang sangat DOWN. Oh friend,
ini sakit. Lantas, apakah kita harus marah? Tidak, lebih baik muhasabah diri
dan berusaha sebisa mungkin. Memang aku tau, beberapa orang termasuk aku merasa
payah dalam mapel hitung-berhitung. Namun, saat kau dan aku merasa sangat putus
asa dan tidak bisa dan ingin menangis dan ingin memakan buku matematika dan
ekonomi, ups.. jangan begitu. Aku punya satu tips sederhana. Ingatlah Allah friends.
Dia akan membuka jalan. Yang membuatku tenang adalah aku teringat bahwa hidup
seorang Muslim dijamin oleh Allah. Jadi, untuk apa aku bergalau ria karena
nilai matematika dan ekonomi yang buruk? Yang sampai 3 hari 3 malam tidak
makan? Tidak, namun aku akan berusaha sebisaku dan berdoa pada Allah meminta
pertolongan.
Akhi ukhti, apa kabar hati? Masihkah
ia bergetar saat disebut nama Allah? Atau malah hatimu terus menerus kau beri
noda hitam berupa syahwat yang menggebu yang kau sebut dengan cinta? Ya, sejatinya
jika kau menyukai seseorang dan sangat terobsesi memilikinya, itu hanyalah
syahwat belaka. Jika benar kau mencintai seseorang, cintailah dia dalam diam.
Jagalah hatinya, dan adukanlah perasaan itu hanya kepada Yang Maha Penyayang
dan ingat jangan mendikte Allah untuk disatukan dengan sebuah nama. Pasrahkan
sepenuhnya perasaan itu pada Allah. Hingga esok lusa, jika memang sudah benar
siap, bolehlah kau bawa rombongan keluarga untuk menyatakan perasaan itu.
Sebentar, aku ingin menyelipkan
pengalamanku kemarin. Sungguh, aku baru saja menyadari hal yang besar. Banyak ilmu
kudapatkan dari mba vida dan kang abay. Dari seminar mereka, aku menjadi sadar
bahwa cinta adalah mengikhlaskan. Tak perlu ada ikatan apa pun antara dua insan
yang belum halal dan tak perlu saling menunggu satu sama lain. Yang perlu
kulakukan adalah menerima ketentuan-Nya dan mengikhlaskan pengharapan di hati. Dan
dari seminar itu, aku menjadi tahu, tidak harus seorang pangeran sempurna yang
datang pada ayahku. Yeah, dia harus mau bertengkar, menghadapi ujian, saling melengkapi
kekurangan, dan bersabar melewati liku-liku kehidupan. Bersama-sama memiliki
misi untuk meraih ridho Allah hingga ke Jannah bersama-sama. Saat ini aku hanya
perlu menggapai cita-cita dan cinta yang sesuai ridho-Nya. Terimakasih kang
abay dan mba vida untuk ilmu yang telah kudapat, jazakumullah khoir.
Saat menulis ini, kurasakan bahwa
Allah begitu mencintai hamba-Nya. Sekarang aku bisa bernafas, bisa mendengar
suara merdu Muhammad Thoha Al Junayd melantunkan ayat cinta-Nya, aku bisa
menikmati secangkir max tea, disayangi ayah ibu, dikelilingi oleh
teman-teman yang shalih dan shalihah yang terikat di Rohis. Kau juga merasakan
hal yang sama? Merasa begitu diperhatikan dan sangat dicintai oleh Allah.
Kupikir, yang memiliki cinta begitu dahsyat dan kuat untukku hanyalah Allah.
Lihatlah, Dia mengatur hidupku sedemikian teraturnya. “Maka nikmat Tuhan kamu
yang manakah yang kamu dustakan?” (QS. Ar Rahman 13)
Kemudian,
ada yang sudah mencintaiku 1400 tahun yang lalu. Dia adalah Rasul Muhammad
shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang menangis mengkhawatirkan nasib umatnya,
bahkan di akhir hayatnya, ia menyebut umati umati umati.. Aku rindu, begitu
rindu ingin bertemu, melihat wajahnya yang indah bagaikan purnama. Ya Allah aku
mohon perkenankanlah aku dan pembaca blog ini termasuk umat Rasul yang mendapat
syafaat dan dapat berjumpa dengannya. Aamiin..
Satu
lagi, ingatlah firman-Nya
“...Dan
kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (QS Al
Hadid : 20)
Postingan ini bener-bener mengingatkan saya untuk lebih mendekatkan diri kepadaNya. Sering mengalami kesulitan dan malah menyalahkanNya daripada mendekat diri. Semoga tidak terulang lagi :')
BalasHapusSubhanallah saya benar-benar nangis baca ini. Tiba-tiba merindukan Rasulullah dan ingin sekali mendapat syafaat beliau nanti. Ingin memperbaiki diri dan keluarga lebih baik lagi supaya nantinya pantas diperjuangkan Rasulullah untuk masuk ke surga Allah, aamiin..
BalasHapusMakasih infonya gan, saya sampai gemetar membacanya,,ngerasa diri ini terlalu jauh dengan yang maha pencipta..
BalasHapusAku merinding bacanya Mbak. Makasih sudah mengingatkanku
BalasHapusHai Zalfa...
BalasHapusJarang lho menemukan remaja dengan tingkat religiusitas yang tinggi seperti dirimu...ya karena rata2 yang sering aku lihat ya gitu..lebih suka hal2 duniawi yang sifatnya WOW...
Ok..terus berada di rel yang benar yaa
Pelajaran banget nih, merenung kembali. Di pagi hari ini sangat cocok bacanya. Semoga bisa lebih baik lagi :)
BalasHapusSemoga tulisan ini bisa menyadarkan siapa saja yang baca..aamiin..
Renungan
BalasHapusbetapa hidup ini fana dan penuh tipu daya, segala yang ada hanyalah titipan yang cepat atau lambat sang pemiliknya akan mengambil kembali titipannya
Semoga di jauhkan dari sombong riaya' dan segala yang menyesatkan, sesungguhnya kasih sayang Allah lah yang menutupi setiap cela diri
terima kasih
muhasabah
Iya ketika jatuh cinta, kembalikan aja pada Allah :)
BalasHapusKata2mu membuatku menitikkan air mata. ^_^ Semangat terus ya? Teruskan dakwahmu ini.
BalasHapusterima kasih mbak atas pengingatnya, benar sekali di atas langit masih ada langit, kita manusia harus eling
BalasHapusDi tunggu artikel barunya..gan
BalasHapusMenerima ketentuan-Nya, sungguh inilah termasuk rukun iman. Maka, bila belum bisa dan menurut terhadap ketentuan-Nya, pertanyaannya, di manakah iman itu? Sungguh, saya jadi ikut bermuhasabah. Makasih banyak ya, Mbak.
BalasHapusbenar saudariku dunia hanyalah sementara. Banyak tipuan menawarkan lezatnya dunia. Yang justeru dapat menjerumuskan kita kepada murkaNYA.
BalasHapusSelalu mohon pertolongan Allah
Jazakillah khair, sayang .. ana turut muhasabah diri.
Bagus sekali tulisannya. Bisa jadi reminder bagi kita semua, bahwa physical thing itu bukan hal utama :)
BalasHapus