Persiapan Menjadi Orang Tua yang Teduh
sumber gambar : ibtimes uk |
Hi!
Kenalin
gue ili, bukan penulis yang sedang dikasih kesempatan buat nulis. Any way, gue
mau say thanks buat tuan rumah, Aza, yang udah ngasih slot tulisan gue
disini. Gue harap, pembaca setianya Aza nggak kecewa karena kali ini bukan
karya menyejukkan hatinya yang now showing.
Akhir
- akhir ini, gue hidup setengah hari tanpa koneksi internet. Yah, walaupun
sebetulnya paket kuota internet gue yang menuntut harus kayak gitu. Jadi, gue
cuma bisa akses informasi digital dari jam 5 subuh sampai jam 5 sore. Sisanya
adalah waktu gue untuk mindful dan merenung. Sekali - kali kalian cobain deh,
terutama buat kalian - kalian yang susah tidur tuh. Leaving social media is a
privilege, dude.
Oke,
back to merenung. Kalian kalau lagi merenung, ngerenungin apa sih biasanya?
Kalau gue nih, lebih banyak ngerenungin keresahan hidup. Hidup gue sendiri
tentunya, emang dasarnya egois sih. Resah yang akhir - akhir ini menghantui gue
adalah bad habits gue. Gue yang gini lah, gue yang gitu lah. Setelah gue
telusuri (tentu saja setelah dapet asupan bergizi dari buku - buku yang gue
baca ya), akar masalahnya ada di lingkungan gue. Nah, lingkungan terdekat gue
dan mungkin kalian semua adalah keluarga, which means orangtua. Jadi, perilaku,
sikap, dan cara didik orang tua akan sangat berdampak pada sikap dan perilaku
anak- anaknya. Gue tidak menampik ada faktor lingkungan yang lain ya, tapi
faktor orangtua ini persentasinya besar banget di hidup anaknya, gue terutama.
Contohnya
apa aja il? Contohnya bisa banyak, orang tua sebagai suri tauladan misal. Gue
pernah denger cerita kayak gini, "Fulan adalah seorang anak. Nah, Bapaknya
nih, perokok aktif. Fulan yang sering melihat Bapaknya ngerokok, tertarik
mencoba ngerokok juga. Waktu Fulan lagi ngerokok, ketahuan tuh sama Bapaknya.
Semenjak itu, Bapak Fulan memutuskan untuk berhenti merokok.". Jujur, gue
merinding dengernya. Jadi teladan yang buruk emang fatal sih.
Contoh
lain, menasihati - dinasihati. Wah, ini nih chaos hubungan orangtua - anak. To
be honest, orangtua menasihati anaknya setiap hari karena mereka tuh perhatian
gitu sama anak - anaknya. To be honestnya lagi nih, gue sebagai anak dan
mungkin kalian semua, nggak suka diceramahin. Kebutuhan anak itu ternyata
diajak ngobrol. Jadi nggak heran kan, kalau anak - anak lebih suka curhat ke
temen - temennya dibanding sama orangtuanya sendiri karena orangtua mereka tuh
nggak bisa menempatkan diri sebagai teman buat ngobrol, apalagi curhat.
Gue
renungin ini cukup lama. Kesimpulannya, gue harus jadi orangtua yang lebih
baik, yap itu harus. Gue breakdown tuh, hal - hal apa aja yang harus gue lakuin
untuk siap menjadi orangtua yang sebaik mungkin. Tapi yang paling penting dan
ingin gue share ke kalian adalah berdamai dengan diri sendiri (dengan segala
apa yang kalian dan orangtua kalian lewatin). Don't be blame your own parents,
karena gimanapun juga nggak ada orangtua yang sempurna. Jadi orang tua kan juga
nggak gampang. Kita nggak bisa menyalahkan mereka - mereka yang gagap ilmu
parenting. Tetep jadi anak yang punya sikap baik terhadap para orangtua dan
jaga intensitas do'a supaya ketemu sama mereka lagi di surga. Aamiin.
By
the way, gue belom nikah, apalagi punya anak. Pemikiran gue bisa berubah
seiring berjalannya waktu, bisa jadi enggak. Udah dulu ya, mau ngobrol sama
mamak. have a great day, everyone!
Penulis : ersya afiliana
hafiz fadhila (salah satu sobat zalfaa yang meneduhkan di hari-hari sulit)
Belum ada Komentar untuk "Persiapan Menjadi Orang Tua yang Teduh "
Posting Komentar
Silahkan memberikan saran dan masukan :)