Jika Kita Tak Pernah Salah Jurusan

orang-orang baik yang akhir-akhir ini mewarnai hidup gue


Hai hai, apa kabar? Semoga dalam keadaan sehat yaa. Jangan lupa untuk makan makanan yang bergizi biar nggak gampang sakit. Apalagi di masa-masa pandemi kayak gini. Please, jangan sembarangan makan dan jaga kebersihan yaa. Btw judul postingan ini mirip judul buku Alvi Syahrin yaa, haha. Gue bingung kasih judul apa, dahlah ini aja nggak papa yaa

Well, rasanya lama juga gue nggak posting disini. Kalau dibilang banyak aktivitas, bisa jadi benar.. dan emang sih belum bisa memanage waktu dengan baik. Tapi, mungkin.. tulisan ini rada melankolis dan bernada sedih. Hemmm.. gue nggak mau curhat di story, yakali who cares? So, I decide to write it here. My feeling, my thought, and my bittersweet.

Gue merasa sedih.. saat ini, yes absolutely. Kalau dilihat sekilas, kayaknya hidup gue diatur sedemikian rupa indahnya yaa sama Allah. Emang iya sih, banyak hal yang bisa disyukuri saat ini. Tapi, untuk yang satu ini, gue perlu menuliskannya sebagai self-healing.

Take a deep breath first zal..

Ok, let’s begin!

Sampai saat ini, menginjak semester 6, gue masih merasa salah jurusan. Perasaan ini semakin diperparah ketika gue dapet tugas wawancara suatu prodi yang gue minati, yang baru aja dapet akreditasi A. Udah lumayan lama sih, tapi ini bener-bener membuat gue berkaca-kaca. Well, I don’t know, why I’m so hella melancholy at the time.

Baru menginjak lantai dasarnya, hati gue udah merasa berdebar. Rasanya mau nangis. Eh haha, apaan sih. Yaa, kalau berkaca-kaca sih mungkin sesaat doank. Yakali, gue ketemu narasumber muka ditekuk dan nggak sumringah. Ntar kabooor dia.

Hari itu, pelan-pelan, gue mengatur hati dan perasaan. DAN SOK TEGAR! Begitulah perempuan, ia pandai menyembunyikan perasaan sedihnya dan terlihat baik-baik saja. How strong we are! Gue pun menarik napas dan mulai masuk menemui narsum. Saat wawancara berlangsung.. aaaa.. rasanya, gue makin pengen nangis saat itu juga. Kayak ada kalimat “I have to be here!”

Penjelasan narsum tentang prodi itu, kebahagiaan dia mendapatkan sertifikasi dengan predikat A, gimana aktif dan excitednya dia mengajar mahasiswanya. Ada cinta yang menyala disitu. Cinta seseorang yang didedikasikan untuk profesinya. Gue yang awalnya udah fine mendadak runtuh juga. Tapi, gue masih bisa sok kuat kok sampai akhir wawancara. Baru, setelah keluar dari ruangan narsum, perasaan gue nggak bisa dibohongi.

Kalau nggak salah ingat, saat itu, gue langsung duduk di suatu bangku. Menenangkan diri. Seorang diri. Pas itu suasana sepi karena masih liburan kampus. Dan gue mati-matian menahan air mata yang menyeruak keluar.

Sampai saat ini, perasaan itu masih ada. Kadang, kalau gue bertemu dengan mahasiswa dari prodi tersebut dan dia bercerita tentang matkul, dosennya, bahkan mengeluhkan ruangan yang kalah keren dari prodi gue, ada perasaan sakit yang belum bisa sepenuhnya sembuh. Gue masih ada di fase bargaining, mencoba berdamai dengan ini.

Apalagi, setelah baca buku Alvi Syahrin yang mengulas tentang salah jurusan. Gue inget, disitu Alvi berpesan kalau mungkin selama ini, kita (yang merasa salah jurusan) belum benar-benar menemukan hal menarik di jurusan kita. Dan sampai saat ini gue belum nemu, astaga. Anehnya, dosen memercayai gue buat terlibat di penelitian mereka padahal gue bukan mahasiswa yang menonjol to be honest. I even don’t know why.

Dan lagi, gue inget kalimat Alvi di bab itu yang bilang “fake it till you made it”, iya.. pura-pura cinta sama jurusan saat ini sampai lupa kalau gue berpura-pura menikmati ini dan akhirnya enjoy :’) yes, I’M STILL TRYING. SO. HARD. Dan, di postingan ini, gue mau mengucapkan TERIMA KASIH SEBANYAK-BANYAKNYA kepada seorang Zalfaa yang udah bertahan sejauh ini. Sebentar lagi! Ayo, kamu pasti bisa Zal mengakhiri dengan baik apa yang telah kamu pilih dan mulai sebelumnya. Semangat yaaa. Semoga Allah mudahkan.

Dan.. di postingan ini. Gue mewanti-wanti lu semua yang belum masuk dunia kuliah. Please, pikir matang-matang, ketika lu memilih jurusan nantinya. Jangan sampai cuma ikut-ikutan temen, karena feeling, atau sedapetnya aja. NO! JANGAN! Sekali lagi, jangan! Kalau perlu konsul dulu sama lembaga yang emang expert dalam membantu lu memilih jurusan.

Kalau di kasus gue sih.. dulu karena orang tua yaa yang menyarankan gue buat ambil kesempatan SNMPTN dan keluarga menyarankan disitu. Gue ambil dengan setengah hati. Imbasnya, sampai sekarang gue belum sepenuhnya menikmati belajar. Tapi gais, Allah nggak pernah menyalahi janji-Nya. Kan dalam kepercayaan gue, ada istilah kalau ridho Allah bergantung sama ridho orang tua. Nah, sampai saat ini, walau pun gue nggak ambis, nggak terlalu menonjol di akademik, tapi ada kemudahan-kemudahan lain yang Allah berikan. Huhu, Allah baik banget dah. Bahkan, gue magang di 2 tempat yang bener-bener nggak relate sama jurusan gue di pendidikan. Gue magang di posisi yang emang ada passion disitu, yakni MENULIS.

Kalau dipikir-pikir nggak nyambung banget. Tapi kalau Allah meridhoi, yaa kenapa nggak. Dan gue udah bisa membandingkan ketika belajar hal yang nggak disenangi dengan hal yang gue suka. Contoh, ketika belajar buat UTS atau UAS yaa seadanya, dan baru baca beberapa halaman aja ngantuk ckck, parah dah.. tapi beda pas gue belajar hal yang gue suka. tahun lalu, gue masuk di 5 besar Rebut Kursi Pemred TEMPO. Iyaa, TEMPO! Dari ratusan peserta, alhamdulillah gue masuk 5 besar. Nah, saat itu untuk menentukan yang terbaik ada seleksi wawancara. Percaya nggak, gue berhasil menamatkan sekitar 300 halaman buku jurnalistik dalam semalam. Iyaa, gue nggak tidur haha. Dan gue nggak ngantuk atau pusing. Karena.. sekali lagi. Gue suka sama bidang itu! Wkwk, haha.. hmm

Dan.. gue udah semakin berumur btw. I might know, when someone has special feeling for me. Nggak, bukan karena feeling aja tapi gue menganalisanya dengan beberapa bukti di lapangan, haha. Jadi.. ketika nih someone cerita sama gue tentang mimpinya, ambisinya, dan langkah yang mau dia ambil.. entah kenapa gue turut senang mendengarnya. Btw “special feeling” disini jangan diartikan aneh-aneh ya, maksudnya adalah temen deket emm bisa juga temen yang masuk deep circle gue. Jadi nggak cuma seorang aja ya. Intinya, gue turut bahagia ketika orang yang gue sayang, mereka menikmati belajar yang sesuai bidang mereka sehingga kelak semoga bisa jadi expert di dalamnya, juga, dipercaya untuk memikul kesempatan baik karena prestasi akademik mereka, dan gue turut mengaminkan mimpi-mimpi yang mereka ceritakan ke gua. You know? You’re awesome. You deserve the best, keep your head up! Allah is with you.

Dan.. darisini juga, gue nggak mau.. orang-orang terdekat gue merasakan hal yang sama. SALAH JURUSAN PAS KULIAH. Ini nggak banget. Apalagi gue tuh masuk soshum tapi rasa IPA, padahal dulu SMA, gue anak IPS. Nggak papa, doain gue yaa gais biar bisa tahan banting ampe lulus besok :’) aamiin..

Buat lu yang belum kuliah, tolong pertimbangkan baik-baik yaa sebelum memilih jurusan. Beruntung lu baca ini, haha. Dan ini menjadi pembelajaran ke gue sendiri agar kelak, kalau Allah mengizinkan gue untuk menikah dan berumur panjang, mudah-mudahan gue berhasil menuntun anak gue untuk masuk ke jurusan kuliah yang emang sesuai minat, bakat, dan passion mereka biar bisa jadi orang yang berilmu, bermanfaat, bermartabat, dan expert kayak BJ Habibie, salah satu manusia favorit gue. Inshaallah, gue nggak akan memaksakan kehendak gue sebagai orangtua. Emm, tentunya hal ini perlu lah yaa didiskusikan dengan suami kelak (yang mudah-mudahan melek dalam dunia pendidikan dan baik agamanya), aamiin.

Dahlah, intinya, menutup tulisan ini.. tinggal semester 6, 7, 8, dan tadaaa! May Allah ease me to graduate on time, aamiin. Proses penerimaan ini mungkin nggak mudah but you have to zal. Lega rasanya setelah menulis. Gue yaqueeen seyakin-yakinnya bahwa boleh jadi gue nggak menyukai seseuatu padahal ada kebaikan disini, Allah tahu tapi gue nggak. Jadi mungkin, saat ini gue masih SOK TAHU tentang hidup gue wkwk. Kebanyakan overthinking besoknya gimana kalau gue kayak gini. Dahlah, Allah pasti menyiapkan sesuatu yang indah nantinya. Yang akan membuat gue senang hingga nggak bisa mengucapkan kata-kata. Akhir kata, SYEMANGAT SYALALALA!

1 Komentar untuk "Jika Kita Tak Pernah Salah Jurusan"

  1. Kamu ga sendirian beb, akupun dari awal kuliah merasa salah jurusan kok, well yg milihin kampus itu alm.ayahku, cari kampus yg ada beasiswanya, disana cuma ada D3 Komputer Akuntansi & S1 Sistem Informasi, aku didaftarin ke Sistem Informasi, itu bener2 diluar dugaanku sih, mata kuliahnya susahnya setengah mati, bikin pala botak, mungkin emang karna bukan passionku disitu kali ya.

    Aku merasa mau menyerah berkali2, tp byk tmn yg support, keluarga juga support, bersyukur aku bisa bertahan sampe lulus, IPK juga ga jelek, perjuangannya ampe mau mati rasanya hahhaha.

    Kadang mikir, beruntung bgt ya mereka yg bisa kuliah sesuai dg passion mereka, tp aku mikir lagi, aku jauh lebih beruntung dr mereka yg ga bisa merasakan bangku kuliah.

    Jadi tetap semangat ya sayang, kelulusan udah tinggal dikit lagi.

    BalasHapus

Silahkan memberikan saran dan masukan :)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel