Tentang Kamu
sepedaan dulu biar seger |
Akhir-akhir ini adalah hari yang cukup berat bagi gue.
But, who knows? Gue nggak pernah secara terang-terangan menunjukkan
kalau gue sedang nggak baik-baik aja kecuali sama orang-orang terdekat gue. And,
here I go.. menulis bisa menjadi salah satu self-healing terampuh. Penelitiannya
udah ada kok, ketika lu merasa ruwet lalu menuliskannya, pastilah rasa lega
akan mengikuti.
Dan gue memutuskan untuk menuliskan di blog. Mudah-mudahan,
pembaca bisa mengambil hikmah dari apa yang gue tulis. Supaya lu semua nggak
usah merasakan penderitaan ini, Ini berat, jadi biar gue aja. (cielah
mainstream amat kata ersya haha). Yang jelas, ketika mahasiswa, gue berprinsip untuk
nggak mau menambah beban pikiran orangtua. Jadi, kalau ada masalah apapun itu,
biasanya gue bakal nangis dan berdoa. Kalau nggak, gue bakal curhat sama
seorang sahabat yang bener-bener gue percaya. She knows me very well dan
gue terharu dipertemukan Allah dengan sosoknya. Semoga Allah merahmatimu selalu
yaa, Sya! Nah, termasuk masalah ini. Orangtua lihat, ya gue
biasa aja. Menunjukkan sikap yang nggak aneh dan wajar. Tapi, di balik itu, diam-diam
ada hal yang membuat hati gue gelisah. Sangat gelisah. Nah, habis salat, gue
mengadukan sama Allah. Enaknya gimana. Jadi gini.. ehm. Have u heard about someone that
nearing their final semester? Emm, sering ditanya nggak sih, apakah udah
punya pacar atau belum pas kumpul keluarga. Well, that’s what happened to
me. Awalnya ya gue biasa aja. Menanggapinya sebagai candaan
belaka. Tapi, itu semua berubah ketika seseorang datang dalam hidup gue. Nggak
disangka, skenario hidup gue berubah drastis banget. Mungkin bukan hanya dia
yang salah but also me. Sebagai seorang PR di sebuah instansi, gue diajarkan
untuk bersikap baik dan welcome kepada siapapun. Hal itu terbawa ketika gue bersosialisasi sama
temen di luar kerjaan. Nah, mungkin si dia yang tiba-tiba datang itu, mengartikan
hal yang salah atas sikap gue. To be honest, menurut gue dia orang yang baik dan cukup
berprestasi. Beberapa hal memang match dengan kriteria gue. Dan dia,
nggak gampang menyerah walaupun tahu prinsip gue untuk tidak mau menjalin
hubungan apapun sebelum nikah. Si Ersya, sobi gue pun sampai geleng-geleng dan
mengapresiasi kegigihannya itu. Namanya juga takdir, fakultas kami jaraknya cukup jauuuh.
Tapi kok ya ndelalah bisa ketemu, padahal nggak satu organisasi juga. Gue
sebagai seorang perempuan, yang awalnya udah sok-sokan bilang kebal nggak akan terjatuh
akan hal itu karena udah khatam bukunya Alvi Syahrin, eh yaa kalau
dikasih perhatian terus ditambah lagi reputasinya yang keren, siapa yang nggak
luluh? Disinilah keimanan gue diuji. Tapi, alhamdulillah gaes, gue masih memegang prinsip
awal. Mungkin, kalau gue menuruti hawa nafsu, bisa aja gue bilang YES dengan
mudahnya. Tapi, gue inget-inget lagi prinsip gue. Dan kalau iya emang jodoh,
kalau nggak yaa nyesek banget to. Nah, disinilah sahabat gue yang pusing 7 keliling, maybe
haha. Gue curhatin teroos hingga larut malam dan thank you so much
darlinggg, u’re being a good listener for me. :’) dan saran dari lu nggak
pernah menyesatkan wkwk. Buku yang lu pinjemin yang nulis Bang Febriawan
Jauhari, helps a lot. Ayok kita agendain short escape yang lu
tawarkan karena kegalauan gue. Huhu, rasanya terharu dan merasa bersalah tapi ya
inilah yang terbaik. Terharu karena Allah nggak melepaskan gue gitu aja, tapi
masih ditunjukkan jalan mana yang benar. Merasa bersalah karena mungkin udah
bikin patah hati anak orang, yang sebenernya gue pun nggak ada maksud. Tapi, yaa
gue pikir.. mendingan kita merasakan sakit hati yang teramat dalam dulu saat
ini. Daripada merasakan manisnya sesuatu dalam ikatan yang tidak membuat Allah
ridho. Dan toh kita nggak tau, ujung dari semua ini ke depannya kayak gimana. Jadi,
maaf, aku memutuskan untuk tegas dan memilih rasa sakit ini. Dan malam ini, gue masih rada galau to be honest. Stop
bilang, lu kurang kegiatan Zal, kurang produktif. Coba tanyakan orangtua atau
temen deket gue, udah ada beberapa kesibukan yang cukup bikin capek. Mau orang
sibuk atau nggak, kalau waktunya patah hati yaudah diterima dulu aja kalau
keadaan hati emang lagi nggak baik-baik aja. Nah, tepat sebelum menulis ini.. gue membuka laptop
dengan niat awal pengen nonton film. Pengen cari hiburan ceritanya. Tapi, alhamdulillah,
Allah mengarahkan jari jemari gue untuk membuka YouTube. Disitu gue menyimak video
kajian berdurasi 1 jam berapa menit gitu yang pengisinya adalah Ustadz Syafiq
Riza Basalamah. Judulnya, adalah Jodohmu Cerminan Dirimu. Awalnya, gue cuman
lihat video ceramah singkat yang membahas tentang ‘isyq tapi gue masih merasa
kurang nampol dan kurang dalam, maka gue cari kajian utuh yang bukan video
potongan. Nemulah gue video ini. Dannn.. benar kata Ustadz Raehanul Bahraen, kalau kita
sedang ada masalah pergilah ke majelis ilmu, niscaya ketenangan akan datang :’).
Itulah yang gue rasakan gais malam ini. Tangan gue yang biasanya gatel buka
twitter atau ig pas lagi suntuk, eh dapet hidayah nonton kajiannya Ustadz
Syafiq. Hati gue sekarang tenang dan gue bener-bener ikhlas melepas dia. Pesan Ustadz Syafiq dalam video itu bahwa laki-laki
yang buruk untuk perempuan yang buruk pula. Pun laki-laki yang baik, maka untuk
perempuan yang baik pula. Maka, tatkala ingin dapat suami yg baik. Perbaiki dirimu,
perbaiki hubunganmu dengan Allah. Jangan rusak dirimu. Gitu deh gais. Dan jangan
salah dalam memilih pasangan, pilih yang baik agamanya, niscaya kita bakal
beruntung dan dikumpulkan kehormatan sekaligus kecukupan secara bersamaan. Luruskan
niat gaes nek ameh nikah. Jangan hanya karena doi cakep atau kaya, nanti
bisa jadi dia lebih matre atau emang mandang kita karena fisik doank. Mudah-mudahan,
Allah luruskan niat kita yaa pas mau nikah. Gue tegaskan, dalam waktu dekat gue belum ada pikiran
untuk menikah. Karena menikah, tentu butuh kesiapan bukan? Gue nggak mau nikah cuma
karena kebawa euforia atau ikut uwu-uwuan selebgram muda yang meromantisasi
nikah muda. Jadi, kalau gue bersikap baik, itu adalah karena untuk menjalin
relasi dan meluaskan kolaborasi. Tolong, jangan berpikiran yang aneh-aneh. Dan,
karena ada target yang belum terselesaikan, maka gue berniat sebelum gue
merealisasikan keinginan yang satu itu, gue belum mau menikah. Iya sih, bisa
cari suami yang lebih berilmu dan ngerti hal itu, tapi gue nggak yakin bakal
istiqomah. Jadi, yaudah sebelum nikah gue harus udah mencapai target yang itu
dulu. Sekarang sih begitu mindset gue, entah kalau 1 bulan atau 2 bulan
tiba-tiba ada yang mengetuk pintu rumah, dan mengubah seluruh pikiran gue.
*becandaaa wkwk. Dan untuk kamu yang telah singgah. Terima kasih atas
segala kepercayaan dan waktu yang telah kamu berikan. Tapi, sebagaimana aku
adalah ujian untukmu, aku harap kamu juga bisa lulus dari ujian ini. Maaf,
apabila sekarang kamu sedang merasakan sakit yang tidak bisa diobati oleh
dokter manapun, kecuali oleh dirimu sendiri. Tapi, inilah yang terbaik untuk kita. Kamu, seorang laki-laki dengan berjuta mimpi dan optimisme yang baik, kejarlah dulu mimpi-mimpi yang hendak kamu raih itu. Aku tidak ingin mengganggumu. Pun diriku, masih banyak hal yang ingin aku kejar. Mari, kita saling melepaskan dan
memantaskan diri. Esok lusa, jika memang benar kamu bersungguh-sungguh,
yakinkanlah ayahku. Jika tidak, aku yakin, kelak akan ada seorang laki-laki
yang lebih baik darimu datang padaku. Pun kamu, akan ada perempuan baik yang
akan menerima kurang dan lebihmu. Semoga Allah menjaga hati kita, amin. NB : Gue bukan penganut cinta dalam diam. Jadi, tegaslah!
Lepaskan atau perjuangkan sesuai aturan agama. Dah gitu aja. Selamat malam
gais.. |
Belum ada Komentar untuk "Tentang Kamu "
Posting Komentar
Silahkan memberikan saran dan masukan :)