Kamu Berhak Bernapas Lega
Sumber: dokumen pribadi. Bunga cantik dari sahabat yang baik |
Halo, semua! Hayo, kok belum tidur sih? Ketauan nih buka blog gue malem-malem kayak gini, haha. Gue juga belum tidur. Hmm, habis ini harusnya gue mengatur pola waktu tidur gue deh biar nggak begadang terus. Nah, biar begadang kali ini produktif dan mungkin ada dari temen-temen yang belum tidur, let me write something that I’m really grateful for. Tulisan ini, gue harap juga bisa menghangatkan hati yang sedang resah, ingat bahwa ada Allah yang Maha Mendengar. Teruntuk orang baik yang pantas disayang Tuhan dan sesama, aku menuliskan ini..
Beberapa saat terakhir, gue merasa kayak ada panggilan
untuk pulang.
Weitss, maksudnya pulang gimana nih?
Ehem, lu udah beli dan baca bukunya Bang Febriawan
Jauhari yang terbaru belum? Iya, yang judulnya Pulang. Kurang lebih itulah
definsi pulang yang gue angkat dalam tulisan kali ini. Pulang karena kangen. Iya,
kangen merasakan sakinah, ketenangan yang nggak bisa dibeli dengan apapun.
Hari-hari terakhir gue berdoa “Yaa Rabb, tolong
jauhkanlah segala hal yang buruk dalam kehidupan dunia dan akhirat hamba. Apapun
keputusanmu, aku yakin Kau tidak pernah membiarkanku jatuh sedalam-dalamnya. Maka,
aku pasrah akan keputusanmu. Dan aku sudah siap menerimanya”
Kurang lebih kayak gitu. Semua yang gue perjuangkan. Entah
ngambis sesuatu atau perihal kehidupan yang lain, gue bener-bener capek pas itu. Mau ngeluh, tau diri lah. Keadaan baru pandemi Covid-19 kayak gini,
I’m pretty sure, everyone is struggling and battling with their own way.
Jadi, yaudin gue ngadu ke Allah semua uneg-uneg gue.
Well,
apa yang terjadi pemirsa?
Beberapa jalan mulai dibukakan dalam kehidupan gue. Dan
bener kata penulis buku “So What’s Wrong About Your Life” kalau kita sering
banyak pikiran tuh ke hal-hal yang belum tentu terjadi dalam hidup. Dan gue
membuktikannya gais kalau pikiran jelek di kepala tuh banyak nggak benernya, ckckck. Ok, gue bakal cerita sedikit yaa pengalaman gue mencicipi
kuliah di University of College London walau secara daring.
Emang enaknya doank ya? Kuliah di top university in
the world? Temennya bule? Keren bisa memperbarui status berkedok UCL? Atau
dapet pendanaan yang lumayan banget?
Enggak Gengs! Tentu, banyak perjuangan yang gue lalui.
Dari awal, gue nangis kalau boleh jujur. Karena.. gue inget banget pas itu
pertemuan pertama, gue dapet materi bahasa Inggris semua dan itu di luar jalur
keahlian gue, mana banyak lagi. Sama katanya ada tes tertulis, makin-makinlah gue. Gue yang saat
itu masih magang sebagai copywriter di Aksi Berbagi jadi overthinking di
kantor. Mungkin Mbak Isna dan Mas Satrio membatin kok ni bocah diem mulu dan
nggak bersemangat kayak biasanya, wkwk. Mungkiiiin..
Intinya, gue takut. Takut kalau nggak bisa mengikuti
pelajaran. Takut nilai akhir gue jelek. Takut ketinggalan. Dan banyak pikiran
jelek lainnya. Astaghfirullah Zalfaaaa, hmmm.
Tapi ternyata.. setelah gue jalani semua nggak seburuk
itu kok. Iya sih berbahasa Inggris dan gue bergaul dengan orang-orang yang
bahasa Inggris adalah bahasa utama mereka, mereka adalah penutur sejati but
I’m willing to learn. Dan yaa, gue bisa mengikuti kok walau jalannya
lambat, wkwk. Ternyata, temen-temen gue dari UCL baiiiiiiiiik parah. Kami orang
Indonesia yang kadang takut salah ngomong, eh mereka tetap mengapresiasi donk
dan membuat kami percaya diri buat speak up, cielaaah uhuy. Gue berterima kasih
pada Shruti, Bouyan, Suzy, Nicola, Ignacia, dan lain-lain yang nggak bisa gue tulis
di sini. Nggak lupa, Cheris, Apin, Arzaq, whoa much love dah buat kalian yang
dari PWK dan sabar banget dalam proses ini. Semoga dalam lindungan Tuhan
selalu!
Nah, kan ini gue mau graduation ya gais di program UCL
ini. Gue udah deg-degan, kayaknya nilai gue mepet KKM deh. Eh ternyata enggak
donk :’) bahkan, menurut gue termasuk bagus, alhamdulillah. Dari sini, salah
satu overthinking gue nggak terjadi huhu. Itu yang pertama.
Gue mau cerita hal lain lagi. Insyaallah, kalau nggak
ada halangan apapun, semester depan gue bakal mengambil kuliah di suatu universitas ikutan program International Credit Transfer (ICT) MBKM. Ya
walau daring, tapi alhamdulillah bisa kuliah lintas negara lagi. Belajar
hal baru dan berelasi internasional. Ini mungkin bentuk hiburan Allah pada gue
yang habis capek akan sesuatu tapi akhirnya doa gue udah terjawab,
alhamdulillah yang kesekian kali. Gue diselamatkan dari hal yang bisa berdampak
buruk ke depannya.
Tentang hal nggak baik ini, awalnya gue struggle dengan diri gue yang plin-plan. Tapi, gue memohon sama Allah, intinya jauhkanlah hal-hal buruk dari hidup gue dan kuatkanlah langkah ini menghadapi segala. Udah terjawab langsung. Ya, nggak apa-apa, gue menerima dengan tabah dan OK. Kenapa OK, emang gue nggak sedih apa awalnya? Ya, ada perasaan marah, sedih, sama gimana yaa jelasinnya, ya gitu lah. Tapi, gue langsung membangun self-awareness, self-responsibility, lanjut self-healing. Dan Mahasuci Allah, ketika gue membuka Instagram, gue membaca kutipan yang cukup menyentuh hati dan menyejukkan, intinya kalau gue menuruti kata hati yang nggak baik, itu semua bakal menghancurkan hidup gue walau terlihat indah pada pandangan kebanyakan manusia, hal berharga bisa jadi perlahan menghilang dan kehormatan terkikis pelan-pelan. Well, gue bernapas lega, fiuuh.
Dari sini, gue belajar banyak gais. Kurang-kurangin deh banyak pikiran jelek di kepala. Belum tentu hal tersebut kejadian, yang ada malah bikin mood seharian rusak. Perbanyak temen-temen yang positif biar kerasa positive vibesnya. Kalau kita berbuat baik, kebaikan pun akan kembali ama kita, begitupun kalau berbuat jelek. Dan.. dari hati terdalam. Aku tidak pernah kecewa dalam berdoa kepada Allah, Rabb Semesta Alam. Kalau dipikir-pikir kok Allah baik banget sih mengatur urusan hidup gue sedemikian rupa. Iya, bener perkataan seorang ulama "Andai saja kau tahu bagaimana cara Allah mengatur urusan hidupmu, pasti hatimu akan meleleh dibuatnya". Huhu, gue terharu dan bersyukur banget.
Di tulisan ini, gue mau mengucapkan terima kasih
sebanyak-banyaknya, kepada Allah ta’ala, pelindung diri ini dan yang paling menyayangi
gue melebihi siapapun. Mama yang selalu mendoakanku di sepertiga malam. Terima kasih
aku haturkan Ma, karena untaian doamu itulah atas kehendak Allah, pintu langit
terketuk, beragam kemudahan, keberkahan, dan rahmat menyelimutiku sekarang.
Bisa jadi, hal buruk pun menghindar karena ada doa darimu yang selalu menaruh cemas
pada putrimu ini. Kepada Ayah yang selalu mengajarkan kesederhanaan dan cara
bersyukur yang asyik. Sehat-sehat ya Yah :’), maaf aku masih gini-gini aja. Kepada
sahabat terbaikku, Ersya Afiliana Hafiz Fadhila, walau kamu termasuk irit
bicara tapi tindakanmu berbicara lebih, Il :’). Teh Lany, guru idola semua anak-anak, baik-baik di Bogor yaa! Yasinta, Fatin, Shinta,
sehat-sehat selalu Bund! Sister in deen! Mba Atina, Mba Fatiha, dan Mba Fira,
betapa beruntungnya aku bisa berteman dengan kalian, adikmu ini perlu banyak
bimbingan darimu Mbak, huhu. Intan yang selalu amaze dan excited banget pas gue
jadi pembicara kemarin. Besok pas aku lahiran, bidannya kamu aja yaa Tan kalau
bisa wkwk. Mba Dwi, Yefta, Mba Ida, Mas Bayu, Mba Alind, Mba Kaffa, ayok Juli
ini harus bisa 20 berita! Wkkwk. Kangen wei sepedaan bareng sore-sore muterin
UNS. Dan beberapa nama yang tidak bisa gue sebutkan di sini, yang jelas gue
bersyukur bisa dipertemukan dengan nama-nama yang tidak tertulis itu, kalian
baik dan pantas mendapatkan kebaikan pula, semoga selalu dalam lindungan Allah
yaa.
Eh, kok paragraph di atas kayak ucapan terima kasih di
pengantar buku yaa. Wkwk, ngekek. Nulis naskah aja belom. Sok-sokan. Jadi yaudahlah,
gue ucapkan terima kasih di sini. Buat orang-orang spesial dalam hidupku. Yang ada
pas up and down episode hidup gue. Jangan bosen yaa temenan ama gue yang kadang
baik kayak ibu peri kadang ngilang karena banyak kegiatan, kadang lho ya wqwq. Luv
u! Jaga kesehatan semua!
Gue mau menutup tulisan ini dengan kutipan dari
unggahan seorang penulis bernama Harun Tsaqif
“Nasihat orang tua kita dahulu, bila ingin meraih
bahagia adalah jangan pernah berhenti untuk berbuat baik, menjadi baik, dan
melakukan yang terbaik. Karena, kebaikan-kebaikan yang kita lakukan sejatinya
akan kembali pada kita dalam bentuk kemudahan, kelapangan, dan ada saja hal-hal
yang tak pernah kita duga datang. Yang terpenting selalulah menyandarkan
kebaikan itu kepada Allah agar ia menjadi bahagia yang semakin menguatkan kita
untuk taat dan mendekat, bukan pada manusia yang hanya akan membuat kita kecewa”
Cukup sekian. Wassalamu’alaikum warahmatullahi
wabarakatuh..
Wah, masyaallah memotivasi banget kisahnya.
BalasHapustetap stay safe and stay healthy di rumah, kalau dengar kata berpulang jadi takut apalagi saat pandemi seperti ini.
BalasHapus