Sweet and Sour 2021

me, interviewing international student

Tepat ketika menulis ini, baru saja aku menangis terharu. Di akhir tahun, banyak orang melakukan evaluasi terhadap dirinya, entah itu dari segi pencapaian, kedekatan dengan Tuhan, pengembangan diri, bisnis, keuangan, atau apapun itu. Termasuk diriku.

Sebelum menulis ini, aku membaca kumpulan surat yang diberikan teman-temanku. Ya, aku senang mengoleksi kumpulan ucapan indah dari teman-teman. Entah berupa kertas HVS dengan goresan tinta atau sesimpel sticky notes warna-warni dengan tulisan positif yang biasanya ditempelkan di kotak susu atau snack. Aku menyimpannya dalam sebuah kotak kardus. Selain itu, ketika ada ucapan semangat atau nada positif di WA, aku mengumpulkannya menjadi satu. Aku menamainya “Love Letter”.

Aku merenung.. sudah sejauh mana kaki ini melangkah. Apakah ia terlalu lambat atau terlalu cepat sehingga butuh berhenti sejenak untuk mengambil napas. Sepertinya bukan itu. Aku hanya perlu lebih fokus di tahun depan.

Tahun ini, bisa dibilang keberkahan melimpah bagiku. Dibandingkan tahun sebelumnya, Allah izinkan diriku meraih beberapa mimpi yang telah aku canangkan di awal tahun ini. Salah satunya, aku menulis ingin pergi ke luar negeri, tepatnya ke UK. Awal tahun, langsung Allah kabulkan lewat program MBKM. Aku diterima mengikuti program di University College London (UCL) walau daring. Tapi sungguh, bejibun pengalaman aku dapatkan setelah mengikuti kegiatan ini.

Disusul dengan pencapaian Duta Bahasa Jawa Tengah yang mengukir banyak cerita hingga ke nasional dan kisah unik yang sekarang. Terakhir, Allah izinkan diriku menjadi keluarga Beasiswa Aktivis Nusantara (Baktinusa). Jujur, semenjak menjadi mahasiswa baru, aku mengincar beasiswa ini. Awalnya, tidak terlalu tertarik, tapi setelah mengenal beberapa penerima manfaat beasiswa ini, aku berjanji akan mencoba mendaftar dan berharap agar diterima. Aku melihat sosok aktivis yang ideal dan menginspirasi.

Kalau tidak salah, aku pernah berkata juga pada sobat baikku bahwa Baktinusa sudah menjadi daftar impian yang harus aku wujudkan. Itu kalau nggak salah masih semester tiga, padahal syarat menjadi PM Baktinusa adalah semester tujuh di tahunku. Maka, aku mempersiapkan itu sudah lama.

Oya, kalau kamu yang sedang membaca ini dan kenal denganku, entah dari media sosial atau apa, lalu mengira beberapa pencapaianku mudah untuk diraih.. sebenarnya tidak begitu. Aku telah mengalami banyak kegagalan. Ditolak 3 beasiswa tahun ini, kalah lomba beberapa kali, DITOLAK IISMA.

Sedih? Terjatuh? Frustasi? Hampir menyerah? Menangis sambil guling-guling? Salto dan kayang buat pelampiasan?

PERNAH!

Etapi nggak termasuk yang guling-guling, salto, dan kayang ya. Mana bisa aku salto dan kayang, haha. Intinya, aku pernah menemui beberapa kegagalan. Namun, aku selalu menanamkan prinsip, “kalau satu pintu tertutup, masih ada pintu lain yang dapat dicoba.” Maka, kegagalan itu justru menjadi penyemangat diriku. Iya sih nggak memungkiri, awalnya pasti ada rasa sedih dan kecewa kalau keinginan nggak tercapai. Ya, nggak apa-apa. Itu normal. Nikmati aja kepedihan itu, lalu terima kalau diri emang lagi nggak baik-baik aja. Setelah tenang, coba evaluasi dan pikirkan solusi konkret apa yang bisa dilakukan. Lalu, kembali bersemangat mencoba kesempatan lain.

Tahun ini pun cukup fenomenal bagiku. Aku nggak mau cerita detail tapi intinya ini berhubungan dengan hati. Sesuatu yang jarang mendapatkan atensiku. Aku tahu ada awal yang salah, hingga akhirnya aku memutuskan untuk menghapus kontaknya karena suatu hal yang sudah tidak bisa aku toleransi. Maaf, demi kebaikan bersama memang seharusnya begini saja dari awal. Biarkan aku merasa OK seperti sebelum saat mengenalnya. Padahal baru kenal di awal Januari namun sudah banyak yang berubah ya akhir tahun ini. Mungkin, percakapan melalui telepon saat malam hari di bulan Desember ini, menjadi yang terakhir kalinya :) – and I don’t go back to December all the time. I’d never standing in front of you and saying sorry for that day.

Juga, mengenai sosok yang cukup membingungkan. Datangnya sosok ini menjadi pelajaran berharga dalam hidupku. Aku ingat, teman sekamarku saat lomba pernah bilang yang kurang lebih, “Dek kamu nggak boleh terlalu polos gitu ya. Orang-orang di luar sana nggak sebaik yang kamu pikirkan”. Ah, benar katanya. Beberapa bulan terakhir, aku harus bertahan menghadapi segala sesuatu yang berkaitan dengannya. Aku tidak paham bagaimana pola pikirnya.

Jujur sih, awalnya sakit hati banget tahu kelakukan sosok ini. Tapi setelah waktu berlalu dan aku sudah dapat membaca wataknya, ya sudah silakan dilanjut. Aku tidak mau ambil pusing. Hidupku nggak cuma ngurus yang satu ini. Dari situ aku belajar seni bodo amat. Awalnya aku juga merasa iba padanya, tapi lama kelamaan biasa aja dan aku memutuskan biar waktu yang menjawab. Aku tidak mau menebak lagi dan berasumsi. Pun setelah aku tahu alasan yang menurutku hmm mengapa ia begitu, aku nggak habis pikir.

Saat curhat ke mentorku, ia bilang, “sikap seseorang itu merefleksikan siapa dirinya. Datangnya sosok itu emang pelajaran banget sih di hidupmu”. Itu katanya. Dan sekarang, aku cukup tahu. Silakan kalau dia mau berasumsi atau menghindar. Aku mau hidup dengan damai dan memfokuskan energi untuk orang-orang yang pandai menghargai keberadaanku.

Zalfaa di awal tahun dengan yang sekarang, tentu berbeda. I grow and learn. Segala pengalaman di tahun 2021 memberikan banyak pelajaran padaku, sedikit banyak aku ceritakan di atas. Oya, saat di titik terendahku itu, aku jadi tahu mana teman yang benar-benar teman. Yang menyayangiku tanpa syarat, yang mendoakanku dalam diam, yang mengkhawatirkanku, dan rajin membuat nuansa hatiku secantik pemandangan di Malang pagi hari itu. Semoga kalian selalu dalam lindungan Tuhan ya.

Jakarta, Kudus, Salatiga, Jepara, Malang, Jogja, Semarang, Solo. Terima kasih kepada Allah yang telah mengizinkaku menginjakkan kaki di situ. Kisah telah terukir dan ia akan menjadi pembelajaran berharga di waktu mendatang. Pun Inggris dan Malaysia, walau daring, aku tetap bisa merasakan atmosfer budaya yang berbeda. Alhamdulillah. Tahun ini sih yang paling sering aku kunjungi adalah Semarang.

Well, kalau kamu membaca ini. Besok kalau aku lupa di mana bumi berpijak, jewer saja ya kalau bandel begitu. Ingatkan aku secara pribadi, aku akan berterima kasih.

Menutup tulisan ini, aku memutuskan untuk berdamai dengan semua yang terasa menyakitkan. Ya, aku sudah ikhlas, memaafkan, dan menerima. Aku ingin 2022-ku dilalui dengan ketenangan hati dan kejernihan berpikir.

Untuk kedekatan dengan Tuhan, aku perlu banyak belajar pada teman-teman yang lebih paham. Untuk finansial, aku harus lebih berhemat dengan pemasukan-pemasukan yang ada, hmm semoga targetku menabung sebesar hdfdhfgbdhfbgdsgfb bisa tercapai di akhir tahun besok. Untuk yang nggak klik, ya berarti kita emang nggak sefrekuensi, I believe if value attracts value, kalau nggak nyambung ya udah, emang nggak bisa dipaksa daripada sama-sama makan hati yang bikin nyesek.

I forgive. I’m blessed. I able to receive any advice. I wanna be positive person. Also, apply “bodo amat” for the things that toxic enough to think. I’m grateful for ups and downs this year. Ya Allah, thanks for this amazing well deserved year. You are the One who always lifted me up when I couldn’t reach. Thanks for guiding me as always. Alhamdulillahirabbil’alamin.

 


1 Komentar untuk "Sweet and Sour 2021"

  1. Mantep bgt, maaf jga ya zaal klo dr aku sendiri banyak salah dan kyknya banyak minta tolong wkt publikasi kemarin, aku sendiri jujur malah sulit menceritakan kepada publik ttg cerita diri sendiri

    BalasHapus

Silahkan memberikan saran dan masukan :)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel