Sepotong Malam untuk Rembulan

source pic: tumblr 


Kalau Seno Gumira Ajidarma memiliki sebuah karya berjudul “Sepotong Senja untuk Pacarku” yang alur ceritanya amat menggemaskan, maka kali ini izinkan gue menuliskan sepotong tulisan untuk orang-orang yang disayang. Mungkin nggak terlalu panjang, karena keadaan gue yang belum sepenuhnya pulih. Demam masih terasa, pegel-pegel juga masih, dan sekarang masih batuk dan nyeri tenggorokan. 

Singkat cerita gue baru sakit di tempat KKN dengan gejala yang gue sebutkan di atas. Nggak cuma gue sih tapi tiga temen lainnya juga bergejala sama seperti yang gue rasakan. Semua ini berawal setelah kelompok KKN gue berkunjung ke tetangga desa KKN sebelah yang sebelumnya pada sakit juga. Entah dari situ atau emang daya tahan tubuh kami baru buruk, ya tumbanglah akhirnya.

Gue menjadi belajar bahwa unconditional love bisa ditemukan kala sakit. Maksudnya? Yaa, lu bisa tau mana yang bener-bener peduli ketika lu sakit. Orang datang ketika momen bahagia itu udah biasa, tapi yang masih mau bertahan kala keadaan nggak mengenakkan, sedikit banget.

Kala gue sakit, gue jadi keinget gimana sabar dan telatennya mama ketika ngurus ayah pas sakit. Atau kisah mbah uti sama mbah kakung yang sebelas dua belas. Beliau berdua tuh telaten banget dan sabar pas ngurus pasangan yang sakit. Nggak mengeluh sedikitpun, yang ada cuma rinai kebijaksanaan sama ketabahan yang terlihat. Btw gue sakit ini, nggak terlalu ngeluh sama ortu karena nggak mau membuat keduanya khawatir :’)

See?

Semua itu sepaket.

Ada senang ada sedih.

Ada sehat ada sakit.

Ada yang abadi ada yang fana.

Begitu pula yang gue rasakan ketika sakit ini. Betapa baiknya Allah kirimkan orang-orang yang amat perhatian sama gue. Nggak cuma di dunia nyata, tapi juga di dunia maya. Temen-temen di KKN yang peduli dan tuan rumah yang sangat mengayomi. Juga, mungkin ini terlihat sepele, tapi membaca kalimat-kalimat positif bernada semangat melalui pesan WhatsApp atau pesan langsung di Instagram, cukup membuat gue tersenyum, bahkan menghangatkan hati.

Dan.. teruntuk seseorang yang bernama Mba Elena Feby Amellia, terima kasih sudah menjadi rumah yang hangat bagi adikmu ini. Berawal dari pertemuan singkat ketika sama-sama menjadi finalis suatu lomba, aku yang biasanya begitu pendiam ketika berjumpa dengan orang baru, namun bagaikan air bah, terus berceloteh hingga larut. Mba Els, terima kasih sudah mau menjadi pendengar yang baik. Yang memiliki stok sabar yang amat banyak bagiku. Selain teman-teman di kelompok 9 FLC, haqqul yakin Mba Els yang paling paham ups and downs-ku kala KKN ini.

Ini benar-benar suatu keberkahan yang patut disyukuri dan dijaga. Entah, adakah diksi yang melebihi kata tulus dan baik? Bahagia dan bersyukurnya diriku memiliki sahabat kayak Mba Els, duh punten, kok terhura ya nulisnya :’). Dari bercerita tentang asap rokok yang menyebalkan hingga nama laki-laki yang hendak singgah dan derai tawa setelahnya. Bagaikan persahabatan Eyang Habibie dengan Xanana, aku harap, kita bisa begitu ya, Mba. Nggak hanya di dunia tapi bisa bergandengan tangan bersama, berjuang mengetuk pintu surga. Aku.. manusia penuh dosa. Tentu, haruslah memperbanyak istigfar pada-Nya. Tanyakan aku ya, Mba Els kalau kelak nggak nemuin seorang Zalfaa Azalia Pursita di surga Allah.

Jauh dari kata sempurna, itulah sosokku. Terima kasih Mba Els sudah mau bersabar atas tabiat burukku. Semoga di bulan April, diri ini jadi menginjakkan kaki di Jawa Timur hingga pertemuan itu akan terjadi atas seizin-Nya, aamiin. Aku berdoa, semoga Allah selalu memberkahi kehidupan Mba Els dan selalu mempertemukan Mba Els dengan orang-orang baik lagi berhati tulus. Mba pantes dikelilingi orang-orang baik itu, karena Mba pun begitu :’)

Daaan.. untuk teman-teman daringku. Terima kasih yaa sudah mengirimi afirmasi positif pada diri yang sedang terbaring lemah ini. It means a lot to me, really. Apalagi grup yang sering aku jadikan sesi curhat dan berkisah, jangan bosen ya dengerin ceritaku. Tetep pada jadi orang baik yaa. Kebaikan itu menular dan aku selalu terinspirasi atas kebaikan-kebaikan yang kalian lakukan. Keep it up!

Selain itu, gue mau cerita sesuatu. Selama ini mungkin kita berada di lingkungan yang lurus-lurus aja. Dalam artian, ya orang-orang yang mendirikan salat, nggak mabuk, nggak ngerokok, nggak main cewek, dan nggak berkata kasar. Kalau lu dilingkupi orang-orang seperti itu, bersyukurlah sama Allah. Percaya sama gue, itu sebuah privilege. Coba main lu agak jauh, di luar sana, nggak banyak orang yang beruntung untuk menemukan circle sepositif itu, kayak circle di Baktinusa misal :’)

Semakin gede, gue menemui lingkungan yang semakin beragam. Gue baru aja mendengar sebuah kisah yang cukup memilukan. Intinya, si cewek ini nggak percaya sama cowok yang setia karena di lingkungannya pada divorce semua. Gara-gara itu pula, sependek pengamatan gue, dia menjadi rela mengorbankan dirinya asal cowok yang dicintanya itu nggak ke mana-mana.

Gue merenung, di deep circle gue, alhamdulillah nggak ada cowok modelan player begitu dan seperti gue, mereka nggak mengenal konsep pacaran. Ah, hal ini membuat gue teringat akan serial half deen-nya Ustadz Nuzul Dzikri, kalau kita udah serius mau melangkah cari setengah agama, jangan deketi makhluknya, tapi deketi Allah yang punya hati :)

Karena cover dan persona sebelum nikah itu selalu bisa dipoles tapi setelah nikah baik buruknya bakal keliatan semua. Itulah kenapa penting banget buat minta yang terbaik sama Allah karena Dia yang Mahamengetahui. Mungkin karena itu juga kali ya gue bisa bersabar sampai sejauh ini. Gue yakin selalu ada akhir yang indah bagi orang-orang yang bersabar.

Oya, selama ini rasa sayang gue, selalu gue salurkan ke sahabat terdekat, circle terdekat, dan orang-orang yang berbuat baik sama gue. Itu kenapa, gue nggak perlu ayang buat menjalani hari-hari penuh dengan semangat. Tidakkah cukup janji pahala kebaikan bagi mereka yang beramal salih dan melakukan kebajikan?

The last, pas sakit gini, gue juga jadi rada visioner. Besok kalau udah nikah, semoga doi termasuk yang punya stok kesabaran buanyak kayak Mba Els, haha. Gue pas sakit kadang ngadi-ngadi dan kalau di rumah, haqqul yakin gue minta yang aneh-aneh, wkwkwk. Sungguh aneh tapi nyata. Hmm, kok malah rada panjang ya. Udah dulu deh ya, gue mau minum obat dan bobok. Nyeri sendinya masih kerasa banget nih, huhu.

Untuk teman-teman yang sedang sakit, semoga lekas pulih. Syafakumullah, laa ba’sa thohurun insyaallah. Cepat membaik yaa, banyak orang yang pasti merindukan sinar itu. Apa lagi kalau punya prinsip melayani, yuk bisa yuk. Banyak yang khawatir dan mendoakan keselamatan itu pasti. Semangat pejuang sehat! 


2 Komentar untuk "Sepotong Malam untuk Rembulan "

  1. Bener banget, karena sakit kita jadi tahu siapa orang yang sebenarnya peduli dan tidak. Dari sana sih gak nyangka banget ada satu yang peduli dan orang yang tadinya kelihatannya sayang sama kita malah hilang.

    BalasHapus
  2. Semoga sakitnya segera sembuh dan cepat sehat ya kak.

    Memang betul sih, teman di kala senang itu sudah biasa, teman di waktu susah itu baru teman setia.

    BalasHapus

Silahkan memberikan saran dan masukan :)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel