Orang Dalam? Lewat!
source : tumblr |
Tepat
ketika menulis ini, jam di dinding hendak menunjuk pukul 02.00 WIB dini
hari dan gue masih
terjaga. Padahal, beberapa jam lagi, inshaallah bakal ada meeting. Sebenernya, gue bukan tipikal yang
bisa begadang terus bangun Subuh lanjut kegiatan. Tapi, kadang kalau ngantuk
banget balik tidur, hmm, nanti bismillah kan saja, semoga bisa dateng tepat
waktu.
Entah kenapa, gue kepikiran buat offline sejenak dari
semua social media. Entah Instagram, Quora, Twitter, bahkan WhatsApp untuk
sementara waktu. Why? Gue pengen detox sosmed dan mengenal diri secara
mendalam. Gue merasa terdistract dengan adanya sosmed (sometimes). So, I need to refresh I think.
Tapi, nggak bisa deh gais. Gue nggak punya privilege
itu. Privilege buat off sosmed selama liburan. Ada amanah yang mengharuskan gue
on sosmed dan update berita terbaru. Bersyukurlah kalian yang belum punya
tanggung jawab apa pun dan bisa detox sosmed sejenak. Beneran dah, itu sebuah
privilege.
Beda sosmed beda netijennya. Kalau di Instagram, lebih
ke visual. Yang good looking akan mendapatkan atensi yang baik. Di
twitter, orang-orangnya lebih blak-blakan, tanpa tedeng aling-aling, langsung she
cut misal ada perseturuan, pas perseteruan lagi panas-panasnya, eh ada yang
ngiklan jual Netfilx, Spotify, dll hadeh. Kalau Quora, bisa lebih tau banyak hal
karena orang-orang yang main di Quora termasuk yang open minded (dalam artian
positif), eh tapi beberapanya kelewat open minded, jadinya yaa gitu, kudu hati-hati
deh dalam memilih jawaban topik yang pengen diikuti di Quora.
Tapi gais, gue ketika main di 3 sosmed itu, ada 1 hal
yang cukup membuat gue menjadi kepikiran akhir-akhir ini. Yaa nggak sampai
overthinking seperti beberapa netizen yang berpikiran kalau divaksin bakal jadi
titan, nowei nowei. Dan hal itu..
Hal itu adalah ORANG DALAM.
Yes! Lo nggak salah baca “orang dalam”. Banyak topik
yang bahas ini, hampir di semua sosmed. They said.. kalau dalam memasuki dunia
kerja nanti, peran orang dalam sangat berarti. Katanya, sepintar apa pun lo,
seberapa banyak prestasi lo, seberapa tinggi IPK lo, it means nothing
without “orang dalam.”
Iya gitu.. kejam yaa? Well, gue memang belum lulus kuliah
dan nggak tau gimana persaingan memasuki dunia kerja itu.. tapi izinkan gue
berbagi sedikit pandangan yaa mengenai fenomena orang dalam yang udah menjadi
buah bibir selama ini.
Tahu Alvi Syahrin? Yap, penulis 3 buku yang sangat
inspiratif menurut gue. Nah, di buku yang berjudul Jika Kita Tak Pernah Jadi
Apa-Apa, Alvi pernah berkisah tentang cerita hidupnya setelah lulus kuliah. Setelah
lulus, dia nggak langsung dapet kerja gitu aja gais. Padahal, Alvi termasuk
orang yang berkualitas. Dan, menilik tulisan-tulisannya, dia termasuk orang
yang religious, deket sama Tuhan. Kayak.. dalam pandangan gue, dia kurang apa? Tapi, gais, kalau gue nggak salah inget Alvi
tuh nganggur sampai 3 tahun-an. Iyaa, after being a scholar, dia harus menunggu
selama itu untuk mendapatkan pekerjaan.
Alvi lurus, dia hanya mau bekerja dengan cara yang halal dan disuka Allah. Dan indahnya, gue cukup terkesan dengan pola
berpikir Alvi yang selalu menanamkan pikiran “Allah pasti bantu kok” :’). YES!
ALLAH PASTI BANTU. Di tengah hampir keputus-asaannya itu, dia tetap berbaik sangka
pada Allah, nggak mungkin Allah menelantarkan hambaNya yang selalu berdoa meminta
hal baik. Dan sesabar itu menunggu selama 3 tahun yang nggak mudah dan penuh
perjuangan.
Yang bikin merinding gais, setelah penantian lama itu,
akhirnya Alvi diterima di perusahaan luar negeri. Selanjutnya, lo baca sendiri
yaa di buku yang mengubah banyak sudut pandang gue, ehe. See? Allah tuh pasti nggak
bakal menelantarkan hamba-Nya yang selalu berusaha dekat dengan Dia. Contoh kasus
Alvi tuh yang real story.
Masih kurang? Oke, I’ll tell you my own story. Tapi
kalau cerita Alvi udah cukup, bagian gue bisa di skip dan langsung ke paragraph
akhir yaa.. Ceritanya, dulu gue pengen diterima di sebuah instansi yang di
dalamnya, terdapat profesi yang menjadi passion gue. Tapi, jurusan gue tuh
nggak linier sama posisi itu. Tapi, gue coba dengan modal nekat, eh nggak
keterima, haha. Lagipula, gue masih inget betul. Pas itu, masih semester awal,
minim pengalaman, sok-sokan daftar, yaudah makan garam dulu yaa Zal.
Nah, di tahun berikutnya gais, instansi ini buka
lowongan lagi. Dan di tahun kedua itu, gue ragu mau daftar nggak. Kayak, udah
ada beberapa tanggungan yang bikin gue mager ngirim CV sama portofolio. Dramanya
gais, gue ngirim tepat 1 menit sebelum ditutup! Haha iyaa, gilak sih. Gue pas
itu gamau daftar karena udah pesimis duluan, astagfirullah aku. Tapi, di detik-detik terakhir, gue memutuskan untuk daftar
di hari terakhir pukul 23.59.
Alhamdulillah, gue lolos berkas dan dipanggil buat
seleksi wawancara. Gue masih inget, pas itu ditanya, kok milih posisi yang
nggak ada hubungannya sama jurusan. Yaa gue sok-sokan jawab mengutip kata Mba
Najwa yang bilang kalau setiap orang bisa kok menekuni profesi itu asalkan
tekun, bekerja keras, dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi.
Seleksi wawancara pun selesai, katanya akan diumumkan
dalam waktu dekat. Eh udah hampir sepekan donk nggak diumumkan dan gue kayak
yaudahlah. Etapi disuatu hari, pas gue bobok siang dan bangun tidur, sebuah nomor
nggak dikenal menghubungi gue yang menyatakan kalau gue DITERIMA! Huaa, gue
yang pas itu nyawanya belum terkumpul, langsung histeris dan bersyukur. Gue heboh
banget, yaaAllah. Langsung kabarin mama buat ngasih tau kabar bahagia ini dan
gue hampir nangis saat itu. Karena antara nggak percaya dan merasa Allah baik
banget dah. Mungkin rada lebay yaa haha but that’s what I felt.
Nah, darisitu gais, gue nggak ada kenalan orang dalam.
Beneran.. dan gue bukan orang yang religious btw. Tapi, gue membuktikan kalau
sesuatu yang terlihat impossible pun, bisa kok diraih asalkan punya kemauan
kuat. Inget tuh di kutipan trilogy Menara yang ditulis Uda Fuadi, dimana ada
kemauan, pasti ada jalan. Asalkan kita, nggak pengen doank, tapi ada ikhtiar
juga. Terus, setelah itu, merayu Allah biar dikasih dan minta doa orang tua. Kebiasaan
gue sih, selalu minta doa keduanya, walau urusan kecil kayak mau meeting aja,
gue minta doa sampai nyonya besar nanya, “lah ngapain minta doa”, haha. Dan gue
Cuma jawab, “biar lancar.”
Ok, nggak memungkiri sih, orang yang memiliki kenalan
atau istilahnya orang dalam bakal lebih gampang aksesnya buat diterima di suatu
perusahaan atau tempat kerja. But I want you to remember.. ada hal yang lebih
powerful daripada itu. Ketika kita mencoba dekat dengan Allah, hal terbaik akan
diberikan-Nya di waktu yang tepat. Serius deh. Bisa jadi, lo nggak diterima
kerja disitu karena hal itu nggak baik buat lo. Nggak papa, terus berpikir yang
positif yaa, Allah pasti bantu kok.
So, buat kamu dan aku kelak.. walau pun nggak punya
kenalan orang dalam izokeee. Kita punya Allah yang Merajai segala hal. Yang tahu
mana yang terbaik buat kita. Well, mungkin saja mereka kenal dengan Bupati, pejabat
setempat, atau pimpinan disitu, tapi kan mereka manusia, kekuasaannya terbatas
tapi jika kita mendekat pada Allah? Pemilik bumi dan seisinya? Yang merajai langit
dan bumi? He knows the right time 😊 jadi,
nggak usah complain lagi yaa karena nggak punya kenalan orang dalam, oke?
Haloo mbak Zalfa. Menarik sekali pembahasannya. Dan aku cukup terkejut yaa sama mas alvi menjadi pengangguran selama tiga tahun. yaa, setiap orang akan ada masa masing-masing sih
BalasHapusOke, kembali ke topik orang dalam. Suka tidak suka, hal seperti itu emang beneran ada sih. Namun tergantung kita memandangnya, ada yg postif ada yg negatif. Orang dalam secara positif? Kita punya banyak kenalan dan teman, kemudian salah satu teman kita itu memberi info ada loker di tempat dia kerja dan / atau mengajak kerja. Menurut saya sih itu hal yg sah sah saja. Saya jg punya temen, bisa langsung kerja setelah lulus kuliah, di tempat bapaknya kerja. saya coba apply di perusahaan yg sama, tidak bisa masuk hahaa
kalau di sini, orang dalam tu, kami guna istilah 'kabel' (cable)... honestly speaking, i hate 'cable'!!
BalasHapusHalo mbak zalfa, Alhamdulillah akhirnya diterima kerja biarpun tanpa bantuan orang dalam.
BalasHapusBenar sekali mbak, dimana ada kemauan maka disitu ada jalan, asal ikhtiar dengan sungguh-sungguh dan berdoa minta pertolongan kepada Allah SWT.
Soal orang dalam, memang betul sekali sih, jika kita punya kenalan orang dalam maka agak mudah masuknya, soalnya disini sering ada seperti itu, nyari kerja biasanya nyari orang dalamnya.